Di masa pandemi COVID-19 lalu, ada beberapa rumah sakit di dunia yang mengoperasikan robot untuk meminimalisir kontak langsung tim medis dengan pasien COVID-19. Beberapa diantaranya adalah robot pengecek suhu tubuh di Rwanda, robot tes usap di Denmark, dan robot disinfektan sinar UV di Italia. (sumber: IEEE Spectrum)
Isu terkait AI
AI bukannya tanpa isu. Salah satunya terkait hak cipta terhadap konten yang di-generate oleh AI. Artikel yang dibuat oleh chatGPT misalnya, itu bisa jadi mengandung konten yang memiliki hak cipta. Pengguna AI supaya melakukan pengecekan silang sebelum mengunggah tulisan "karyanya" ke platform tertentu.
Isu berikutnya terkaut dengan teknologi AI itu sendiri. Dilansir dari Grid.id, di tahun 2017 lalu tim Facebook harus menghentikan eksperimen AI-nya setelah dua bot yang mereka ciptakan, Bob dan Alice, menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
Pada awalnya kedua bot bisa saling merespon dengan Bahasa Inggris yang wajar, tetapi entah bagaimana mereka membuat bahasa sendiri yang tidak dipahami oleh tim Facebook. Bahkan dua bot itu membangun dialek khusus yang asing.
Ternyata Google juga pernah mengalami hal yang serupa. Isu tersebut terjadi di layanan Google Translate yang menggunakan AI untuk fungsi penterjemahan bahasa. Suatu hari, entah bagaimana AI di layanan tersebut secara diam-diam menciptakan bahasa mereka sendiri.
Isu semacam itu sangat berbahaya. Apabila AI tidak terkendali, dampaknya terhadap kemanusiaan bisa sangat luar biasa. Kekhawatiran terhadap perkembangan AI pernah disampaikan oleh Elon Musk, sosok utama di pabrikan otomatif Tesla dan perusahaan antariksa SpaceX.
Meski Musk sedang mengerjakan proyek robot humanoid pintar Tesla Bot, ia merasa khawatir dengan perkembangan AI. Ia kerap mengatakan bahwa ancaman AI bisa membuat situasi dunia seperti film "The Terminator". (sumber: CNBC)
Tony Starks di dunia nyata itu sekarang ini juga sedang mengembangkan Neuralink, sebuah teknologi yang menghubungkan manusia dengan komputer. Nah, apabila Neuralink disematkan pada Tesla Bot - tentunya dengan kendali sepenuhnya dari manusia - bisa jadi kita akan berjumpa dengan robot super pintar yang bisa membantu kehidupan manusia.
Omong-omong, Musk juga merupakan salah satu pendiri OpenAI, perusahaan yang mengembangkan ChatGPT. Nah, dari sini kita bisa meraba kalau robot pintar yang berpikir seperti manusia bakal menjadi bagian dari kehidupan manusia di masa depan.
Kita semua tahu kalau Musk punya ambisi mengirim manusia ke planet lain lewat bendera SpaceX. Apakah mungkin robot-robot itu nantinya akan membantu misi antariksa ke planet lain?