Begitu juga dengan SBY. Setelah cerita Antasari itu menyebar dan dipercaya kebenarannya, SBY sulit membantahnya apalagi melepaskan diri dari pendangan yang mengaitkannya dengan kasus pembunuhan Nasruddin.
Cerita La Nyalla, Al Khathath, Antasari, dan lainnya adalah bentuk propaganda di mana kebenaran tidak diperlukan sebagai landasannya. Sebab, kebohongan pun jika dihembuskan secara masif dan terus menerus akan lebih diterima sebagai kebenaran dibanding dengan kebenaran yang baru datang di belakang hari.
Karenanya, Prabowo dan SBY tidak perlu repot-repot mencari dalang atau otak atas serangan terhadap dirinya. Demikian juga dengan masyarakat, terutama netizen, tidak perlu menduga-duga dalang di balik layar serangan terjadap Prabowo dan SBY. Sebab, sosok yang sekarang ada dalam pikiran bukanlah dalangnya.
 Anggap saja situasi ini sebagai pegelaran komedi situasi. Coba cek di Google dengan kata kunci "9 Desember 2017", tanggal di mana La Nyalla mengaku dimarahi dan dimaki-maki oleh Prabowo.
Dikopiku tanggal 09 Desember 2017, ada gambar banjir bandang yang memakan korban lebih dari 20 orang, taik asuuuuu!!! Kalo dah gini waktunya nyari angin, mumet, stres, edan!!! Percoyo gak percoyo wes jarno, salah, salah, salah!!!--- Mbah Mijan (@mbah_mijan) November 18, 2017
Lucu bukan.
Nah, sekarang yang terpenting adalah mengirimkan donasi atas ditayangkannya artikel ini. Dan, yang ini bukan guyonan.
Baca: Ada Kejanggalan pada Tuduhan La Nyalla ke Prabowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H