Lain halnya bila pukulan Kato mengenai tubuh mereka. Pukulan itu, misalnya, membuat kaki Tormo pincang atau punggung Bouzkova memar sehingga harus menerima perawatan medis. Menjadi wajar apabila mereka melakukan protes keras.
Dalam konteks pertandingan babak ketiga melawan Aldila/Kato, tugas Tormo/Bouzkova sebagai petenis adalah cukup bermain tenis, tidak ikut campur mempengaruhi keputusan wasit. Saya juga melihat tindakan mereka itu lebay bin hiperbolik.
Pam Shriver, mantan petenis top Amerika Serikat pemegang 21 gelar grand slam nomor ganda putri termasuk 4 gelar French Open mengungkapkan kekecewaannya meski tidak secara eksplisit.Â
Ia mengunggah cuitan di akun Twitter-nya @PHShriver tentang Bouzkova yang merupakan peraih WTA Sportmanship Award tahun 2020. Ia bertanya, apakah kejadian atau insiden tersebut akan membuat Bouzkova cukup sekali saja menerima penghargaan tersebut?
Begitu pula dengan mantan petenis top Perancis Gilles Simon yang justru terang-terangan mengungkapkan kekesalannya terhadap insiden tersebut. Lewat akun Twitter-nya @GillesSimon84, ia mencuit dalam bahasa Perancis dengan kata-kata pedas yang pastinya ditujukan untuk Tormo/Bozkova.
"Saya harap mereka akan susah tidur nyenyak," begitu cuitan Simon seraya melanjutkan kata-katanya dengan mencerca sang wasit. Cuitan Simon itu sudah mendapatkan lebih dari 4700 likes dan 454 retweet.
Sementara itu akun media sosial Tormo dan Bouzkova mendapatkan serangan gencar dari warganet termasuk netijen +62. Unggahan terakhir di akun kedua petenis itu di platform Twitter dan Instagram dipenuhi dengan komentar-komentar pedas dan caci-maki.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H