Sebagaimana terhadap Syiah, provokasi terhadap NU pun terbilang gagal. Lewat isu penggusuran Masjid Luar Batang dan penggusuran rumah warga yang tergusur setidaknya telah terjadi 2 kali upaya provokasi dalam bulan April lalu. Namun keduanya gagal. Bahkan gaungnya pun tidak terdengar sama sekali.
Secara umum, bangsa Indonesia sudah tidak mudah diprovokasi lagi. Namun demikian, ada sekelompok orang yang sangat militan yang tunduk dan patuh taat kepada organisasi dan pemimpinnya. Mereka inilah yang akan mudah diprovokasi. Walau pun demikian kelompok-kelompok dengan karakteristik tersebut belum tentu akan turun pada 20 Mei nanti. Ini mirip-mirip dengan 20 Mei 2015. Waktu itu diperkirakan FPI dan berbagai ormas “seirama” lainnya, termasuk ormas-ormas yang dekat dengan PKS akan turun pada waktu yang sama. Tapi, pada kenyataannya mereka tidak turun secara bersamaan.
Jelang unjuk rasa 20 Mei nanti, komunitas intelijen pastinya sudah memantau, sudah memasang mata dan kupingnya tajam-tajam. Setiap ucapan, status, komentar, twit, pertemuan atau apapun juga sudah dicatat dan dianalisa. Sementara itu berbagai skenario sudah diperhitungkan dengan matang. Tetapi kemungkinan timbulnya faktor "X" dapat mengubah segala macam skenario.
Jika melihat 2015 tahun lalu, di mana ada kesenjangan antara yang digembar-gemborkan oleh pelaku unjuk rasa jelang 20 Mei dengan fakta yang terjadi, maka pada tahun ini pun hal serupa akan kembali terjadi. Sepertinya unjuk rasa 20 Mei 2016 yang digadang-gadang lebih besar dari Mei 2015 itu, pada kenyataannya hanya sanggup menimbulkan riak-riak kecil.