Mohon tunggu...
Nurul Anwar
Nurul Anwar Mohon Tunggu... Freelancer - Citizen Journalism | Conten Writer | Fasilitator | Pekerja Sosial |

Menulis seputar Lifestyle | Ulasan | Refleksi | Opini dst.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Satu Kegelisahan, Perempuan dan Kesengsaraan

6 Juni 2024   12:44 Diperbarui: 6 Juni 2024   12:57 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan kasus kekerasan yang menimpa perempuan santer terdengar di sekitar kita. Misalnya, penemuan mayat dalam koper di Bekasi, korban mutilasi di Cianjur, hingga mayat perempuan yang dimasukan ke dalam lemari indekos di Cirebon dan masih banyak deretan kasus lainnya.

Kasus-kasus pembunuhan barusan, disebabkan banyak hal. Media memberitakan ada yang bermotif masalah keluarga, masalah perselingkuhan hingga masalah sepele. Miris saja rasanya, alih-alih menjaga hak hidup seseorang malah dengan enteng tangan menghilangkan nyawanya.

Catatan akhir tahun Komnas Perempuan melaporkan, setidaknya ada 1276 pengaduan kekerasan di ranah publik. Data tadi belum menghitung jenis kekerasan lainnya. Belum juga melihat dampak berlapis bagi korban. Terlepas dari fakta yang ada, hingga puncaknya adalah penghilangan nyawa seorang perempuan.

Terus terang, sejenak pikiran saya menanyakan dan gelisah kenapa perempuan yang lagi-lagi menjadi korban? Apakah dunia memang sekejam itu terhadap perempuan? Lalu bagaimana perempuan melihat fakta hari ini?

Saat menulis ini, lirih terdengar di pikiran saya begini, "Untuk apa sih nulis begini? Mau jadi orang yang tampil peduli pada isu perempuan atau gimana hah?" Sejenak saya kesampingkan suara lirih tadi. Jadinya begini kira-kira "apa yang menjadi gelisah, sampaikan saja"

Saya turut prihatin atas kesengsaraan yang menimpa perempuan di luar sana. Dan saya pun mengutuk keras setiap kejahatan yang menghilangkan nyawa, siapapun itu pelakunya, baik perempuan atau laki-laki. 

Tampaknya perempuan teramat sulit menemukan ruang-ruang aman bagi dirinya sendiri, bahkan oleh orang yang terdekatnya sekalipun, ia dilakukan dengan keji. Ihwal barusan, ruang yang tidak aman bagi perempuan kadang begitu saja tercipta oleh lingkungannya. Lalu bagaimana?

Pendidikan dan Kesadaran

Jauh-jauh hari, kita dikenalkan dengan pendidikan dan pengetahuan. Pendidikan mengantarkan setiap insan untuk pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai moral dan sosial, serta meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial. Keduanya berkelindan satu sama lain. Pendek kata, pendidikan dan pengetahuan diusahakan agar meningkatnya kualitas hidup seseorang.

Canva.
Canva.

Baik perempuan atau laki-laki bekal pendidikan dan pengalaman sangatlah membantu dalam melakoni hidup, termasuk bagaimana berelasi dengan sesama manusia, memecahkan kebuntuan hidup, hingga mengatur letupan-letupan emosi.

Dengan pendidikan pandangan laki-laki terhadap perempuan akan berbeda, pun sebaliknya dengan bekal pendidikan perempuan melihat satu persoalan akan berbeda. Istilah kata, ya lu pintar, akalnya dipakai dan tidak melulu soal perasaan. Kadang biar bagaimanapun, ada beberapa perempuan yang kelewat tolol dan bersemayam di balik rasa sayang. Laki-laki pun sama tololnya, asal punya kuasa berlaku tirani. 

Karenanya, pendidikan dan kesadaran kedua mesti berdampingan, seiring. Banyak mereka yang berpendidikan tapi lakunya tirani juga, ini banyak contohnya. Kesadaran itu layaknya penyeimbang pendidikan. Kita sadar apa yang dilakukan baik atau benar, salah atau tidak, menindas atau tidak. Itu yang mesti ditanam kuat-kuat. Ah tapi kadang, sudah sadar pun tetap begitu. Jadi gimana? entah. Biar kalian pikir juga bagaimana

Kasihan perempuan, menemukan kekerasan di mana-mana. Mengatasi kekerasan semacam ini butuh pendekatan holistik yang melibatkan perubahan dalam kebijakan, penegakan hukum yang lebih kuat, edukasi masyarakat, serta dukungan untuk korban kekerasan. Upaya ini harus melibatkan multisektor untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil bagi perempuan.

Sebab, keadilan tidak bicara tubuh laki-laki atau perempuan, tetapi soal nilai-nilai dan kualitas-kualitas dalam diri yang dengannya tubuh memperoleh tempat dan peran yang tepat. Kurang lebihnya begitu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun