Lewat keputusan yang dikeluarkan pada 11 Oktober 2016, MUI menyerukan untuk membawa kasus ke ranah hukum. Kalau memperhatikan media sosial, setelah keputusan MUI itu dikeluarkan, netizen sudah tenang. Tetapi, ketenangan tersebut hanya berlangsung selama beberapa jam dan kembali memanas setelah mendengar pernyataan Nusron Wahid di ILC yang ditayangkan oleh TV One.
Aksi unjuk rasa 411 menjadi saluran aspirasi rakyat yang menuntut keadilan ditegakkan. Aksi ini diikuti pendemo yang jumlahnya sangat besar. Jika hitungan ruas jalan yang dipenuhi pendemo itu benar seluas 250 ribu meter persegi, maka minimal ada 1 juta pendemo yang turun saat 411.
Ternyata 411 bukan aksi unras terakhir. Direncanakan akan ada unras berikutnya. Sebagaimana yang dikatakan Emha Ainun Nadjib beberapa hari sebelum 4 November 2016, demo 411 baru rakaat pertama. Emha benar, belakangan ada kelompok yang merencanakan akan menggelar unras pada 25 November 2016 (2511)
Aksi 2511 pastinya berbeda dengan aksi 411 dan 1410 (unras yang digelar pada 14 Oktober 2016. Pada 1410 pendemo murni menyuarakan penegakan hukum yang dinilai berjalan lamban. Demikian juga dengan 411. Hanya saja pada saat 411, sudah mulai terbaca dengan sangat jelas ada penyusup sekaligus provokator yang memanfaatkan aksi tersebut. Setidaknya dua upaya provokasi yang dilancarkan pada siang hari berhasil dijinakkan oleh pendemo. Tetapi, seperti yang diduga sebelumnya, pada malam hari lepas Magrib ketika aparat keamanan sudah lelah bak fisik maupun mentalnya, provokasi kembali dilancarkan. Beruntung pedemo berhasil menahan diri dan membuat dinding pembatas sehingga antara provokator dan pendemo terbentuk jarak.
Pasca-411 upaya adu domba semakin menjadi. Buya Safi’i Maarif yang dinilai membela Ahok dihujat habis-habisan. Dari kubu lainnya melontarkan tuduhan kalau aksi 411 didanai oleh aktor politik. Bahkan ada yang menuduh Habib Rizieq mengutil dana kucuran tersebut untuk membeli sedan mewah Jaguar. Bahkan, Pendeta Gilbert mendesak KPK untuk mengusut aliran dana kepada pendemo.
Gelar perkara kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok terus bergulir di kepolisian. Saat gelar perkara, ada upaya untuk menghadirkan ulama asal Mesir sebagai saksi ahli. Di tengah semakin kencanganya upaya adu domba, tentu saja rencana ini sangat mengkhawatirkan. Peristiwa serupa juga nyaris terjadi saat ada kelompok yang mencoba menghadirkan Syeik Arifi yang dikenal sebagai provokator konlik Suriah. Beruntung MUI bertindak cepat. Ulama Mesir itu pun kembali ke negerinya. Belakangan diketahui kalau ulama Mesir itu tidak mengetahui kalau dirinya akan dihadirkan sebagai saksi ahli. Ia datang ke Indonesia untuk berceramah keagamaan.
Di hari penetapan Ahok sebagai tersangka, kedua belah pihak saling melontarkan ujaran-ujaran provokatif. Rencana 2511 semakin menggeliat. Seruan rush money berseliweran di jejaring sosial. Melihat dampak buruk yang bisa terjadi jika 2511 dilaksanakan, para ulama mencoba meredam. Habib Rizieq mengambil jarak dengan penggagas aksi 2511. Pemerintah menghimbau aksi 2511 dibatalkan. Sederhananya saat ini semua pihak tengah berupaya meredam aksi 2511.
Para ulama mengucapkan terima kasih kepada kepolisian yang telah menegakkan keadilan sesuai hukum yang berlaku. Para ulama pun melihat Presiden Jokowi tidak mengintervensi dalam kasus ini. Upaya ulama dan berbagai pihak untuk mendinginkan situasi ini mendapat perlawanan dari kedua “tangan” yang sedang bertepuk.
Suara tepukan semakin kencang. Satu pihak mencurigai kalau penetapan Ahok sebagai akal-akalan pemerintah. Pihak di seberangnya justru mengopinikan adanya upaya Jokowi untuk menyelamatkan Ahok. Seruan lewat #PredidenNetral dan #JokowiNetral pun kandas. Kedua pihak sama-sama mengopinikan Jokowi menjadi sumber masalah penegakan hukum di negeri ini.
Kunjungan Jokowi ke berbagai markas militer digaungkan sebagai upaya untuk menakut-nakuti rakyat. Sementara di kelompok lain diserukan kalau kunjungan Jokowi itu dalam rangka konsolidasi guna menghadapi kelompok 411 yang dipersepsikan akan melancarkan makar.
Aksi 2511 pastinya akan lebih sulit dikendalikan mengingat tidak adanya tokoh kharismatik yang memimpinnya. Aksi ini rencananya akan diikuti oleh ribuan buruh, mahasiswa, LSM, dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Parade Bhineka Tunggal Ika yang bakal digelar oleh pendukung Ahok akan menguatkan upaya adu domba. Kelompok parade ini diperkirakan akan menstigma peserta akse 411 sebagai musuh negara, musuh kebhinekaan, teroris, dll. Muatan-muatan yang dilontarkan oleh peserta parade ini pastinya akan semakin memanasi situasi.