]Wacana pencapresan Prabowo pun meredup. Sebaliknya, "hantu" capres tunggal kembali gentayangan. Jokowi belum mendapat lawan yang menurut awam sebanding dengannya. Indonesia yang disebut-sebut sebagai Negara demokratis terbesar di dunia bisa jadi bahan tertawaan.
Skenario cadangan kembali dimainkan. Mau tidak mau Gatot Nurmantyo harus dimajukan. Jalan tol untuk mantan Panglima TNI yang sempat terhenti pembangunannya ini pun kembali dikerjakan.
Pada 18 April 2018 atau seminggu setelah sinyal pencapresan Prabowo meredup, Wiranto menemui Susilo Bambang Yudhoyono di Kuningan, Jakarta. Kedua purnawirawan Jenderal ini pun menggelar pertemuan empat mata.
Karena Luhut Memegang Ekor Prabowo
Dua hari kemudian, 20 April 2018, Luhut Binsar Panjaitan yang kala itu tengah mengikuti pertemuan musim semi (Spring Meeting) Internasional Monetary Fund-World Bank di Washington DC, Amerika Serikat ditelepon Prabowo. Mendapat telepon dari Prabowo, Menteri Koodinator Kemaritiman ini pun langsung mengabarkannya pada wartawan.
Aneh, untuk apa Luhut menginformasikannya pada para pewarta? Luhut sepertinya sengaja menceritakannya agar publik mengetahuinya. Luhut seolah mengirimkan pesan pada seseorang yang tidak bisa dihubunginya.
Sama seperti pertemuan empat mata di restoran Sumire yang diungkap Luhut. Tidak mungkin Luhut menutupi pertemuan itu lantaran ada banyak saksi mata dan sejumlah kamera CCTV yang memantaunya. Tetapi pembicaraan empat mata Luhut-Prabowo tidak mungkin didengar oleh mata keenam, kedelapan, dan seterusnya.
Mungkin saja Luhut sedang memamerkan superioritasnya atas Prabowo. Lewat dua cerita yang dibeberkannya kepada wartawan itu, pebisnis mitra Jokowi ini seolah mengatakan bila ia memegang "ekor" Prabowo.
Seperti kesaksian Prayitno Ramelan yang ditulisnya sendiri di Pepnews.com, pada akhir 1999 Prabowo menemui Luhut di Singapura. Prayitno yang kala itu menjabat Kepala Dinas Pengamanan dan Sandi TNI AU (Kadispamsanau), Balakpus intelijen AU tengah ngopi bersama Kabais TNI, Marsdya TNI Ian Santoso di sebuah hotel di negara singa itu.
Kemudian datang Luhut yang waktu itu menjabat Dubes RI untuk Singapura. Ternyata Luhut tidak sendirian. Ia datang bersama Prabowo. Kata Luhut, Prabowo ingin menghadap Kabais.
Kepada Kabais, Prabowo mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke tanah air.
"Baik kalau itu maksud dan tujuannya, tapi syaratnya satu, jangan macam-macam (bikin kacau) di Indonesia, kamu akan saya tangkap!" kata Kabais menjawab permohonan Prabowo.