ChatGPT menjadi bintang di dunia maya. Sejak dirilis November 2022 lalu, aplikasi chatbot atau text writer/generator berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) buatan OpenAI itu menarik minat banyak orang untuk mencobanya.
Beberapa bulan iniKamu sudah mencobanya? Gimana, asik nggak? Kalau saya belum sempat mencobanya. Tapi setelah membaca sejumlah sampel teks yang dibagikan oleh teman-teman saya ataupun yang diunggah di media sosial, aplikasi itu sungguh luar biasa. Ini mirip aplikasi MidJourney tetapi dengan pengalaman yang berbeda.
Kalau MidJourney adalah aplikasi ilustrasi atau desain grafis yang di-generate berdasarkan teks yang di-input oleh pengguna, ChatGPT adalah aplikasi teks yang di-generate dari teks. Kita bisa memberi perintah kepada ChatGPT untuk menulis tentang topik tertentu dalam Bahasa Inggris atau pun Indonesia, serta mungkin bahasa lainnya.
Yang menarik, ChatGPT bisa kita ajak ngobrol tentang topik apa saja dengan informasi yang memadai dan kosakata yang lumayan natural. Fungsi chatbot-nya mirip dengan aplikasi chatbot yang pernah disematkan pada mesin pencari Bing.
Saya sempat mencoba chatbot di Bing yang diuji coba kira-kira di awal tahun 2022 lalu. Menurut saya lumayan berkesan, rasanya seperti ngobrol dengan orang lain saja.
Tapi secara keseluruhan chatbot di Bing itu masih jauh dari bagus. Beberapa kali chatbot-nya tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang saya ajukan. Mungkin karena pada waktu itu informasi yang diproses belum begitu memadai. Namanya juga masih versi uji coba.
Secara sederhana, aplikasi berbasis kecerdasan buatan menggunakan suatu sistem machine learning yang mengumpulkan dan memproses data (dalam hal ini big data) menggunakan algoritma tertentu untuk menjawab suatu pertanyaan atau pun memecahkan suatu masalah. Teknologi AI dirancang untuk meniru cara berpikir atau pun cara kerja manusia.
Pertanyaan tentang sesuatu hal yang diajukan oleh seorang pengguna akan dijawab oleh mesin sesuai konteksnya. Sejauh ini bila melihat sampel yang saya baca, jawaban dari ChatGPT cukup cerdas dan tidak ngalor ngidul.
Melihat respon dari ChatGPT yang dibagikan oleh teman-teman saya atau pun yang dibagikan di media sosial, saya jadi ikut senang dengan pencapaian AI akhir-akhir ini. Pencapaian itu tentunya tidak lepas dari semakin bertumbuhnya teknologi komputasi awan dan big data yang menjadi "makanan" AI.
Sebagai informasi, pada 6 Februari 2023 lalu Google meluncurkan Bard yang pastinya bakal bersaing head-to-head dengan ChatGPT. Selain kedua aplikasi tersebut, sebenarnya ada aplikasi lainnya seperti Replika (buatan Luka), ChatSonic (buatan Writesonic) dan Jasper AI (buatan Jasper). Replika bahkan memiliki fitur video call yang bisa berakrab ria dengan penggunanya.
AI untuk semua jenis konten
Perkembangan AI di era Web 4.0 saat ini sungguh luar biasa. Kita bisa berdiskusi dengan AI text generator tentang topik apa saja (ChatGPT, Barn, dll). Kita juga bisa membuat desain atau menggambar menggunakan aplikasi text to image generator (MidJourney, Dall-E, dll).
Buat yang suka menulis, kita bisa membuat artikel, cerpen hingga novel. Omong-omong, aplikasi story generator berbasis AI sudah eksis lho. Misalnya Jasper, Rytr dan NovelAI.
Setiap orang bisa membuat jingle ataupun musik dengan AI music generator (AIVA, Amper Music, dll). Bahkan sekarang ini juga ada aplikasi AI video generator (Pictory, InVideo) untuk membuat konten video dari teks. Luar biasa.
Beberapa waktu mendatang, versi pembaruan dari semua aplikasi berbasis AI mungkin akan membuat kita terkesima. Aplikasi berikutnya pastinya bakal memiliki fitur lebih advanced daripada aplikasi yang eksis sekarang ini.
Lalu kemana semua ini akan bermuara? Banyak dan luas, karena AI pada dasarnya bertujuan untuk membuat kehidupan manusia secara lebih baik. Sebagian orang mungkin sudah mengenal Siri dan Alexa yang pada dasarnya juga menggunakan AI. Kedua aplikasi tersebut pastinya akan naik level ketika disematkan pembaruan AI terbaru.
Tahu robot Sofia kan? Nah, dengan pemutakhiran AI bisa jadi kelak robot buatan Hanson Robotics itu akan semakin seperti manusia. Ia akan menjadi teman ngobrol yang nggak boring, menjadi teman curhat yang solutif, menjadi rekan diskusi yang brilian, atau bahkan menjadi the real perpustakaan berjalan.
CNN.com, Minnesota University Law School memberikan ujian hukum pada ChatGPT hingga akhirnya lulus dengan nilai C+.
Sebagai informasi, baru-baru ini ChatGPT mampu lolos ujian universitas di bidang hukum, bisnis dan kedokteran. Ini benar-benar amazing. Dilansir dariWharton School of Business di University of Pennsylvania juga ikut menguji chatGPT. Dalam ujian manajemen bisnis, ChatGPT lulus dengan nilai B hingga B-. Amazing sekali, bukan?
Pencapaian menakjubkan lainnya adalah ketika ChatGPT lulus ujian lisensi kedokteran Amerika Serikat! Dilansir dari MedPageToday, aplikasi chatbot itu lulus tiga ujian U.S. Medical Licensing Examination (USMLE) dengan persentase akurasi jawaban lebih dari 50 persen tanpa pelatihan secara khusus.
Di ranah hiburan, AI bisa membuat setiap orang menjadi konten kreator musik atau pun video. Aplikasi Pictory misalnya, sudah menyediakan layanan untuk membuat konten video dari script atau naskah skenario yang diunggah oleh penggunanya.
Dari script tersebut, Pictory akan membuat storyboard secara otomatis. Ia juga menyediakan video footages siap pakai yang melimpah, juga pilihan avatar hingga suaranya yang bervariasi. Setelah beberapa klik, taraa... konten video pun jadi. Semudah membuat mie instan spesial pakai telur ceplok.
Itu masih versi yang sekarang ya. Kedepannya pasti bakal ada pembaruan lebih lanjut yang pastinya bakal membuat para kreator konten video menjadi semakin ngiler.
Di masa mendatang, bisa jadi ada aplikasi berbasis AI untuk membuat film panjang. Kru film blockbuster di masa depan mungkin cuma beberapa orang dan tidak harus bekerja di studio.
Proses shooting cukup di dalam sebuah ruangan menggunakan layar LED, tanpa perlu melakukan shooting di lapangan. Film seri "The Mandalorian" misalnya, sudah memanfaatkan teknologi layar LED segede gaban dan melengkung 270 derajat sebagai virtual set yang membuat proses shooting film menjadi lebih efisien. (sumber: fxguide)
Kedepannya, aplikasi grafis berbasis AI (seperti MidJourney dan DALL-E) mungkin akan menjadi bagian dalam pembuatan film. Sedangkan animasinya dibuat dengan teknologi CGI berbasis AI yang sudah pasti bakal mengalami pembaruan pula di masa depan.
Selain film, ranah gim juga rasanya bakal tersentuh AI untuk menghasilkan pengalaman gim yang lebih menawan dan realistis. Ia akan berjalan beriringan dengan mixed reality atau MR yang akan merupakan gabungan antara augmented reality (AR) dan virtual reality (VR).
AI dan kehidupan manusia
Pencapaian AI sekarang ini sudah membuat kita terperanjat. Sekarang ini saja aplikasi berbasis AI sudah memberikan manfaat buat kehidupan manusia. Di masa depan ketika AI banyak diaplikasikan ke berbagai layanan, kehidupan manusia sepertinya tidak akan sama lagi.
Sebagaimana dijelaskan di bagian sebelumnya, AI bisa membantu manusia dalam berkarya. Setiap orang bisa menjadi kreator konten dengan bantuan aplikasi berbasis AI secara lebih praktis.
Aplikasi AI di perusahaan mungkin dapat membantu atau bahkan menggantikan beberapa pekerjaan manusia. AI yang disematkan pada industri otomotif  misalnya, bisa mengoptimalisasi produksi kendaraan bermotor dan sistem kendaraan bermotornya. AI yang dipasang di divisi layanan pelanggan dapat merespon pertanyaan apapun ataupun keluhan dari pelanggan lewat aplikasi chatbot AI nonstop selama 24/7.
Di Jepang ada sebuah hotel yang pernah menggunakan karyawan robot. Setelah beroperasi kira-kira selama empat tahun, setengah dari robot-robot itu dipensiunkan karena manajemen hotel ingin menggunakan kembali pelayanan yang dilakukan oleh karyawan manusia. (sumber: Hotel Management)
Apabila pihak manajemen hotel mengikuti perkembangan AI sekarang ini, mungkin mereka akan pikir-pikir untuk menggunakan robot-robot itu kembali. Robot hotel yang dipasang AI mungkin bisa menjadi teman ngobrol buat para tamu hotel yang sedang kesepian di kamar masing-masing. Seperti karakter Theodore Twombly yang ngobrol dengan chatbot AI Samantha dalam film "Her" (2013), hehe..
