Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Intel Polisi kok Culun Begini?

22 Agustus 2015   10:41 Diperbarui: 22 Agustus 2015   10:41 24749
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita serupa didapat juga di sini

http://www.arrahmah.com/news/2015/08/21/terbongkar-intel-polisi-kristen-menyusup-di-parade-tauhid-sebagai-provokator.html.

Mari kita telanjangi, ungkap, singkap, sibak, ploroti bersama-sama cerita yang bikin ngakak ini,

Pertama, “ada seseorang pakai atribut FPI sedang memaki-maki polisi dengan bahasa kasar bahkan mengancam dan berbuat kekerasan, orang tersebut menyekek leher aparat”, Kalau cuma dimaki, diancam, bahkan dengan bahasa sekasar apapun polisi masih bisa berdiam diri. Tapi, kalau sudah mencekik, masa iya masih diam saja. Kalau pun polisi yang dicekik diam, kan ada teman-temannya. Masa iya polisi diam saja melihat ada anggotanya yang diserang secara fisik. Ini kejanggalan pertama dari kisah ini. Tapi nanti disibak lagi di akhir tulisan ini.   

Kedua, Soal ditemukannya KTA di kaos kaki si intel penyusup. Ini lucu sanget, kalau Ipin dan Upin boleh ikut mengomentari. Masa iya sih ada orang menyamar untuk menyusup dengan membawa-bawa identitasnya. Kan bisa tuh KTA disimpan dulu di rumah atau dititipkan ke teman. Kemudian, apakah menyembunyikan KTA di kaos kaki itu aman? Pastinya tidak. Kan yang disusupi ormas Islam. Bagaimana kalau si penyusup diajak shalat.Bukannya waktu wudhu saja sudah harus melepas kaos kaki untuk membasuh kaki. Jadi, soal KTA ini lucu-lucu sanget lah.

Ketiga, si penyusup ternyata beragama Protestan. Kok aneh bingit, ini ada  anggota Polri yang beragama Protestan yang disusupkan ke dalam ormas Islam. Memangnya, Polri sudah kehabisan intel muslim untuk menyusup ke lingkungan FPI?

Keempat, si penyusup tidak bisa menyebut tokoh di lingkungan yang disusupinya. Bukannya seharusnya selain memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang disusupinya juga disertai informasi tentang seluk beluk lingkungan yang akan dimasukinya. Ini sama saja ada yang menyusup ke kantor Kompasiana dengan mengaku sebagai karyawannya, tapi tidak mengenal Pepih Nugraha.

Kelima, si penyusup bertugas di Polres Jakarta Pusat dengan pangkat Brigadir. Artinya, lokasi kerja si penyusup tidak jauh dengan daerah yang disusupinya. Lha, kalau begini kan penyemarannya gampang terungkap. Bagaimana kalau si polisi bertemy dengan tetangganya. Nanti tetangganya bilang, “Abang kan polisi, kok sekarang jadi FPI?” Nah gimana tuh jawabnya?

Kalau membaca buku-buku intelijen, menyusup itu tidak gampang. Butuh persiapan yang cukup panjang. Karena si penyusup harus menghapus lebih dulu jejak-jejak masa lalunya hingga bisa tampil dengan identitas yang baru. Polisi yang mau disusupkan ke FPI pastinya harus bersih-bersih dulu dari identitas kepolisiannya. Ia kemudian tinggal dekat markas FPI, atau berkenalan dengan anggota FPI sebelum kemudian bergabung.

Tapi, kalau dipikir-pikir buat apa menyusupkan anggota ke FPI. Kan tinggal rekrut saja anggota FPI untuk dijadikan informan. Cara ini pastinya lebih efektif dan efisien. Walaupun belum tentu mudah.

Nah, kembali ke adegan “memaki-maki polisi dengan bahasa kasar bahkan mengancam dan berbuat kekerasan, orang tersebut menyekek leher aparat”. Kalau kata Aziz si pembuat cerita, aparat polisi yang disusupkan itu ditugaskan untuk memprovokasi. Lha, kalau memang skenario polisi untuk memprovokasi seharusnya begitu si penyusup mencekik, polisi yang diserang langsung melakukan perlawanan. Kemudian teman-temannya datang membantu untuk menangkap si penyusup. Dan ketika tim khusus pengamanan Parade Tauhid datang untuk melarai seharusnya dijadikan kesempatan untuk lebih membuat ricuh situasi. Tapi, faktanya kan tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun