Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"The Creator", Misi Menghapus AI dari Muka Bumi

6 Oktober 2023   18:49 Diperbarui: 7 Oktober 2023   19:15 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesawat NOMAD. (sumber gambar: 20th Century Studios)

Berkembangnya teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan mendorong produksi film Hollywood bertema AI. Juli 2023 lalu kita sudah disuguhi AI yang manipulatif dan jahat dalam film "Mission Impossible: Dead Reckoning Part One".

Nah, kali ini ada film baru bertema sama berjudul "The Creator" yang resmi dirilis di Indonesia 27 September 2023 lalu. Film ini punya sudut pandang yang berbeda, bahwa AI itu (sebenarnya) tidak jahat.

Saya menonton film ini di bioskop minggu lalu dan langsung jatuh hati dengan semua aspek dalam film ini. Saya sangat senang dengan visualnya, aktingnya, music score-nya dan... ada Indonesianya! Nanti kita bahas.

Tapi sayang film ini cuma bertahan seminggu di bioskop tanah air. Kini tinggal segelintir bioskop yang memutarnya dengan jadwal yang sangat terbatas. Ingin hati menontonnya lagi, tapi sayang jadwal tayangnya kurang pas di hati.

Film bergenre scifi/adventure/drama ini bersaing ketat dengan film "Retribution", "Expend4bles" yang merupakan film action seru. Dua film ini menyuguhkan aksi tembak-tembakan antara hero dan villain, serta adegan ledakan dahsyat.

"The Creator" sebenarnya juga punya adegan yang serupa, pertempuran antara dua pihak yang mengandung tembak-tembakan dan ledakan di mana-mana. Bahkan ada sentuhan K-drama yang membuat orang yang lunak hatinya bisa sesenggukan juga.

Awalnya saya menduga film ini merupakan spin-off dari seri Star Wars. Ketika menonton trailer-nya film ini punya vibes serial legendaris tersebut. Ternyata film ini cuma meminjam vibes-nya lantaran sutradara dan penulis naskah film ini adalah orang-orang di balik spin-off Star Wars, "Rogue One: A Star Wars Story".

Baiklah, kita akan kupas bagaimana inti cerita dari film "The Creator". Tapi waspadalah, waspadalah, ulasan film ini mengandung sejumlah spoiler. Boleh skip bila tidak ingin terpapar spoiler sebelum menontonnya. :)


Ledakan dahsyat menandai perang manusia versus AI

Film berlatar tahun 2070 ini diawali dengan ledakan nuklir dahsyat di kota Los Angeles, Amerika Serikat (AS) yang terjadi pada tahun 2055. Begitu dahsyatnya ledakan itu sampai membuat lubang super besar di tengah kota.

Pihak Amerika menuding bahwa AI adalah dalangnya. Akibatnya, pemerintah AS gercep berencana membasmi AI dari muka Bumi dengan membuat sebuah pesawat super duper gede bernama North American Orbital Mobile Aerospace Defense atau NOMAD.

NOMAD bergerak di angkasa ke seluruh dunia, memancarkan pemindai laser untuk melacak lokasi lab AI sekaligus menghancurkannya. Lab AI di seluruh dunia sudah takluk, tinggal New Asia yang merupakan lab AI yang masih tersisa di muka Bumi.

Pesawat NOMAD. (sumber gambar: 20th Century Studios)
Pesawat NOMAD. (sumber gambar: 20th Century Studios)
Akan tetapi AI di New Asia sudah semakin cerdas dan tampaknya tidak mudah ditaklukkan. Nirmata adalah sosok paling berperan dalam kemajuan AI di New Asia.

Nah, Nirmata ini juga menjadi sosok yang paling dicari oleh pihak AS terkait isu bahwa ia sedang mengembangkan senjata super eksplosif yang berbahaya. Siapa Nirmata itu, kita akan mengetahuinya kalau kita menonton film ini sampai tuntas.

Dalam misi pencarian Nirmata ini, pihak militer AS sampai mengerahkan intel manusia bernama Joshua yang diperankan oleh John David Washington ("BlacKkKlansman", "Tenet") untuk memburu sosok tersebut. 

Dalam misi penyamarannya di New Asia, ia menjalin hubungan dengan seorang wanita bernama Maya yang diperankan oleh Gemma Chan ("Crazy Rich Asians", "Eternals") yang sedang mengandung buah hati mereka.

Mereka tinggal di sebuah rumah yang damai di tepi pantai. Kehadiran sang jabang bayi yang mereka nanti tampaknya tinggal sebentar lagi.

Akan tetapi, impian mereka lenyap dalam sekejap ketika sebuah misi penyergapan yang dilakukan oleh tentara AS menyerang rumah mereka. Sekelompok manusia lokal yang tinggal di sekitar rumah mereka pun berusaha melarikan diri dengan perahu menuju samudra.

Alih-alih lolos dari penyergapan, mereka justru dibombardir oleh NOMAD dari angkasa. Joshua terkesiap, karena Maya berada di salah satu perahu.

Manusia artifisial yang mirip dengan manusia nyata

Sebagai pengembang AI ternama, Nirmata melakukan eksperimen membuat manusia artifisial yang plek ketiplek dengan manusia asli. Sosok manusia robot itu punya fisik seperti manusia, bergerak seperti manusia, berbicara seperti manusia, hingga makan dan minum seperti manusia.

Dalam film ini juga terdapat karakter robot AI yang secara fisik seperti robot tapi bisa bergerak lincah seperti manusia juga. Robot-robot ini ada yang bekerja sebagai polisi dan ada juga yang menjadi pejuang AI.

Tentang New Asia, dalam film ini digambarkan mirip dengan Asia Tenggara. Ada hamparan sawah nan luas tapi di tengahnya ada bangunan futuristik. Warganya sehari-hari bertani tapi juga familiar dengan manusia artifisial, bahkan ada yang menjadi bagian dari keluarga mereka.

Saya rada penasaran dengan manusia artifisial yang bisa dekat dengan keluarga manusia asli. Nah, di bagian lain dalam film ini ada adegan yang menggambarkan tentang teknologi copy-paste memori manusia dari otak manusia yang telah meninggal dunia ke suatu device elektronik.

Saya menyimpulkan bahwa manusia robot yang hidup dengan manusia asli itu sebenarnya adalah anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Jadi memori anggota keluarga yang meninggal dunia itu disalin ke memori manusia artifisial agar memiliki memori yang sama persis.

Transfer memori dari otak manusia ke robot ini punya prosedur ketat dimana harus segera dilakukan segera setelah seorang manusia meninggal dunia. Semakin lama orang telah meninggal dunia, maka semakin sedikit memori yang bisa ditransfer.

Jadi ingat dengan film "Chappie" (2015) yang menceritakan tentang robot yang memiliki memori manusia berkat teknologi transfer memori dari otak manusia ke memori robot. Akan tetapi robot dalam film "Chappie" berpenampilan fisik seperti robot, bukannya manusia.

Manusia artifisial kanak-kanak yang sakti mandraguna

Lima tahun setelah insiden penyergapan di rumahnya, yang membuat ia kehilangan Maya, Joshua kembali bertugas sebagai tim militer AS untuk memburu Nirmata. Ia berada di New Asia untuk mencari lab AI di mana Nirmata sedang mengembangkan senjata AI super dahsyat yang disebut dengan Alpha O.

Selain mendapat tugas memburu Nirmata, rupanya ia memiliki misi pribadi yaitu mencari Maya yang menurut info yang ia terima masih hidup. Ia bertanya kepada warga, kepada siapa saja yang mengenali Maya yang ia tunjukkan melalui layar gawainya.

Singkat cerita, dalam sebuah misi penyergapan di sebuah pedesaan yang permai, tim Joshua menemukan sebuah lab AI di bawah tanah yang dicurigai sebagai lokasi pengembangan senjata AI yang disebut-sebut dahsyat itu.

Ruangan tempat pengembangan senjata itu dilindungi oleh suatu sistem kemananan yang sangat sulit ditembus. Setelah diretas oleh rekan Joshua, pintu laboratorium itu berhasil terbuka.

Dengan was-was, Joshua menelusuri bagian dalam ruang lab tersebut. Di dalam sana ternyata ia berjumpa dengan seorang anak perempuan artifisial yang sedang duduk menonton televisi.

Ternyata senjata yang mereka cari berwujud sebagai anak perempuan artifisial yang lucu nan lugu. Karakter ini diperankan dengan baik oleh artis cilik pendatang baru berusia sembilan tahun, Madeleine Yuna Voyles.

Bersamaan dengan itu, misi penyergapan itu sudah diendus oleh polisi robot yang menyerang para militer AS hingga tercerai-berai. Joshua mampu menghindari baku tembak hingga akhirnya ia bertemu lagi dengan anak perempuan itu.


Lama-lama terbangun chemistry antara Joshua dengan anak perempuan yang ia panggil dengan nama Alphie itu. Bahkan Alphie selalu membantunya dalam situasi kritis.

Seorang kawan Joshua yang menganalisis Alphie mengatakan kepadanya bahwa Alphie adalah manusia robot paling canggih yang pernah ia jumpai. Bahkan kemampuannya mengontrol teknologi bakal semakin berkembang.

Yup, Alphie adalah robot sakti mandraguna. Sepintas kemampuannya mengingatkan kita pada karakter Yoda dalam serial "Star Wars" yang juga sama-sama sakti.

