Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Om Said Didu, Kalau Tulisan Ngarang Saya di Kompasiana Terbukti Benar, Salah Saya di Mana?

1 Desember 2015   17:59 Diperbarui: 1 Desember 2015   18:52 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Said Didu, staf khusus Kementerian Energi menolak mengomentari infografis ini. Ia mengaku baru mengetahui adanya infografis ini dari pemberitaan media. "Bisa saja itu ngarang seperti orang-orang ngarang tulisan di Kompasiana," ujar Said merujuk pada kumpulan blog populer milik salah perusahaan media terkemuka.

Saya copas paragraf di atas dari http://nasional.tempo.co/read/news/2015/11/30/078723551/beredar-rekaman-percakapan-calo-freeport-jokowi-terseret

Jelas yang bicara Om Said Didu yang staf khusus Kementerian ESDM, bukan Akhi Sayeed yang sohib dekat Mas Elde itu. Karena bukan Sayeed itu bisa jadi Om Said belum kenal betul dengan Kompasiana, apalagi dengan warganya seperti Mike (dibaca: Mi-ke), Ninoy (dibaca: Ni-Noi), Gatot (dibaca: Ga-sa), dan Elde (dibaca: Dar-sem).

Dulu, sebelum Kompasiana versi Beta, tulisan yang ditayangkan di blog keroyokan (Jadi di Kompasiana siapa saja boleh ngeroyok siapa saja, termasuk Said yang bukan Kompasianer) ini dibagi atas reportase dan opini. Jadi ada yang menayangkan tulisan berdasarkan sebuah peristiwa yang disaksikannya, bisa juga pengalaman pribadi si penulis. Ada juga yang menuliskan pendapatnya mengenai peristiwa yang sudah disiarkan oleh media atau informasi yang diterimanya. Jadi, dulu pembaca mudah membedakan mana opini, mana reportase.

Opini itu sama artinya dengan pendapat. Pendapat pastinya berupa hasil olah analisa orang yang mengeluarkannya. Karena latar belakang, pendidikan, ekonomi, dll, orang itu beraneka ragam maka pendapat yang muncul atas satu obyek pun bisa berbeda-beda. Begitu juga ketika teman-teman K-er memandang satu peristiwa atau informasi. Ada K-er yang menulis A, ada yang menulis B, ada juga yang menulis C. Apakah yang berpendapat A bisa mengatakan yang pendapat B dan C sebagai karangan? Begitu juga bagi yang berpendapat B terhadap pendapat A dan C.

Soal opini seputar kasus “Papa Minta Saham”, ada K-er yang keukeuh hanya mau menuliskan opininya berdasarkan pemberitaan media. Tetapi, ada juga beberapa K-er yang menuangkan tulisannya berdasar informasi-informasi yang diterimanya lewat “kolong meja”.

Informasi yang masuk lewat “kolong meja” memang liar-liar dan sulit untuk dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, informasi “kolong meja” ini sayang sekali jika dilewatkan. Di situlah teman-teman K-er dituntut kecerdasannya untuk mengolah kata agar tulisannya tidak menjurus kepada tudingan, fitnah, atau semacamnya.

Tetapi, tanpa harus memasukkan informasi-informasi “kolong meja” pun opini di Kompasiana bisa liar. K-er bisa memasukkan banyak informasi ke dalam “wajannya”. Contonya, Amerika tentu saja tidak akan tinggal diam. Sebagaimana biasanya, negara adidaya ini akan memanfaatkan segala macam akses dan asetnya. Sebagaimana yang terjadi di Timur Tengah, di Indonesia Amerika menggunakan kelompok Ikhwanul Muslimin dan rekannya untuk menyerang pihak yang dinilai mengganggu kepentingannya. Maka, tidak mengherankan jika di Indonesia pun ratusan ribu kader dakwah dikerahkan oleh para ustadnya untuk terus menerus menggoyang pemerintahan Jokowi. Kolaborasi yang serupa juga ditunjukkan Amerika dan Ikhwanul Muslimin dalam Arab Spring. Yang paling kentara adalah kerja sama keduanya dalam upaya penggulingan Presiden Suriah Basyar Assad.

Serentetan kalimat di atas di-copas dari http://www.kompasiana.com/gatotswandito/papa-minta-saham-langkah-brilian-prabowo-dan-pengakuan-tiongkok-tentang-kepemilikan-indonesia-atas-natuna_56527ea5397b6197056e631a yang saya tayangkan pada 23 November 2015. Intinya pada paragraf tersebut saya mengatakan Amerika akan menggulingkan Jokowi jika kontrak Freeport tidak diperpanjang.

Dan pada hari ini, 1 Desember 2015 saya membaca di Tempo.co, Transkrip rekaman lengkap yang diduga pembicaraan antara Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dan pengusaha M. Riza Chalid ketika bertemu dengan pihak PT Freeport Indonesia beredar di media sosial. Dalam transkrip berupa infografis itu, salah satu petikan percakapannya mengenai kontrak Freeport yang diyakini para peserta pertemuan tak akan dihalangi oleh Presiden Joko Widodo.

"Kalau dia sampai nekat nyetop, jatuh dia," demikian salah satu petikan dalam transkrip itu. http://nasional.tempo.co/read/news/2015/12/01/078723679/transkrip-rekaman-jokowi-nekat-nyetop-freeport-jatuh-dia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun