Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Aldila/Kato Didiskualifikasi, Tormo/Bouzkova Mendadak Dibenci

5 Juni 2023   13:50 Diperbarui: 6 Juni 2023   13:00 1684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah isu kontroversial berhembus di turnamen tenis grand slam French Open 2023. Ganda putri unggulan ke-16 Aldila Sutjiadi (Indonesia)/Miyu Kato (Jepang) dinyatakan default atau didiskualifikasi oleh chair umpire bernama Alexandre Juge ketika sedang menjalani laga babak ketiga melawan ganda bukan unggulan Sara Sorribes Tormo (Spanyol)/Marie Bouzkova (Ceko) di lapangan 14 pada Minggu (4/6/23).

Dari sejumlah media yang saya baca, keputusan tersebut dikeluarkan oleh sang wasit karena lob atau pukulan melambung Kato mengenai tubuh seorang ball girl yang berada di belakang baseline area lawan. 

Insiden itu terjadi di gim kelima set kedua ketika kedudukan 30-30, di mana Aldila/Kato untuk sementara unggul 3-1 setelah kalah di set pertama 6-7(1-7).

Aksi Aldila Sutjiadi dan Miyu Kato di French Open 2023. (sumber foto PlanetSport)
Aksi Aldila Sutjiadi dan Miyu Kato di French Open 2023. (sumber foto PlanetSport)

Usai merebut poin kedua di gim tersebut, Kato yang menerima sejumlah bola dari seorang ball boy di dekat net harus "membuang" bola ekstra ke luar bidang permainan. Kato cuma melakukan backhand lob yang seharusnya diambil oleh ball girl yang bersiaga di belakang baseline wilayah Tormo/Bouzkova.

Dalam cuplikan video yang beredar luas di internet dan media sosial, tampak jelas bahwa Kato tidak melakukan pukulan secara emosional. Pukulannya tampak lembut dan tidak ada maksud apapun selain untuk "membuang" bola ekstra.

Entah bagaimana, apakah sang ball girl tidak siap atau mungkin kurang refleks sehingga bola dari Kato justru mengenai tengkuk atau punggungnya. Ball girl yang kabarnya baru berusia tujuh tahun itu pun menangis sesenggukan namun segera kembali berdiri di lapangan.

Berikut video pendek dari The Guardian. Sejumlah video dari angle yang berbeda juga tersebar luas di media sosial.


Sebetulnya insiden itu tidak diketahui oleh Tormo/Bouzkova yang pada waktu itu sedang berjalan ke arah baseline seraya berdiskusi, biasanya tentang pengaturan strategi permainan. Namun keduanya segera menyadari ada sesuatu yang terjadi di lapangan ketika melihat sang ball girl menangis.

Segera setelah insiden tersebut, wasit mengeluarkan peringatan kepada Kato/ Aldila. Kato segera menghampiri sang ball girl yang sudah berdiri di lapangan untuk meminta maaf.

Nah, drama terjadi ketika Tormo/Bouzkova melakukan protes kepada sang wasit mengenai insiden tersebut. Mereka merasa bahwa itu sebuah pelanggaran berat karena pukulan Kato membuat ball girl menangis.

Mereka melakukan protes tersebut mungkin karena didasari rasa iba. Bouzkova bahkan sempat mengatakan bahwa ball girl itu berdarah (tetapi sepertinya tidak akurat karena tidak ada tim medis yang segera masuk ke lapangan).

Tormo/Bouzkova sempat berdebat dengan wasit Juge lalu mengusulkan untuk memanggil Wayne McKewen, grand slam supervisor. Tidak lama, referee Remy Azmar masuk ke lapangan, membuat situasi jadi makin menegangkan.

Setelah terjadi diskusi panjang, pada akhirnya wasit Juge memutuskan bahwa Aldila/Kato dinyatakan default dari pertandingan dan dengan terpaksa memberikan kemenangan pada Tormo/Bouzkova. Padahal di atas kertas, Aldila/Kato lebih unggul dari sang lawan dan punya peluang besar untuk menang dan melaju ke babak berikutnya.

Usai sang wasit memutuskan diskualifikasi, gantian Kato yang menangis sesenggukan. Aldila berusaha untuk menenangkan rekannya dan menerima keputusan tersebut.

Sementara di kursi pemain, Tormo/Bouzkova tampak tersenyum puas lalu keluar lapangan seraya menyapa para fansnya dengan hati gembira. Mereka juga seakan cuek dengan sebagian penonton lainnya yang mencemoohnya.

Menyusul keputusan default tersebut, Kato terancam kehilangan seluruh poin dan hadiah uang yang mereka raih. Terhenti di babak ketiga, seharusnya mereka memperoleh 240 poin dan hadiah uang sebesar EUR 43,000 atau sekira 684 juta rupiah. Belum tahu apakah sanksi juga akan menimpa Aldila.

