Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Tidak Ada Bukti Kecurangan dalam Pilgub DKI 2017?

22 Februari 2017   21:06 Diperbarui: 23 Februari 2017   18:30 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Lebih jauh, dengan memasukkan surat suara yang sudah dicoblos pasti akan mengubah kolom jumlah suara pada Form C1, tetapi juga pada kolom jumlah surat suara, jumlah pemilih, dan jumlah suara sah. Jadi, dugaan adanya surat suara berlubang yang dimasukkan ke dalam surat suara bisa dinyatakan sebagai informasi hoax.   

Kemudian, beredar pula dua foto yang diinformasikan sebagai penggelembungan suara Paslon Nomor 2 di TPS 36 Kelurahan Bukit Duri. Dalam dua foto yang beredar tersebut diinformasikan suara Paslon Nomor 2 di TPS 36 digelumbungkan dari 61 menjadi 261 saat rekapitulasi suara di Kecamatan.

Jangankan masyarakat awam, akun @nazarsjamsuddin yang diketahui milik Guru Besar UI Profesor Nazaruddin Sjamsuddin yang juga mantan Ketua KPU saat Pemilu 2004 saja terkecoh dengan informasi tersebut.

“Yang ngetik, matanya sudah lamur kali ya. Kalo gak diperbaiki, kita doakan agar matanya lamur permanen,” cuit akun Twitter ‏@nazarsjamsuddin.

Kalau saja pemilik akun @nazarsjamsuddin lebih teliti, dia pastinya akan melihat kalau pada lembar kertas rekapitulasi di Kecamatan Tebet tersebut tidak berlogo. Artinya bukan lembar kertas resmi KPUD DKI Jakarta.

Kemudian, foto itu sudah memviral sejak sehari setelah Hari-H Pilgub DKI Jakarta, dan saat itu PPK yang ada di tingkat kecamatan belum meilakukan rekapitulasi. Rekapitulasi baru dilakukan di tingkat PPS.  

Nah, ini yang paling seru. Ada rekaman video yang mempertontonkan antrean panjang calon pemilih di TPS. Ada dua rekaman video yang beredar dengan TPS yang berbeda. Seru karena masing-masing pendukung paslon menuding paslon lawannya melakukan praktek kecurangan.  

Dalam berita yang dipublikasikan oleh Tempo.co, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sufmi Dasco yang juga Ketua Mahkamah Kehormatan DPR menduga antrean tersebut sebagai bentuk mobilisasi massa. Sementara kubu Paslon Nomor 2 mengatakan antrean tersebut akibat dari dilarangnya warga oleh saksi Paslon untuk menggunakan hak suaranya.    

"Jika selama ini kecurangan didominasi dalam proses rekapitulasi berjenjang yang dimanipulasi, pada pilkada DKI Jakarta sekarang yang paling mengkhawatirkan adalah migrasi pemilih. Akibatnya, ada penggelembungan jumlah pemilih di tingkatan TPS," kata Sufmi di Jakarta, Minggu, 19 Februari 2017.

Memang benar, antrean puluhan calon pemilih lewat pukul 12.00 adalah sebuah kejadian yang aneh atau di luar kewajaran. Sebab, umumnya antrean pemilih terjadi antara pukul 08.00 sampai pukul 11.00. Tetapi, kejadian panjangnya antrean tersebut sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.

Pertanyaannya, bagaimana Sufmi mengkhawatirkan antrean tersebut sebagai bentuk migrasi atau mobilisasi massa. Bukankah tidak dilakukan pemeriksaan terhadap identitas warga yang mengantri di TPS tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun