Banyak yang telah memberikan review tentang filmnya dan jauh lebih menarik, maka saya mengambil sudut pandang sederhana tentang apa yang saya lihat dari fenomena film Joker yang diperankan Joaquin Phoenix ini. Dan ngomongin Joker tidak lepas dari perannya sebagai Main Villain / Penjahat Utama and yes, he is the most popular villain in Batman.
Langsung saja : Kebanyakan di film film superhero yang saya lihat di masa kecil, notabene Penjahat Utama atau Main Villainnya punya motif utama yaitu menjadi berkuasa dan menguasai bumi/wilayah tertentu. Dan untuk hal ini, penjahat tersebut akan melakukan segala aksi yang bersifat destruktif, mengancam bahkan mengalahkan sang superhero.
Dan kecenderungan untuk mewujudkan hal ini adalah dengan meng-ekspose hal hal yang bersifat fisik, misalnya tampilan yang seram/kekar, kekuatan militer, jumlah pengikut, kekuatan super, teknologinya, dll. Jadi kita melihat sosok penjahat dengan bentuk kejahatannya yang diasosiasikan dengan tampak luarnya saja, entah itu dalam bentuk fisiknya ataupun aksinya.
Nah, memasuki era lahirnya film film DC dan Marvel setelah tahun 2000-an ke atas, mulai terlihat usaha yang berbeda. Penonton tidak lagi bisa disuguhkan penjahat utama dengan motif "kacangan" seperti ini meski masih saja usaha ini dicoba dan gagal, contohnya : Justice League dan Suicide Squads.
Ada semacam tuntutan lebih kepada tokoh Main Villain ini agar disuntikkan formula tertentu dan ternyata penonton menyukai formula ini bahkan menjadi pakem untuk kehadiran tokoh tokoh penjahat lainnya, apakah formula itu ? Sebelum menjawabnya, ijinkan saya membawa nama nama berikut : Joker (Heath Ledger) dan Thanos. Sebenarnya banyak turunan mereka, misalnya Ultron yang 11-12 dengan Thanos atau Bane dalam Batman The Dark Knight Rises.
Nah, apa formulanya ? Formulanya adalah : IDEOLOGI / PEMIKIRAN YANG DITAWARKAN DAN BISA MEMPENGARUHI BANYAK ORANG.
Yah, inilah yang disuntikkan pada ke dua Main Villain ini, dimana mereka bukan saja sekedar terlihat jahat secara tampilan luar dan aksinya, tapi motif yang melatarbelakangi mereka lahir dari pemikiran / ideologi "unik" mereka sendiri, mengapa unik ? Karena motifnya bukan sekedar menjadi berkuasa / kaya, tapi sudah melampaui itu. Inilah yang membuat Joker (Heath Ledger) dan Thanos menjadi menarik. Mereka bukan sekedar tokoh yang jahat dan motivasi sebagai penjahatnyapun tidak kacangan tapi berhasil menyentuh lapisan pemikiran masyarakat / penonton dengan mendalam.
Jadi, meskipun dunia mereka adalah fiksi tapi gagasan gagasan yang ditawarkan terasa relateable dengan keadaan kita masa kini sehingga membuat kita mempertanyakan nilai nilai dan sistem di sekitar kita. Bahkan dalam level tertentu, kita bisa meng-amini sistem /gagasan baru yang mereka tawarkan.
Joker (Heath Ledger) hadir mempertanyakan society morality, bahwasanya saat menghadapi tekanan atau ancaman, ia percaya bahwa masyarakat yang memandang dirinya di posisi strata yang lebih baik, merasa berhak mengorbankan masyarakat yang dipandang tak baik.Â
Demikian juga dalam diri individu yang paling baikpun, bisa menjadi kelam bila ditekan atau dibuat menderita. Ia menyerang kenaifan Batman yang menganggap dirinya sebagai Pahlawan yang diperlukan Gotham City dan ia ingin membuat Batmanpun menyadari bahwa dirinya bisa menjadi jahat bila dalam tekanan akibat kesalahan pilihan yang fatal. Hal yang akhirnya bisa dilampaui Batman dgn pengorbanan begitu besar tapi gagal dilampaui Harvey Dent yang diharapkan sebagai penggantinya (*The Dark Knight).
Sedangkan Thanos membawa pemikiran untuk memusnahkan setengah mahluk dari alam ciptaan agar kelangsungan dunia tetap terjaga (*Avengers: Infinity War).
Dan lucunya, kedua penjahat ini tidak mengikuti kebiasaan penjahat penjahat era dahulu yang berpesta pora setelah tujuan mereka tercapai. Joker membakar tumpukan uangnya dan Thanos pergi berkebun!
Nah, penjahat utama dengan ideologi tertentu yang diberi ruang / porsi besar untuk disuarakan dan divisualkan dengan gamblang inilah yang akhirnya menjadi titik keberhasilan ke 2 film tersebut. Kita sebagai penonton tidak sekedar melihat aksi tapi juga referensi baru dalam pemikiran tentang keadaan sekeliling kita yang patut dipertanyakan.
Tapi hal ini tidaklah dilakukan secara mendadak oleh Hollywood, melainkan mereka telah mencoba formula ini terlebih dahulu pada tokoh protagonis/superhero mereka. Sebuah formula dimana tokoh tokoh superhero diulas bukan sekedar dari sisi kekuatan supernya saja tapi juga sisi manusiawi bahkan kelamnya.
Kita bisa melihatnya dalam film ke 3 Spiderman (Tobey Maguire) dan Logan betapa disana Superhero terlihat bokek, lemah, struggle in ordinary life problems, kadang bisa melakukan hal yang dilakukan antagonis, ini persis kita sebagai penontonnya sehingga kita bisa relate. Mungkin karena mengikuti keberhasilan formulanya pada tokoh protagonis maka formula inipun diterapkan Hollywood pada tokoh Villainnya/ antagonis.
Bila pada masa lalu penonton diajak simpatik pada tokoh Protagonis (Superhero) maka di era millenials dan Gen Z ini dimana nilai nilai dan sistem dipertanyakan, bahkan narasi narasi besar yang terlihat baik dan idealpun juga dipertanyakan dan ditumbangkan (*melahirkan era post modern), penontonpun diajak untuk bergerak lebih jauh yaitu SIMPATIK PADA TOKOH ANTAGONIS (Main Villain). Minimal setuju dengan ideologi yang mereka tawarkan.
Jangan jangan yang kita anggap penjahat, sebenarnya bukanlah penjahat sebagaimana diasumsikan oleh masyarakat dalam film tersebut. Mereka adalah orang orang yang mempertanyakan nilai nilai ideal jaman modern ini dan berusaha menyadarkan masyarakat dengan cara yang kelihatannya salah (kekerasan dan kejahatan).Â
Ideologi seperti ini memang cocok untuk kondisi millenials masa kini yang mulai mempertanyakan tatanan dunia modern yang dibangun para pendahulunya.Â
Mereka mulai meninggalkan nilai nilai kaku, sistem sistem besar dianggap lelucon (*ini terlihat dalam diri Joker Heath Ledger) termasuk ada yang menyerukan untuk kembali ke alam/peduli lingkungan dari perusakan jaman modern (*sebagaimana dilakukan Thanos pada ending Avengers Infinity War). Semua nilai nilai ini sejalan dengan gerakan para generasi millenials.
Jadi dari sinilah saya bisa menyimpukan 3 ciri Main Villain di era millenials dan Gen ZÂ ini:
1. Menawarkan IDEOLOGI bukan sekedar aksi ataupun kekuatan adu fisik. Ideologi mereka menentang ideologi umum yang telah berjalan di dunia moderen. Merujuk pada film Joker terbaru, Joker versi Joaquin melakukan ini pada statement statementnya, khususnya saat ia diwawancara di acara talk show.
2. Uang atau kekuasaan bukan lagi tujuan utama, malah bisa jadi itu tak berarti buat mereka setelah mencapainya, ini berarti mereka telah menemukan tujuan yang lebih besar. Merujuk pada film joker terbaru, Joker versi Joaquin melihat bahwa masuk TV show idamannya dan menjadi stand up comedia terkenal bukan lagi hal yang utama bagi dia.
3. Menimbulkan rasa simpatik penonton pada diri/pemikiran mereka. Entah lewat pemikiran ataupun latar belakang mereka yang melahirkan pemikiran tersebut. Jadi meskipun Villain ini jahat, tapi karena pemikiran mereka yang seolah berada pada pihak korban sistem yang lebih besar, mereka terlihat benar meski aksi aksi dan cara menyampaikannya tidak disetujui. Tentang latar belakang, contoh saja Thanos : Ia memiliki latar belakang kehancuran planetnya akibat kelebihan populasi, itulah sebabnya ia ingin mencegah kehancuran alam semesta dengan melenyapkan setengah dari penduduk alam semesta.
3 poin di atas sejalan dengan nafas jaman ini di mana:Â
1. Ideologi dan narasi kecil mulai bermunculan mempertanyakan ideologi dan narasi besar yang telah lama berkuasa atas nama modernitas,Â
2. Tujuan hidup kapitalis yang bersifat uang dan kekuasaan perlahan mulai memberi titik jenuh pada masyarakat masa kini dimana timbul ruang rasa kekosongan dalam kehidupan modern yang serba mewah/protes terhadap peperangan yg tiada akhir (perang atas nama ekonomi, agama atau apapun),Â
3. Adanya rasa simpatik pada hal hal yang terabaikan/bahkan yang selama ini dianggap tabu.
Sebagai penutup :
Saya rasa merekalah (Joker versi Heath Ledger dan Thanos) pembuka jalan betapa kita akhirnya bisa menikmati Joker versi Joaquin Phoenix ini dan bahkan mengalami proses identifikasi (simpati dan menaruh posisi diri pada tokoh tersebut) terhadap Joker versinya selain karena akting dan skenario yang kuat.
"Is it me ? Or is getting crazier out there ?"
(Semoga artikel ringan ini bisa mengisi siang anda dalam menikmati film film Superhero, terima kasih sudah mampir membaca)
Yohanes Jendral Gatot Subroto (@jendralgatotsubroto)
8 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H