Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Makar: Sepertinya Ada Missing Link yang Belum Diungkap Polri

20 Desember 2016   10:12 Diperbarui: 8 Mei 2017   14:29 1574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fakta menarik lainnya adalah digantikannya orasi politik dalam jadwal Aksi 212 menjadi tausiah. Kemudian, ada kesepakatan antara GNPF-MUI dengan Polri untuk menggeser pusat aksi dari yang semula direncanakan di Bunderan HI menjadi di area Monas.

Selain itu, dua Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dan Fadli Zon tidak menghadiri Aksi 212 dengan alasan menjalankan tugas kedewanan ke luar negeri. Padahal keduanya menghadiri Aksi 411 yang digelar pada 4 November 2016 dan berorasi tentang pelengseran Presiden RI. Karena orasinya itu, sejumlah media online menyebut Fahri bagaikan macan yang mengaum.

Tetapi, ada juga informasi lainnya yang menarik untuk diketahui. Informasi itu didapat dari video “Habib Rizieq & GNPF Evaluasi Aksi Bela Islam 212” yang diunggah di Youtube. Dalam video itu, Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath mengaku setelah acara “Konsolidasi Nasional Mahasiswa dan Pemuda Islam I” yang diadakan di Kampus Universitas Bung Karno pada 30 November 2016 sejumlah pembicara berkumpul di satu ruangan.

Menurut Al Khaththath, para tokoh yang hadir di UBK tidak langsung rapat, tetapi menunggu selesainya pertemuan antara Rachmawati, Kivlan, dan seorang lagi yang namanya tidak mau disebut Khaththath. Siapakah orang ketiga yang dimaksud? Siapa pun itu, pastinya orang ketiga yang melakukan pembicaraan rahasia ini bukan sembarang orang. Dan kemungkinan besar orang penting yang dimaksud Al Khaththath itu bukan bagian dari yang ditangkap sebelum gelar Aksi 212. Kalau termasuk, Al Khaththath pastinya tidak akan sungkan menyebut namanya. 

Jelas, penangkapan 11 terduga pelaku makar itu bukan hanya karena wacana atau keinginan untuk menggulingkan pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Kapolri, wacana atau gagasan makar bisa dicari di Google. Lewat Google bisa diketahui adanya sejumlah konten yang memuat upaya makar. Jika mengacu pada pernyataan Kapolri tersebut, seharusnya para terduga makar sudah ditangkap beberapa bulan sebelum 2 Desember 2016. Artinya, rencana makar baru dimatangkan beberapa hari jelang Aksi 212.

Tetapi, 11 terduga makar yang ditangkap adalah aktor perrencana, mungkin juga aktor penggagas. Mereka bukan aktor lapangan atau penggerak lapangan. Logikanya, untuk menggerakkan massa 212 yang berpusat di area Monas menuju Gedung DPR/MPR dibutuhkan tim penggerak atau operator lapangan. Tanpa menerjunkan operator lapangan sangat tidak mungkin rencana makar dapat dieksekusi.

Dan, untuk menggerakkan massa yang ditargetkan berjumlah minimal ribuan orang pastinya dibutuhkan aktor lapangan dengan banyak personel. Siapa sajakah operator aktor lapangan makar? Pertanyaan selanjutnya, di manakah posisi aktor lapangan pada waktu Aksi 212 berlangsung?

Itulah missing link yang belum diungkap Polri. Dengan missing link tersebut, bangunan gerakan makar masih belum utuh 100 %. Missing link inilah yang membat banyak orang tidak memercayai potensi makar yang terjadi pada 2 Desember 2016.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun