Kemarin buat melengkapi tulisan niatnya mau bandingkan tingkat kesukaan Risma yang lebih tinggi dari Ridwan Kamil dan Ahok. Setelah meng-google dikliklah Kompas.com. Cek disini
Terbaca di situ
Survei yang diadakan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) memperlihatkan nama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini lebih disukai untuk jadi gubernur DKI Jakarta berikutnya daripada Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Berdasarkan tingkat kesukaan calon gubernur DKI Jakarta, Tri Rismaharini disukai 85,54 persen responden, disusul Ridwan Kamil 85,02 responden, baru Ahok 71,39 persen," kata peneliti CSIS, Arya Fernandes, di Jakarta, Senin (25/1/2016).
Awalnya manggut-manggut. Tapi begitu baca paragraf di bawahnya,
Untuk sisi popularitas, nama Ahok masih menyandang persentase terbesar, yakni 94 persen dari responden, kemudian disusul dengan nama Tantowi Yahya sebanyak 81 persen, Ridwan Kamil 71,25 persen, Abraham "Lulung" Lunggana 69,25 persen, Hidayat Nur Wahid 64,50 persen, Tri Rismaharini 63,75 persen, dan tokoh-tokoh lainnya.
Ups!
Ada yang janggal dengan hasil survei CSIS yang diberitakan Kompas.com tersebut.
Jangan-jangan Kompas.com seperti Metrotvnews.com yang menyesatkan hasil survei. Kemudian dicari media lain yang memberitakan tentang tingkat kesukaan.Cek disini
Isinya sama saja dengan Kompas.com! Jadi kesalahan bukan pada Kompas.com, tapi pada rilis survei CSIS. Jadi, sepertinya, sampai saat ini Metrotvnews.com masih menjadi satu-satunya media yang menyesatkan hasil survei.
Lantas, apanya yang janggal dengan hasil survei CSIS yang bertajuk "Calon Independen Vis A Vis Calon Partai" yang mengikutsertakan 400 responden ini?
Kalau dilihat dari angka-angkanya, berarti tingkat kesukaan dan popularitas didapat dari siapa saja yang dikenali dan disukai oleh responden. “Siapa saja” berarti satu responden boleh memilih lebih dari satu calon. Dalam pertanyaan seperti ini biasanya responden ditunjukkan show card atau drop card sebagai alat bantu memilih.
Menurut survei tersebut, Ahok dikenali oleh 94 % responden dan disukai oleh 71,39 %. Artinya ada 22.61 % responden yang kenal Ahok tapi tidak menyukainya. Ini logis, sebab tingkat popularitas Ahok lebih besar dari tingkat kesukaan. Atau yang mengenali Ahok belum tentu menyukainya.
Nah, kejanggalannya nampak pada Risma dan Ridwan Kamil. Risma contohnya, Walikota Surabaya ini dikenali oleh 63,75 % responden, tetapi ada 85,54 % respenden yang menyukainya. Jadi dari total 400 responden ada 21,79 % responden yang tidak kenal Risma tapi menyukainya. Ini aneh, kok bisa ada responden yang tidak kenal Risma, tapi bisa menyukainya. Begitu juga dengan Ridwan Kamil.
Logikanya, tidak mungkin responden suka pada cagub kalau ia tidak mengenalinya. Jadi, tingkat popularitas cagub harusnya lebih tinggi atau sama dengan tingkat kesukaannya.
Tak kenal maka tak sayang. Kalau yang ini tak kenal pun bisa suka.
Semoga CSIS bisa menjelaskan adanya kejanggalan dalam surveinya ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H