Di masa pandemi COVID-19 lalu, ada beberapa rumah sakit di dunia yang mengoperasikan robot untuk meminimalisir kontak langsung tim medis dengan pasien COVID-19. Beberapa diantaranya adalah robot pengecek suhu tubuh di Rwanda, robot tes usap di Denmark, dan robot disinfektan sinar UV di Italia. (sumber: IEEE Spectrum)
Isu terkait AI
AI bukannya tanpa isu. Salah satunya terkait hak cipta terhadap konten yang di-generate oleh AI. Artikel yang dibuat oleh chatGPT misalnya, itu bisa jadi mengandung konten yang memiliki hak cipta. Pengguna AI supaya melakukan pengecekan silang sebelum mengunggah tulisan "karyanya" ke platform tertentu.
Isu berikutnya terkaut dengan teknologi AI itu sendiri. Dilansir dari Grid.id, di tahun 2017 lalu tim Facebook harus menghentikan eksperimen AI-nya setelah dua bot yang mereka ciptakan, Bob dan Alice, menunjukkan gelagat yang mencurigakan.
Pada awalnya kedua bot bisa saling merespon dengan Bahasa Inggris yang wajar, tetapi entah bagaimana mereka membuat bahasa sendiri yang tidak dipahami oleh tim Facebook. Bahkan dua bot itu membangun dialek khusus yang asing.
Ternyata Google juga pernah mengalami hal yang serupa. Isu tersebut terjadi di layanan Google Translate yang menggunakan AI untuk fungsi penterjemahan bahasa. Suatu hari, entah bagaimana AI di layanan tersebut secara diam-diam menciptakan bahasa mereka sendiri.
Isu semacam itu sangat berbahaya. Apabila AI tidak terkendali, dampaknya terhadap kemanusiaan bisa sangat luar biasa. Kekhawatiran terhadap perkembangan AI pernah disampaikan oleh Elon Musk, sosok utama di pabrikan otomatif Tesla dan perusahaan antariksa SpaceX.
Meski Musk sedang mengerjakan proyek robot humanoid pintar Tesla Bot, ia merasa khawatir dengan perkembangan AI. Ia kerap mengatakan bahwa ancaman AI bisa membuat situasi dunia seperti film "The Terminator". (sumber: CNBC)
Tony Starks di dunia nyata itu sekarang ini juga sedang mengembangkan Neuralink, sebuah teknologi yang menghubungkan manusia dengan komputer. Nah, apabila Neuralink disematkan pada Tesla Bot - tentunya dengan kendali sepenuhnya dari manusia - bisa jadi kita akan berjumpa dengan robot super pintar yang bisa membantu kehidupan manusia.
Omong-omong, Musk juga merupakan salah satu pendiri OpenAI, perusahaan yang mengembangkan ChatGPT. Nah, dari sini kita bisa meraba kalau robot pintar yang berpikir seperti manusia bakal menjadi bagian dari kehidupan manusia di masa depan.
Kita semua tahu kalau Musk punya ambisi mengirim manusia ke planet lain lewat bendera SpaceX. Apakah mungkin robot-robot itu nantinya akan membantu misi antariksa ke planet lain?
Bisa jadi Tesla Bot akan mendampingi manusia dalam misi ke Bulan dan planet Mars yang akan ditarget bakal terwujud kurang dari sepuluh tahun lagi. Wah, jadi teringat karakter robot humanoid cerdas Bishop, Walter dan David 8 dalam film semesta "Alien".
Robot-robot buatan Boston Dynamics misalnya, mungkin tidak sekadar berjalan, berlari atau melompat di muka Bumi, tapi juga di planet lain. Lagi-lagi jadi teringat dengan robot TARS, CASE dan KIPP yang keren di film "Interstellar" (2014).
Tapi rasanya tidak usah jauh-jauh ke luar Bumi. Kalau chatGPT bisa lolos tes kedokteran, tidak lama lagi mungkin kita bisa berjumpa dengan robot dokter. Dengan perkembangan teknologi central pattern generator (CPG) di ranah robotika yang dikawinkan dengan AI dan ilmu kedokteran bedah, bisa jadi di masa depan akan ada robot dokter bedah yang mampu melakukan operasi terhadap tubuh manusia.
Semuanya tinggal menunggu waktu saja.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H