Mohon tunggu...
Merah Putih
Merah Putih Mohon Tunggu... -

Life is Beautiful. enjoy working, enjoy playing, enjoy writing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tax Technology Inovasi Kebanggaan Indonesia?

16 Juli 2010   04:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:50 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Spanyol bangga pada tim bolanya yang menjadi pemenang World Cup 2010. China bangga  pada Shanghai yang menunjukkan supremasi ekonominya. Perancis bangga dengan nuclear technology-nya. Jepang dengan robotic-nya. Pada apakah Indonesia harus bangga? Pada tax technology-kah?

Preambule

Rakyat bergantung pada pemerintah. Pempus/Pemprov/Pemkab bergantung pada APBN/APBD. APBN /APBD bergantung pada pajak. Jadi seharusnya pajak adalah untuk kepentingan rakyat, bukan yang lain, betul?

Akan tetapi masyarakat sudah cukup tahu lah dengan kasus-kasus penyimpangan pajak yang tidak digunakan untuk rakyat tapi untuk segelintir mafioso. Kasus mafia pajak ini bisa terjadi berkat adanya penemuan yang sudah lama ada di negara indonesia yaitu Tax Technology.

Ini bukan mengenai teknologi yang sama dengan teknik mesin, teknik nuklir ataupun  teknik elektro. Tetapi sama-sama butuh rekayasa tingkat tinggi. Setiap tahun ada inovasi baru dalam Tax Technology.  Inovasi ini tentunya melibatkan pemikir-pemikir brilian terbaik dari negeri ini.

Teknologi ini di-research sedemikian rupa di dalam lab-lab super canggih. Setelah cukup teruji maka  pilot project-nya dilakukan scale up oleh divisi pengembangan. Tentunya dana-dana siluman yang digelontorkan tidak sedikit lah yaw. Sampai sekarang ini sudah ditemukan state-of-the-art tax technology.

Buktinya jarang sekali kasus rekayasa pajak bisa dipidanakan dibandingkan dengan jumlah penyimpangan yang sebenarnya. Hal-hal yang dipublikasikan oleh media hanyalah puncak gunung es kasus mafia perpajakan.

Apa iya sih perusahaan-perusahaan besar pada merekayasa pajaknya? Kalau iya kita ikutan merekayasa pajak penghasilan aja yuuk...hehehe. Juga PBB,  PPn, de el el. Hmm ntar dulu, belum tentu semua perusahaan begitu. Di dunia ini ada yang baik dan yang buruk. Tinggal manusianya masing-masing yang pintar-pintarnya memilih contoh dan benchmarking-nya. Yang jelas Tax technology bukanlah kebanggaan tapi memalukan, bukan?

Pembahasan

Berikut adalah rincian 20 emiten pembayar pajak terbesar per September 2009:

1. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Rp 4,996 triliun. 2. Adaro Energy Tbk, Rp 3,179 triliun. 3. Astra Internasional Tbk, Rp 2,990 triliun 4. Bank Mandiri (persero) Tbk, Rp 2,476 triiun 5. HM Sampoerna Tbk, Rp 1,758 triliun. 6. Bumi Resources Tbk, Rp 1,679 triliun. 7. Perusahaan Gas Negara Tbk, Rp 1,658 triliun. 8. Bank Central Asia Tbk, Rp 1,440 triliun. 9. Bank Rakyat Indonesia Tbk, Rp 1,363 triliun. 10. United Tractors Tbk, Rp 1,200 triliun.

11. Gudang Garam Tbk, Rp 1,130 triliun. 12. Indo Tambangraya Megah Tbk, Rp 969 miliar. 13. Indofood Sukses Makmur Tbk, Rp 912 miliar. 14. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, Rp 911 miliar 15. Unilever Indonesia Tbk, Rp 903 miliar. 16. Indocement Tunggal Perkasa Tbk, RP 719 miliar. 17. Indosat Tbk, Rp 625 miliar. 18. Bank Danamon Tbk, Rp 602 miliar. 19. Astra Agro Lestari Tbk, Rp 573 miliar. 20. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk, Rp 497 miliar.

Berikut ini adalah perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar saham terbesar per Oktober 2009 :

1. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), Rp 169,3 triliun

2. PT Astra International Tbk (ASII), Rp 124,7 triliun

3. Bank Central Asia (BBCA),  Rp 111,7 triliun

4. Bank Mandiri (BMRI), Rp 97 triliun

5. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), Rp 87,9 triliun

6. Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Rp 86,7 triliun

7. PT Unilever Tbk (UNVR), Rp 77,1 triliun

8. PT United Tractor Tbk (UNTR), Rp 49,9 triliun

9. PT Adaro Energy Tbk (ADRO), Rp 49,3 triliun

10. PT Bumi Resources Tbk (BUMI), Rp 46,1 triliun

Tax Engineering ?

Sebenarnya tidak ada hubungan langsung antara nilai bayar pajak dengan nilai kapitalisasi pasar.  Keduanya hanya iseng-iseng saja saya hubungkan. Nilai bayar pajak dibagi dengan nilai kapitalisasi pasar didapatkan indeks yang kemudian dikonversi ke persen. Data disusun dengan pembulatan.

