Dalam berbagai kesempatan, termasuk saat menggelar parade-parade di ibu kota, pendukung Ahok mempropagandakan seolah kelompoknya sebagai pemilik sah NKRI, Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika. Sebaliknya, mirip dengan pola PKI, Ahoker menyebut lawan-lawan politiknya sebagai anti-NKRI, anti-Pancasila, anti-demokrasi, dan lainnya.
Lewat “Aidit Membela Pantjasila” yang ditulis oleh Aidit, PKI menyatakan mentang lawan politiknya yang dianggapnya mempreteli Pancasila. Sama seperti PKI, Ahoker pun memplokamirkan dirinya sebagai pendukung Pancasiladan bersiap melumat kelompok yang ditudingnya anti-NKRI, anti-Pancasila, dan anti-Bhineka Tunggal Ika
Dengan konsep “Jalan Baru” tersebut, PKI mengklaim partainya menggunakan jalan damai dalam pratek politinya. Klaim ini mirip dengan Ahoker yang menuding lawan politiknya sebagai kelompok anarkis-radikalis. Jika dibanding dengan PKI, Ahoker jauh lebih beringas lagi, sebab PKI tidak mengatakan bangsa ini sebagai bangsa yang kotor, bodoh, atau lainnya.
Tidak perlu dituliskan lagi dalam artikel ini tentang kemiripan pola antara PKI dengan Ahoker yang sama-sama memosisikan diri berhadapan dengan kelompok Islam. Tetapi, hanya perlu ditegaskan bahwa kemiripan pola tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama.
Sama seperti anggota PKI, Ahoker yang menghujat Islam beserta ulamanya pun diketahui beragama Islam. Sebaliknya, Islam dan pemeluknya pun tidak hanya dibela oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat beragama lainnya. Maka jelas, kemiripan pola antara Ahoker dengan PKI ini tidak ada kaitannya dengan persoalan agama.
Upaya memojokkan umat Islam oleh Ahoker nampak jelas selama masa kampanye Pilgub DKI 2017. Sebagaimana yang diinformasikan oleh Ahoker dan media-media pendukungnya, dua kali pasangan Ahok, Djarot Saiful Hidayat, diusir dari masjid.
Kejadian pertama, saat Djarot menghadiri haul mantan Presiden Soeharto di Masjid At Tin pada 11 Maret 2017. Saat itu disebar video yang dinarasikan sebagai pengusiran terhadap Djarot. Peristiwa serupa kedua terjadi pada 14 April 2017. Saat itu diberitakan Djarot diusir dari Masjid Jami Al Atiq.
Sebenarnya, jika memperhatikan rekaman video-video lainnya, Djarot tidak diusir. Tetapi diteriaki massa saat meninggalkan masjid. Mirip dengan peristiwa di Masjid At Tin, Djarot pun meninggalkan Masjid Al Atiq sebelum massa bubar. Bahkan, dalam salah satu video yang beredar, nampak Djarot masuk masjid dengan pengawalan anggota FPI.
Sama seperti pemberitaan mengenai pengusiran Djarot dari Masjid At Tin, meski telah dibantah, bahkan pihak kepolisian sudah membantah adanya pengusiran Djarot dari Masjid At Atiq, namun para Ahoker masih tetap menyebarkan informasi sesat tersebut.
Tidak ubahnya dengan PKI yang mendompleng pengaruh Presiden RI, Ahoker pun demikian. PKI tahu persis tidak seorang pun tokoh nasional yang mampu menyaingi kharisma Soekarno. PKI pun kemudian mendompleng Soekarno.
Demikian juga dengan Ahoker yang memanfaatkan Jokowi. Lewat sejumlah media, Ahoker mengkampanyekan slogan “Dwitunggal Jokowi-Ahok”. Bahkan, Ahoker mengatakan bahwa kemenangan Ahok dalam Pilgub DKI 2017 sama saja dengan menyelamatkan pemerintahan Jokowi.