“Kamu tahu, saya jadi malu. Saya sudah blak-blakan tentang Turki, tapi ternyata informasi yang saya ungkapkan itu sudah lama ditulis di Kompasiana.”
Sergei hanya bisa menghela nafas panjang.
“Sekarang kamu cari penulisnya!” perintah Vladimir seraya menggebrak meja. “Tanyakan nama, alamat, nomor teleponnya pada admin.”
“Да.”
“Kalau admin tidak mau menjawab.” Vladimir diam sejenak, “Tanyakan di obrolan ke Neinjelen Loch, 🌺usi saba🌺, Pebrianov , Mas Wahyu, Fahmi Ardi, Reza aka Fadli Zontor, Beni Guntarman, Teddy King Top Bin Musthofa, Pepih Nugraha, S Aji, Andri Sipil, Tasch Taufan, Achmad Suwefi, Cut Ayu, Lilik Fatimah Azzahra, Gunawan , Fera Nuraini, Kiara Wael, Fidia Wati, Ariyani Na, Thomson Cyrus, agus walliet, Agung Soni, DesoL.”
“Cэр.” Sergei berusaha memotong Vladimir.
“Hery Dakhrisman, Valentinus EP, Susy Haryawan, Betty Hoetagaol, Nur Setiono, yos mo, Biyanca Kenlim, Ahmad Maulana S, Naftalia Kusumawardhani, Bambang Setyawan, Mariam Umm, Cintawp, Suyono Apol, Mike Reyssent, Aldy M. Aripin, Ninoy N Karundeng, Robbi Gandamana, AAA^NNNhuSss, Jati , elde, Rahadi Umar.”
“Cэр.” Mata Sergei mendelik.
Mata Vladimir melebar. Mulutnya menganga.
“Jadi ...” Sergei tidak meneruskan kalimatnya.
“Да.”