“Hehehe.. iya, Bu.”. Kulihat dagangan Bu Bandi makin lengkap. Bukan cuma jajanan anak-anak lagi, di warungnya ada sabun mandi, gula, rokok, malah dua drum minyak tanah pun terlihat di halaman rumahnya yang berpagarkan tanaman “mangkok-mangkokan”.
Sambil nyeruput teh botol dingin, saya mendengar banyak cerita Bu Bandi. Pak Bandi sudah meninggal dunia tiga tahun yang lalu, katanya. Sementara dua anaknya masih sekolah di bangku SMP.
“Untung ya, Cep, waktu itu ada Brama Kumbara. Jadi, Ibu bisa dagang,” katanya dalam bahasa Sunda.
Mendengar Bu Bandi yang masih mengingat kejadian lama itu, saya hanya bisa senyum-senyum.
Pesan moral: Jangan usir anak-anak yang kepergok sedang nguping.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H