Baik perempuan atau laki-laki bekal pendidikan dan pengalaman sangatlah membantu dalam melakoni hidup, termasuk bagaimana berelasi dengan sesama manusia, memecahkan kebuntuan hidup, hingga mengatur letupan-letupan emosi.
Dengan pendidikan pandangan laki-laki terhadap perempuan akan berbeda, pun sebaliknya dengan bekal pendidikan perempuan melihat satu persoalan akan berbeda. Istilah kata, ya lu pintar, akalnya dipakai dan tidak melulu soal perasaan. Kadang biar bagaimanapun, ada beberapa perempuan yang kelewat tolol dan bersemayam di balik rasa sayang. Laki-laki pun sama tololnya, asal punya kuasa berlaku tirani.Â
Karenanya, pendidikan dan kesadaran kedua mesti berdampingan, seiring. Banyak mereka yang berpendidikan tapi lakunya tirani juga, ini banyak contohnya. Kesadaran itu layaknya penyeimbang pendidikan. Kita sadar apa yang dilakukan baik atau benar, salah atau tidak, menindas atau tidak. Itu yang mesti ditanam kuat-kuat. Ah tapi kadang, sudah sadar pun tetap begitu. Jadi gimana? entah. Biar kalian pikir juga bagaimana
Kasihan perempuan, menemukan kekerasan di mana-mana. Mengatasi kekerasan semacam ini butuh pendekatan holistik yang melibatkan perubahan dalam kebijakan, penegakan hukum yang lebih kuat, edukasi masyarakat, serta dukungan untuk korban kekerasan. Upaya ini harus melibatkan multisektor untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan adil bagi perempuan.
Sebab, keadilan tidak bicara tubuh laki-laki atau perempuan, tetapi soal nilai-nilai dan kualitas-kualitas dalam diri yang dengannya tubuh memperoleh tempat dan peran yang tepat. Kurang lebihnya begitu.Â