Baik Aldila dan Kato kini fokus ke nomor ganda campuran di mana keduanya sama-sama melaju ke babak perempat final. Aldila yang berduet dengan petenis senior Matwe Middelkoop (Belanda) akan menghadapi ganda Fabrice Martin (Perancis)/Chan Hao-ching atau Angel Chan (Taiwan). Sedangkan Kato yang berpasangan dengan Tim Putz (Jerman) bertemu dengan duet Brasil Luisa Stefani/Rafael Matos.

Tetapi tidak diketahui juga apakah sanksi diskualifikasi kepada Kato juga akan berlaku untuk pertandingan ganda campuran yang ia ikuti. Bila memang demikian, Kato pasti akan semakin sedih karena bakal pulang dengan tangan hampa tanpa poin dan tanpa hadiah uang yang nilainya lumayan besar.

Apakah keputusan wasit benar atau salah?

Beberapa saat setelah wasit Juge mengeluarkan keputusan default kepada Aldila/Kato, sang ball girl dibantu keluar lapangan oleh supervisor-nya. Tubuhnya masih tampak bergetar, sepertinya masih menangis.

Apa yang bisa kita amati dari situasi tersebut adalah bisa jadi sang ball girl adalah anak-anak yang mungkin kurang paham dengan sebuah masalah yang terjadi di lapangan. Ketika melihat protes dan perdebatan sengit di sekitar kursi wasit Juge berkaitan dengan insiden yang menimpa dirinya, ia merasa panik dan tidak tahu ia harus berbuat apa selain menangis.

Sang ball girl bisa kembali berdiri di dekat lapangan, artinya kemungkinan dampak signifikan insiden seperti nyeri atau cedera adalah minor atau bahkan mungkin nihil. Atau mungkin sang ball girl merasa nyeri tetapi tidak tahu harus berbuat apa. Sangat disayangkan supervisor-nya tidak tampak masuk ke lapangan untuk mengecek kondisi sang ball girl secara langsung.

Dalam insiden tersebut, Kato memang melakukan pelanggaran yang dilakukan secara tidak disengaja. Sayangnya ada peraturan yang secara jelas mengatur hal tersebut.

Dalam peraturan turnamen grand slam "2023 Official Grand Slam Rule Book" pada Article III bagian N tentang Abuse of Balls. Dinyatakan bahwa "Pemain tidak boleh memukul, menendang, atau melempar bola tenis dengan kasar, berbahaya, atau dalam keadaan marah di dalam area lokasi turnamen kecuali dalam rangka mengejar poin yang wajar selama pertandingan (termasuk pemanasan)."

Lebih lanjut di bagian tersebut dinyatakan "Berkaitan dengan tujuan peraturan ini, abuse of ball atau penyalahgunaan bola diartikan sebagai memukul bola dengan sengaja keluar dari batas lapangan, memukul bola secara berbahaya atau sembrono di dalam lapangan atau memukul bola dengan mengabaikan konsekuensinya."

Keputusan wasit sangat mungkin didasarkan pada pedoman tersebut di mana pukulan lob Kato justru menyasar pada bagian tubuh sang ball girl. Di dalam bagian ini dijelaskan pula tentang sanksi dan denda sesuai Point Penalty Schedule atau Sistem Poin Penalti yang diatur di Article III bagian S.

Dalam peraturan tersebut, apabila seorang petenis melakukan pelanggaran pertama maka akan dikenakan peringatan. Berikutnya pelanggaran kedua akan dikenakan penalti poin (poin diberikan kepada pihak lawan) dan pelanggaran ketiga dikenakan penalti gim.

Lebih lanjut, pelanggaran ketiga diputuskan setelah wasit berkonsultasi dengan Ketua Supervisor Grand Slam untuk menentukan apakah setiap pelanggaran yang telah dilakukan oleh seorang petenis layak dinyatakan default. 

Nah, yang terjadi dalam pertandingan antara Aldila/Kato versus Tormo/Bouzkova adalah sang wasit sudah memberi peringatan pertama, namun protes keras dari Tormo/Bouzkova membuat wasit pun berubah pikiran.

Tormo/Bouzkova tampak ngotot memprotes insiden yang bahkan tidak merugikan diri mereka sama sekali, di mana seharusnya itu tidak perlu mereka lakukan. 

Situasi menjadi semakin runyam ketika grand slam supervisor McKewen dan referee Remy Azmar masuk ke lapangan yang membuat wasit mengeluarkan keputusan final yaitu default atau diskualifikasi.

Apa yang kita lihat di sini adalah wasit Juge rupanya kurang memiliki pendirian yang teguh. Seharusnya peringatan pertama tetaplah peringatan pertama sehingga pertandingan bisa dilanjutkan. Ia tampak terprovokasi dengan nada protes Tormo dan Bouzkova yang niat banget menghampiri kursinya.

