Padahal waktu menayangkan tulisan tersebut, saya belum mendengar isi rekaman “Papa Minta Pulsa” (sampai sekarang pun belum). Saya pun tidak mendapatkan informasi “kolong meja” terkait soal upaya penggulingan Jokowi kalau kontrak Freeport tidak diperpanjang. Yang saya “masak” semuanya didapat dari pemberitaan media. Dan, saya hanya mengambil informasi dari berita yang dipublish oleh media arus utama.
Lalu bagaimana dengan paragraf yang saya tulis di http://www.kompasiana.com/gatotswandito/manuver-jokowi-di-laut-china-selatan-bikin-as-panas-dingin_559f9f936023bd62068b4567 pada 10 Juli 2015, Tentu saja sikap ketidakproan kepada AS ini membuat Jokowi bagai duduk di kursi panas. Jika saja Jokowi salah dalam manuvernya, sebagaimana pemimpin-pemimpin negara lain yang tidak pro AS, Jokowi menjadi target untuk dijatuhkan kemudian diganti dengan pemimpin yang pro AS.
Sepertinya tidak ada yang aneh dengan pendapat saya di atas. Karena hal itu sudah menjadi pengetahuan umum. Karenanya tidak aneh pula kalau kemudian saya berpendapat bahwa Jokowi terancam dijatuhkan jika tidak memenuhi keinginan Amerika terkait perpanjangan kontrak Freepot.
Nah, kalau tulisan ngarang yang saya tayangkan pada akhirnya terindikasi benar, pertanyaannya, salah saya di mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H