Memang pada rilis Populi Center terdapat kata “elektabilitas”, tapi yang dimaksud adalah elektabilitas top of mind. Top of mind adalah apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran responden ketika ditanya tentang obyek survei. Biasanya ditulis top of mind saja. Kemudian ada juga elektabilitas head to head. Head to head di sini maksudnya jika 2 tokoh diadu, misalnya, Ahok Vs Yusril, Ahok Vs Lulung, Ahok Vs Ridwan Kamil,
Nah, kalau elektabilitas Yusril yang diberitakan Metrotvnews.com yaitu 78 %, lucunya ternyata, top of mind Yusril cuma 3 %. Jadi, ada 78 % responden yang kenal Yusril, tapi hanya 3 % responden yang terlintas dalam pikirannya kalau Yusril bakal nyagub. Sangat jomplang bukan.
Top of mind itu contohnya begini, ada 100 responden. Ke-!00 responden itu ditanyai “Bicara tentang Pilpres 2019, siapa capres yang terlintas dalam pikiran Mbak?’ 55 responden menjawab Jokowi (55 %), 35 responden menjawab Gasa (35), 4 responden menjawab Elde (4%), 4 responden menjawab Jati (4%), Dan 2 responden menjawab Surya Paloh (2%).
Jumlah total top of mind pasti 100 % karena setiap responden hanya menjawab 1 nama capres. Dan, jawaban yang dicatat oleh interviewer adalah yang pertama kali tercetus oleh responden.
Top of mind bisa juga seperti ini, 100 kompasianer ditanya, “Tentang Jati Kumoro, apa yang terlintas dari Mas Bro kalau melihat PP akun Jati?” 99 kompasianer menjawab “habul”. Artinya, begitu melihat PP akun Jati, yang pertama kali terlintas dalam pikirannya 99 % kompasianer adalah “habul”. Sedang 1 % sisanya menjawab “cabul:
[caption caption="Foto layar (dok pri)"]
Lantas, apa alasan Metrotvnews.com mengubah “popularitas” menjadi “elektabilitas” sehingga menyesatkan hasil survei Populi Center?
Pertama, Metrotvnews.com dikenal sebagai milik Surya Paloh, Ketua Nasdem. Kedua, Nasdem mendukung Ahok pada Pilgub DKI 2017. Ketiga, pada saat Metrotvnews.com mempublikasi berita tersebut (22 Februari 2016), kemungkinan majunya Ridwan Kamil untuk menyaingi Ahok sangat besar. Dan, Emil banyak disebut sebagai sosok yang mampu menumbangkan Ahok.
Sederhanyanya, Metrotvnews identik dengan Nasdem, karena Nasdem mendukung Ahok, maka Metrotvnews pun dianggap sebagai pendukung Ahok.
Singkatnya, apa kesan yang ditangkap dengan “Elektabilitas Yusril Lampaui Ridwan Kamil”? Bukannya ini sama saja dengan mengatakan “Lihat, elektabilitas Ridwan Kamil sekarang sudah kalah oleh Yusril.”. Penyesatan hasil survei oleh Metrotvnews ini sebenarnya tidak lebih dari propaganda. Sayangnya, propaganda yang dilancarkan oleh Metrotvnews tersebut terlalu naif dan malah jadi bahan tertawaan.
Propaganda busuk ala penyesatan hasil survei memang biasa ditemui di setiap jelang pemilu. Berbagai macam survei akal-akalan, survei hoax, quick count bodong, bahkan real count palsu pun bertebaran di saat pemilu. Bayangkan real count, yang disaksikan berjuta pasang mata bisa dipalsukan! Malah, ada lembaga survei yang men-copas hasil survei lembaga survei lainnya, hanya mengganti nama tokoh, tanpa mengganti angka-angkanya. Angka-angkanya dari atas sampai bawah plek sama persis.