Hal ini dilakukan dengan menggunakan logika awam bahwa perusahaan yang lebih kaya seharusnya menyumbang pajak lebih besar ke kas negara. Pun seharusnya perusahaan berurutan teratas dalam nilai kapitalisasi pasar seharusnya juga berurutan teratas dalam bayar pajaknya. Yah paling tidak, gak terlalu jauh lah selisihnya. Nah mengapa ada sedikit anomali dalam kalkulasi ini ?

Berikut indeks-indeks perusahaan di indonesia berdasarkan hasil kalkulasi saya :

Telkom. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 4,9/169 = 2,9 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 1/1

Astra. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 3,0/125 = 2,4 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 3/2

BCA. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 1,4/112 = 1,25 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 8/3

Mandiri. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 2,5/97 = 2,6 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 4/4

PGN. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 1,7/88 = 1,9 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 7/5

BRI. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 1,4/87 = 1,6 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 9/6

Unilever. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 0,9/77 = 1,1 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 15/7

United Tractor. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 1,2/50 = 2,4 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 10/8

Adaro. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 3,2/49 = 6,5 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 2/9

Bumi Resources. Index nilai (pajak/kap.pas.) = 1,7/46 = 3,7 %. Index ranking (pajak/kap.pas.)  : 6/10

Bila dicermati index ideal adalah Mandiri. Indeks nilainya 2,5 % berada di tengah dibanding yang lain.  Index ranking bayar pajak dan nilai kap. pas. sama-sama ranking 4.

Pertanyaannya...

Mengapa indeks bayar pajak BCA dibagi dengan nilai kapitalisasi pasarnya hanya 1,25 % ? Ranking nilai kapitalisasi pasarnya ke-3 tapi kok ranking bayar pajaknya ke-8 ? Apakah jumlah pajak yang dibayarkan BCA sudah sesuai ketentuan yang harus dibayarkan?

Mengapa indeks bayar PGN dibagi dengan nilai kapitalisasi pasarnya hanya 1,9 % ?  Sedangkan BUMN sektor energi lain bisa lebih dari 2 % . Apakah jumlah pajak yang dibayarkan  PGN sudah sesuai ketentuan yang harus dibayarkan?

Mengapa indeks BRI hanya 1,6 % ? Sedangkan Mandiri bisa 2,6 %. Apakah jumlah pajak yang dibayarkan BRI sudah sesuai ketentuan yang harus dibayarkan? Mengapa juga Agus Martowardojo (Dirut Mandiri) menjadi menkeu  bukannya Sofyan Basyir (Dirut BRI) ? Apakah karena "setoran" BRI lebih kecil daripada Mandiri ?

Mengapa indeks unilever hanya 1,1 % ? Apakah jumlah pajak yang dibayarkan Unilever sudah sesuai ketentuan yang harus dibayarkan?

Mengapa pajak Adaro cukup spektakuler hingga indeksnya 6,5 % ? Adakah kaitannya dengan kemudahan-kemudahan yang akan diberikan pemerintah pada perusahaan ini pada waktu-waktu berikutnya ?

Apa pendapat anda tentang Bumi 3,7 % dibandingkan Adaro 6,5 % ?

Sampai saat ini saya tidak dapat menemukan jawaban memuaskan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Bisa saja ada yang menjawab : Loh kan bisa jadi keuntungan masing-masing perusahaan beda, asetnya juga beda.  Jadi gak bisa dong yang atas harus bayar pajak gedhe juga. Nah tapi kan bagaimana kalau terjadi rekayasa dalam pelaporan keuntungan dan asetnya ?

Saya hanya berharap memang tidak terjadi penyimpangan. Karena kalau perusahaan-perusahaan di tingkat atas sudah merekayasa. Bisa dipastikan yang menengah dan kecil juga. Tidak boleh ada saling curiga-mencurigai. Semuanya harus menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah. Namun tidak ada salahnya kan membiasakan diri untuk berpikir kritis.

Epilog

Pengumuman : Barang siapa baik istri, suami ataupun suami istri terbukti melakukan rekayasa pajak akan dihukum dengan disita negara semua harta kekayaannya dan keluarganya sampai tujuh turunan. Atau pilih dikirim ke liang kubur dan langsung dapat akses tol ke neraka ! Karena korupsi adalah termasuk weapon of mass destruction juga. Sekitar 32,5 juta rakyat Indonesia masih dalam kemiskinan ekstrem dan dalam posisi setengah hidup-setengah mati alias hidup tapi tidak layak.

Bukti-bukti Kemiskinan di Indonesia :

Ini adalah kemiskinan struktural. Mereka miskin bukan karena malas atau bodoh. Tapi karena kebijakan dan ketidakberpihakan.

simbah rela makan nasi aking aku sedih tidak mampu beli susu Ini rumahku. aku makan, tidur dan belajar di sini adikku sinta sakit                              tapi emakku gak punya duit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun