Lebih dari itu, adakah pihak yang tertarik menggunakan jasa saracen setelah membaca isi dari proposal yang diterimanya? Sebab, jangankan untuk menggunakan jasanya, untuk melakukan komunikasi awal dengan Saracen pun pastinya sudah sangat beresiko.
Namun demikian, kejanggalan-kejanggalan yang ada pada kasus Saracen bukan berarti kasus ini hasil rekayasa. Kasus ini masih sangat dangkal dikarenakan Polri masih mengumpulkan bukti-bukti terkait kasus ini. Atau, bisa juga karena Polri belum atau tidak  mengungkapkan seluruh temuan yang didapatnya.
Apa pun itu, kasus Saracen tetap menimbulkan pertanyaan, siapakah otak yang memainkan isu jahat lewat pendirian "pengusaha" konten hoax dan penyebar kebencian berlandaskan SARA ini? Dan, pertanyaan inilah yang pastinya tidak akan pernah terjawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H