Aplhie mampu mengendalikan mesin lain dari jarak jauh ataupun jarak dekat. Caranya dengan menempelkan kedua telapak tangannya seraya memejamkan kedua matanya seperti orang bersemedi. Dalam sebuah adegan, ia cuma menyentuh begian kepala bom robot untuk menunda ledakan.

Kita jadi bertanya-tanya, mengapa Joshua bisa begitu dekat dengan Alphie? Mengapa Alphie selalu membantu Joshua? Alphie bahkan sangat patuh pada Joshua. Nah, jawabannya ada di sejumlah adegan yang menjadi alasan kuat mengenai latar belakang kedekatan mereka.

By the way, obrolan keduanya di dalam mobil menuju kota jadi salah satu dialog yang menarik. Alphie mengajukan pertanyaan tentang kematian kepada Joshua, apakah Joshua akan pergi ke surga?

Joshua menjawab tidak karena cuma manusia baik yang akan ke surga. Lalu Alphie mengatakan lagi kalau mereka berdua tidak layak ke surga karena Joshua bukan orang baik dan ia sendiri bukan manusia.

Ketika NOMAD diserang oleh tentaranya sendiri

Kegagalan menemukan Nirmata dan mengangkut senjata Alpha O membuat langkah NOMAD dalam membasmi AI semakin membabi-buta. Meskipun belakangan muncul sebuah pengakuan bahwa sesungguhnya AI tidak ada hubungannya dengan ledakan di Los Angeles.

Misi NOMAD cuma satu dan tak bisa ditawar, menghapus AI dari muka Bumi. Dengan menangkap Nirmata dan menghancurkan Alpha O alias Alphie, aktivitas lab AI di New Asia praktis akan berhenti.

Nah, Joshua yang seorang anggota militer AS ternyata justru berbalik ingin menghancurkan NOMAD dibantu oleh Alphie. Aksi tersebut dilatarbelakangi oleh dendam kesumat Joshua.

Mengapa Joshua sampai sebegitu dendamnya dengan NOMAD? Lagi-lagi kudu menyimak film ini dengan seksama.

Film pun menuju klimaksnya dengan sejumlah adegan seru yang menegangkan disertai ledakan-ledakan. Ending-nya membangkitkan spekulasi bakal ada sekuelnya. Tapi ternyata tidak ada.

Film yang menghibur, menyenangkan tapi juga menyedihkan

Film "The Creator" boleh disebut sebagai salah satu film terbaik sepanjang tahun 2023 ini. Film garapan sutradara Gareth Edwards ("Rogue One: A Star Wars Story", "Godzilla") juga rasanya layak menjadi salah satu film scifi bertema AI terbaik sepanjang masa.

Kisah dalam film ini terbangun rapi, menceritakan hubungan antara karakter yang mengejutkan. Konflik segitiga yang kompleks antara Joshua, pejuang AI di New Asia dan NOMAD menjadi kisah menarik tersendiri yang pada akhirnya mengerucut pada sudut pandang yang setara, bahwa masing-masing pihak ingin eksis dan ingin hidup bahagia.

Mengenai sinematografi film ini, terlepas dari isu kurang sedap tentang salah satu adegan dalam film yang kabarnya menggunakan footage insiden ledakan Beirut tahun 2020, visual dalam film ini begitu memikat. 

Sinematografi film ini digarap oleh Greg Fraser ("Rogue One: A Star Wars Story", "Dune") dan Oren Soffer ("A Good Dream) yang berperan dalam menampilkan gambar-gambar keren di sepanjang film.

Oh ya, seluruh adegan film ini direkam dengan kamera revolusioner FX3. Kamera ini dapat menghasilkan gambar tajam setajam IMAX dengan biaya produksi yang lebih ekonomis. (sumber: Screenrant)

Selain betah dengan visual film, saya pribadi juga puas dengan music score-nya yang ternyata digarap oleh penata musik film legendaris Hans Zimmer. Film top mana yang musiknya tidak digarap oleh Zimmer? Lebih spesifik lagi, film scifi top mana yang musiknya tidak digarap oleh Zimmer?

Oh ya, film ini juga menyelipkan musik Indonesia, lho. Itu tadi yang saya bilang ada Indonesianya.

Lagu "Hanny" dari band jadul Golden Wing terdengar pas banget dengan adegan laga yang menegangkan. Lagu lain dari band itu yang juga terpilih menghiasi film ini adalah "Hari yang Mulia".

Barang siapa yang sudah menonton film ini pasti langsung googling mencari informasi tentang lagu dan band 1970an asal Palembang itu, termasuk saya. Syukurlah lagu-lagu mereka ada di YouTube. Ternyata lagu-lagu mereka keren-keren ya.

Secara keseleuruhan, saya pribadi memberikan rating film ini 8,5/10. Saya suka semua aspek dalam film ini. Siapapun yang suka dengan teknologi AI, film ini pastinya memuaskan hati.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun