Jangankan Lawan Bank Konvensional, Dibandingkan Caleg Parpol saja Bank Syariah Kalah Greget
Saat ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggiatkan kampanye Aku Cinta Keuangan Syariah (ACKS). Pertanyaannya, bagaimana bisa mencintai kalau tidak mengenali. Dan kurang dikenalinya bank syariah sudah pasti karena kurangnya promosi atau sosialisasi. Dalam soal sosialisasi, bank syariah masih kalah greget dibanding calon legislatif. Caleg, setahun sebelum pemilu sudah wara-wiri anjang sana-anjang sini sambil membawa dos-dosan kerudung, kaos, stiker, kalender, dan berbagai macam barang lainnya untuk dibagikan. Sedangkan, bank syariah hanya beriklan jor-joran di bulan Ramadhan saja. Selebihnya hanya sekali-dua kali muncul dalam bentuk iklan koran cetak.
Kalau dibandingkan dengan iklan bank konvensional, iklan bank syariah hanya terasa bagaikan angin sepoi-sepoi. Apalagi kalau dibandingkan dengan iklan “Untung Beliung” BRI yang berhembus kencang di setiap jeda iklan program-program prime time stasiun televisi. Dari situ saja sudah terbaca jika untuk sosialisasi, bank syariah tidak mempunyai amunisi sebanyak bank konvensional..
Kurangnya iklan atau sosialisasi itulah yang menyebabkan bank syariah kurang dikenal oleh masyarakat. Kelemahan ini diakui oleh Kepala Bagian Perizinan dan Administrasi Dokumentasi Perbankan Syariah Bank Indonesia (BI) Janu Dewandaru,
"Memang benar mengapa bank syariah kurang dikenal di masyarakat karena kurangnya sosialisasi karena kurangnya dana. Ini faktanya," ungkapnya saat menyampaikan pemaparannya pada sosialisasi perbankan Syariah bagi Komunitas wartawan Kementerian Agama, di Bandung, Jawa Barat, 9 April 2011. (Sumber: Di sini )
Akibat dari minimnya dana itu, menurut Janu, iklan bank syariah hanya untuk momen tertentu saja seperti pada bulan Ramadhan.
"Di luar bulan itu bank syariah melakukan promosi secara gerilya yang memakan biaya sedikit, dengan langsung mendatangi calon nasabah," lanjutnya.
Tidak jelas apa yang dimaksud Janu dengan promosi secara gerilya. Apakah gerilya dari pameran ke pameran, dari perusahaan ke perusahaan, dari komunitas ke komunitas, dari masjid ke masjid, atau dari pintu rumah ke pintu rumah.
Apakah Tidak Ada Strategi Sosialisasi Lainnya Selain Beriklan?
Bagi yang lama berkecimpung dalam marketing research pastinya sudah tidak asing lagi dengan jawaban responden atas beberapa pertanyaan, seperti berikut ini.
“Dari mana pertama kali Bapak mengetahui produk ini?” Begitu kira-kira pertanyaan yang tertulis pada kuesioner sebuah survei. Atas pertanyaan tersebut, jawaban terbanyak adalah media, kedua teman atau kerabat, dan yang ketiga adalah sales. Artinya, jumlah responden yang mengetahui suatu produk dari media lebih banyak dari jumlah responden yang mengetahuinya dari teman/kerabat dan sales.