Keputusan itu tidak bisa dibatalkan. Hal ini mengacu pada peraturan Article III bagian T khusus mengatur tentang default atau diskualifikasi yang menyatakan bahwa untuk semua kasus default, keputusan referee dan grand slam supervisor adalah final dan tidak dapat diajukan banding.

Terdengar kabar dari sebuah media (sayang saya tidak ingat dari media mana, tidak ingat juga apakah saya membacanya di media sosial) bahwa akan ada investigasi terhadap kasus ini. Footage video insiden tersebut sudah tersebar luas di internet dan media sosial, tinggal dipelajari oleh tim investigator.

Namun bila mengacu pada peraturan tersebut, keputusan default tersebut tampaknya sudah final dan tidak dapat ditawar. Mau tidak mau, Aldila/Kato harus berbesar hati. Tidak apa-apa, masih ada dua turnamen grand slam berikutnya yaitu Wimbledon dan US Open, mereka pasti bisa membuktikan diri di sana.

Juga masih ada tiga turnamen WTA 1000 non-mandatory yaitu Canadian Open, Cincinnati Open, dan Guadalajara Open dan satu turnamen mandatory China Open yang rencananya akan digelar lagi setelah tahun 2020-2022 urung diadakan.

Mereka juga berpeluang tampil di turnamen WTA 500 yang bisa membuat mereka bisa mendulang poin untuk mempertahankan posisi mereka di WTA Race Ranking. Berdasarkan peringkat WTA Race Ranking Doubles edisi 29 Mei 2023, ganda Aldila/Kato berada di peringkat 7 dunia dengan jumlah poin 1416.

Tormo dan Bouzkova dinilai tidak menjunjung sportivitas

Beberapa saat setelah insiden tersebut, warganet mulai menghembuskan insiden tersebut di kanal-kanal media sosial. Ada yang berpendapat bahwa diskualifikasi itu wajar, tapi ada juga yang mengatakan tidak perlu diputuskan.

Juga ada yang mengatakan bahwa perilaku Tormo/Bouzkova tidak menjunjung tinggi sportivitas. Mereka cuma ingin menang tanpa perlu merasa lelah.

Sebagai informasi, sebelumnya Tormo juga mendapatkan tiket gratis ke babak perdelapan final atau 16 besar setelah unggulan keempat Elena Rybakina mengundurkan diri karena sakit. Mungkin untuk yang ini Tormo boleh beruntung, tetapi lain cerita untuk pertandingan ganda putri babak ketiga bersama Bouzkova.

Saya pribadi tidak mendukung protes keras Tormo/Bouzkova kepada wasit. Apa yang mereka lakukan di lapangan tidak menunjukkan sportivitas sama sekali dan tampak bahwa motivasi mereka adalah meraih keuntungan di tengah situasi yang tidak mengenakkan tersebut, dengan kata lain mengambil kesempatan dalam kesempitan.

Lain halnya bila pukulan Kato mengenai tubuh mereka. Pukulan itu, misalnya, membuat kaki Tormo pincang atau punggung Bouzkova memar sehingga harus menerima perawatan medis. Menjadi wajar apabila mereka melakukan protes keras.

Dalam konteks pertandingan babak ketiga melawan Aldila/Kato, tugas Tormo/Bouzkova sebagai petenis adalah cukup bermain tenis, tidak ikut campur mempengaruhi keputusan wasit. Saya juga melihat tindakan mereka itu lebay bin hiperbolik.

Pam Shriver, mantan petenis top Amerika Serikat pemegang 21 gelar grand slam nomor ganda putri termasuk 4 gelar French Open mengungkapkan kekecewaannya meski tidak secara eksplisit. 

Ia mengunggah cuitan di akun Twitter-nya @PHShriver tentang Bouzkova yang merupakan peraih WTA Sportmanship Award tahun 2020. Ia bertanya, apakah kejadian atau insiden tersebut akan membuat Bouzkova cukup sekali saja menerima penghargaan tersebut?

Begitu pula dengan mantan petenis top Perancis Gilles Simon yang justru terang-terangan mengungkapkan kekesalannya terhadap insiden tersebut. Lewat akun Twitter-nya @GillesSimon84, ia mencuit dalam bahasa Perancis dengan kata-kata pedas yang pastinya ditujukan untuk Tormo/Bozkova.

"Saya harap mereka akan susah tidur nyenyak," begitu cuitan Simon seraya melanjutkan kata-katanya dengan mencerca sang wasit. Cuitan Simon itu sudah mendapatkan lebih dari 4700 likes dan 454 retweet.

Sementara itu akun media sosial Tormo dan Bouzkova mendapatkan serangan gencar dari warganet termasuk netijen +62. Unggahan terakhir di akun kedua petenis itu di platform Twitter dan Instagram dipenuhi dengan komentar-komentar pedas dan caci-maki.
***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun