Padahal, dalam pengamatan, masih banyak masyarakat yang tidak mau menjawab ketika ditanyai paslon capres-cawapres pilihannya. Demikian juga dengan masyarakat yang menjawab "tidak tahu". Terutama ketika pertanyaan tersbut diajukan di awal-awal masa Pilpres 2019.
Jika membaca angka-angka yang dirilis Polmark, bisa diperkirakan tingkat elektabilitas masing-masing paslon dan undecided voter didapat dari situasi polarisasi yang sudah terbentuk sejak Pilpres 2014.
Karena, menurut pengamatan, kelompok yang berada di kutub Jokowi jauh lebih besar tenimbang kelompok yang berada di kutub Prabowo. Sedangkan kelompok non-kutub lebih besar dari kutub Prabowo.
Pertanyaannya, seberapa besar kelompok undecided voter yang akan melabuhkan pilihannya pada paslon nomor urut 01 dan paslon nomor urut 02 pada 17 April 2019 nanti?
Namun demikian, jika membandingkan tingkat elektabilitas kedua paslon yang dirilis oleh Polmark, tentu saja Jokowi-Ma'ruf yang bertingkat elektabilitas 40,4 persen bakal lebih mudah memenangkan Pilpres 2019 tenimbang Prabowo-Sandi yang hanya dipilih oleh 25,8 persen responden. Jokowi-Ma'ruf hanya perlu menambah sekitar 10 persen untuk meraih 50 persen plus 1 suara. Sebaliknya, Prabowo-Sandi harus bersusah payah merebut lebih dari 25 persen lagi.
 Dengan demikian, bisa disimpulkan jika sinyal kekalahan Jokowi dalam Pilpres 2019 seperti yang diembuskan oleh pendukung Prabowo-Sandi sebenarnya hanyalah ilusi semata. Atau setidaknya semata-mata hanyalah sebagai hiburan penggembira bagi kubu Prabowo-Sandi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI