3. Menimbulkan rasa simpatik penonton pada diri/pemikiran mereka. Entah lewat pemikiran ataupun latar belakang mereka yang melahirkan pemikiran tersebut. Jadi meskipun Villain ini jahat, tapi karena pemikiran mereka yang seolah berada pada pihak korban sistem yang lebih besar, mereka terlihat benar meski aksi aksi dan cara menyampaikannya tidak disetujui. Tentang latar belakang, contoh saja Thanos : Ia memiliki latar belakang kehancuran planetnya akibat kelebihan populasi, itulah sebabnya ia ingin mencegah kehancuran alam semesta dengan melenyapkan setengah dari penduduk alam semesta.
3 poin di atas sejalan dengan nafas jaman ini di mana:Â
1. Ideologi dan narasi kecil mulai bermunculan mempertanyakan ideologi dan narasi besar yang telah lama berkuasa atas nama modernitas,Â
2. Tujuan hidup kapitalis yang bersifat uang dan kekuasaan perlahan mulai memberi titik jenuh pada masyarakat masa kini dimana timbul ruang rasa kekosongan dalam kehidupan modern yang serba mewah/protes terhadap peperangan yg tiada akhir (perang atas nama ekonomi, agama atau apapun),Â
3. Adanya rasa simpatik pada hal hal yang terabaikan/bahkan yang selama ini dianggap tabu.
Sebagai penutup :
Saya rasa merekalah (Joker versi Heath Ledger dan Thanos) pembuka jalan betapa kita akhirnya bisa menikmati Joker versi Joaquin Phoenix ini dan bahkan mengalami proses identifikasi (simpati dan menaruh posisi diri pada tokoh tersebut) terhadap Joker versinya selain karena akting dan skenario yang kuat.
"Is it me ? Or is getting crazier out there ?"
(Semoga artikel ringan ini bisa mengisi siang anda dalam menikmati film film Superhero, terima kasih sudah mampir membaca)
Yohanes Jendral Gatot Subroto (@jendralgatotsubroto)
8 Oktober 2019
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI