Sepertinya ada missing link yang belum diungkap Polri dalam pengungkapan kasus dugaan percobaan makar. Dalam pengungkapan kasus yang sudah bergulir selama hampir 3 minggu ini, nampaknya Polri masih menyimpan sejumlah fakta kunci. Anehnya, belum ada seorang pun yang memperhatikan fakta kunci ini
Sejak dini hari tanggal 2 Desember 2016, Polri menggelar sejumlah penangkapan terhadap 11 terduga pelaku makar. Mereka adalah Rachmawati Soekarnoputri, Sri Bintang Pamungkas, Kivlan Zein, Adhityawarman Thaha, Ratna Sarumpaet, Ahmad Dhani, dan empat terduga lainnya. Menurut Polri, penangkapan ke-10 terduga pelaku makar tersebut merupakan kunci dari amannya gelaran Aksi 212.
Belakangan Polri melakukan pemeriksaan terhadap Presiden dan Sekjen KSIP dalam kasus dugaan makar. Namun belum jelas peranan kedua pentolan KSPI ini dalam skenario makar.
Ada beberapa fakta penting dalam kaitan antara Aksi 212 dengan pengangkapan para pelaku terduga makar. Pertama, adanya komunikasi yang cukup intens antara tokoh Aksi 212 dengan beberapa pelaku terduga makar.
Kedua, adanya kesamaan tuntutan yang disuarakan oleh Aksi 212 dengan terduga makar, yaitu menuntut dipenjarakannya Ahok, tersangka (saat itu masih berstatus tersangka) dugaan penista agama.
Ketiga, adanya persamaan waktu dan tempat, yaitu 2 Desember 2016 di Jakarta. Soal waktu, ada fakta menarik yang perlu dicermati. GNPF-MUI merencanakan Aksi 212 selesai pada pukul 13.00 WIB, sementara aksi unjuk rasa di Senayan akan digelar mulai pukul 13.00 WIB atau setelah peserta Aksi 212 membubarkan diri.
Keempat, ada sejumlah tokoh, baik itu dari GNPF-MUI, terduga makar, maupun KSPI yang diketahui memiliki persamaan dukungan kepada salah satu pasangan capres-cawapres dalam Pilpres 2014, yaitu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.. Sederhananya, antara Aksi 212 dengan perencanaan makar saling beririsan, tidak hanya bersinggungan. Dan menurut Polri, ada upaya untuk mengerahkan massa Aksi 212 menuju Gedung DPR/MPR
Pada hari itu, 2 Desember 2016, ada 3 aksi unjuk rasa. Pertama, Aksi 212 yang berpusat di area Monas yang diselenggarakan oleh GNPF-MUI. Kedua, unjuk rasa di Gedung DPR/ MPR yang digerakkan oleh para terduga pelaku makar. Dan ketiga, demonstrasi buruh yang ditukangi oleh KSPI. KSPI diketahui menggelar aksi demonya di sekitar Tugu Tani. Namun, ada juga informasi yang menyebut sejumlah massa KSPI berada di seputaran Patung Kuda dan Bunderan HI. Dari lokasinya, lokasi unjuk rasa KSPI bersinggungan dengan lokasi Aksi 212 yang meluber hingga Bunderan HI, Patung Kuda dan Tugu Tani.
Awalnya, beredar rumor kalau GNPF-MUI akan menggelar aksinya pada 25 Desember 2016. Waktu yang sama juga dipilih oleh KSPI. Ketika GNPF-MUI mengubah waktu aksinya menjadi tanggal 2 Desember 2016, KSPI pun mengikutinya. Perubahan waktu aksi KSPI ini pastinya terkait erat dengan perubahan waktu Aksi 212.
Sebagaimana yang diberitakan, Polri sudah mengungkapkan adanya rencana makar sejak 21 November 2016 atau 3 hari setelah GNPF-MUI mengubah rencana waktu aksinya. Menurut Polri, makar akan dilancarkan pada 25 November 2016. Karuan saja, pernyataan Polri yang disampaikan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian ini menohok banyak pihak.
Ada sejumlah fakta menarik seputar makar yang diungkapkan oleh Kapolri. Pertama, rencana makar bisa dicari lewat mesin pencari Google. Kedua, pelaku makar bukan tokoh yang berasal dari GNPF-MUI.
Fakta menarik lainnya adalah digantikannya orasi politik dalam jadwal Aksi 212 menjadi tausiah. Kemudian, ada kesepakatan antara GNPF-MUI dengan Polri untuk menggeser pusat aksi dari yang semula direncanakan di Bunderan HI menjadi di area Monas.
Selain itu, dua Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah dan Fadli Zon tidak menghadiri Aksi 212 dengan alasan menjalankan tugas kedewanan ke luar negeri. Padahal keduanya menghadiri Aksi 411 yang digelar pada 4 November 2016 dan berorasi tentang pelengseran Presiden RI. Karena orasinya itu, sejumlah media online menyebut Fahri bagaikan macan yang mengaum.
Tetapi, ada juga informasi lainnya yang menarik untuk diketahui. Informasi itu didapat dari video “Habib Rizieq & GNPF Evaluasi Aksi Bela Islam 212” yang diunggah di Youtube. Dalam video itu, Sekjen FUI Muhammad Al Khaththath mengaku setelah acara “Konsolidasi Nasional Mahasiswa dan Pemuda Islam I” yang diadakan di Kampus Universitas Bung Karno pada 30 November 2016 sejumlah pembicara berkumpul di satu ruangan.
Menurut Al Khaththath, para tokoh yang hadir di UBK tidak langsung rapat, tetapi menunggu selesainya pertemuan antara Rachmawati, Kivlan, dan seorang lagi yang namanya tidak mau disebut Khaththath. Siapakah orang ketiga yang dimaksud? Siapa pun itu, pastinya orang ketiga yang melakukan pembicaraan rahasia ini bukan sembarang orang. Dan kemungkinan besar orang penting yang dimaksud Al Khaththath itu bukan bagian dari yang ditangkap sebelum gelar Aksi 212. Kalau termasuk, Al Khaththath pastinya tidak akan sungkan menyebut namanya.
Jelas, penangkapan 11 terduga pelaku makar itu bukan hanya karena wacana atau keinginan untuk menggulingkan pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Kapolri, wacana atau gagasan makar bisa dicari di Google. Lewat Google bisa diketahui adanya sejumlah konten yang memuat upaya makar. Jika mengacu pada pernyataan Kapolri tersebut, seharusnya para terduga makar sudah ditangkap beberapa bulan sebelum 2 Desember 2016. Artinya, rencana makar baru dimatangkan beberapa hari jelang Aksi 212.
Tetapi, 11 terduga makar yang ditangkap adalah aktor perrencana, mungkin juga aktor penggagas. Mereka bukan aktor lapangan atau penggerak lapangan. Logikanya, untuk menggerakkan massa 212 yang berpusat di area Monas menuju Gedung DPR/MPR dibutuhkan tim penggerak atau operator lapangan. Tanpa menerjunkan operator lapangan sangat tidak mungkin rencana makar dapat dieksekusi.
Dan, untuk menggerakkan massa yang ditargetkan berjumlah minimal ribuan orang pastinya dibutuhkan aktor lapangan dengan banyak personel. Siapa sajakah operator aktor lapangan makar? Pertanyaan selanjutnya, di manakah posisi aktor lapangan pada waktu Aksi 212 berlangsung?
Itulah missing link yang belum diungkap Polri. Dengan missing link tersebut, bangunan gerakan makar masih belum utuh 100 %. Missing link inilah yang membat banyak orang tidak memercayai potensi makar yang terjadi pada 2 Desember 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H