Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Covid Sub Varian Kraken Menyebar Luas, Kita Mesti Gimana?

12 Januari 2023   13:25 Diperbarui: 12 Januari 2023   13:30 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Protokol kesehatan. (sumber: Kemkes.go.id)

Mendengar kabar meledaknya kasus COVID-19 di China, Korea Selatan dan Jepang membuat saya merasa agak cemas. Menurut informasi, biang keladi meningkatnya kasus COVID-19 kali ini adalah sub varian baru XBB 1.5 atau yang disebut dengan Kraken yang sangat menular.

Sebelumnya mohon maaf bila tulisan saya tentang COVID-19 ini membuat sebagian pembaca kurang nyaman. Saya menyadari sebagian dari kita merasa trauma dengan pandemi ini. Mungkin diantara pembaca ada penyintas, mungkin juga ada yang kehilangan orang-orang yang dicintai, atau mungkin mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tempat kerjanya, atau terpaksa harus menutup usaha gegara pandemi ini.

Tetapi saya perlu mengutarakan pendapat saya mengenai hal ini dan juga mengingatkan kepada para pembaca bahwa COVID-19 masih eksis. Meski kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM resmi berakhir, kita masih harus jaga diri dan jaga kesehatan.

Baiklah, menurut CNBC Indonesia, sub varian Kraken berasal dari varian Omicron yang awalnya muncul di India. Dari situ, sub varian itu menyebar ke sejumlah wilayah di dunia antara lain Eropa, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia dan Australia.

Karena terjadi peningkatan kasus yang cukup signifikan di banyak negara, Badan Kesehatan Dunia WHO merasa perlu untuk mengingatkan para wisatawan untuk mengenakan masker kembali (sumber: Reuters). Begitu pula pemerintah RI juga mewanti-wanti masyarakat agar tetap waspada dan mengenakan masker (sumber: Kompas.com).

Data terbaru yang disusun Katadata yang mengacu pada data Worldometer mencantumkan Indonesia di posisi keenam ketika terjadi 402 kasus tambahan harian pada Rabu (11/1/23). Indonesia berada di bawah Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong dan Filipina (minus China yang tidak merilis data kasus).

Apa yang membuat saya cemas dengan situasi saat ini adalah semakin kendurnya prokes. Kita sudah melihat warga memadati pasar, pusat perbelanjaan, mendatangi even seperti gathering, konser musik, meet and greet artis terkenal, pameran dan lain-lain. Tak jarang mereka rela berdesakan demi bisa ikut serta dalam suatu even.

Di lingkungan tempat tinggal saya misalnya, warga yang keluar rumah pada umumnya enggan menggunakan masker. Bahkan warga yang sedang batuk pilek pun juga sama saja.

Cuma segelintir orang saja yang masih setia bermasker, diantaranya adalah keluarga saya. Bahkan kami mengenakan dua lapis masker ketika keluar rumah. Beruntung warga sekitar tidak menganggap kami orang-orang yang aneh lantaran kami masih memakai masker. Hehe...

Banyak orang, termasuk sebagian besar warga di tempat tinggal saya, mungkin menganggap pandemi COVID sudah berakhir dan kehidupan sudah kembali seperti semula.  Sudah bebas dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi.

Jujurly, kadang saya juga merasa bosan dengan apa yang kami lakukan. Memakai masker setiap hari, sering sekali mencuci tangan, jaga jarak dengan orang lain, semprat-semprot desinfektan di sana-sini, dan lain-lain. Kebiasaan-kebiasaan tersebut kami lakukan karena kami tidak ingin terpapar COVID.

Tetapi saya jadi menyadari bahwa di sisi lain kebiasaan-kebiasaan itu bisa jadi membuat kami sekeluarga terhindar dari paparan virus tersebut. Ditambah vaksin yang kami terima sejauh ini yang mungkin cukup powerful menghadang virus COVID-19 masuk ke tubuh kami.

Omong-omong tentang vaksin, bisa jadi orang-orang yang sudah tidak memedulikan prokes itu merasa tubuhnya sudah imun atau kebal. Mereka sudah menerima vaksin pertama dan kedua, ditambah booster pertama dan sebagian sudah booster kedua.

Tetapi ternyata virus itu terus bermutasi, bahkan sub varian Kraken dituding menjadi penyebab COVID belakangan meledak lagi. Timbul pertanyaan apakah vaksin-vaksin yang telah kita terima itu masih cukup efektif terhadap varian-varian baru yang muncul belakangan ini, khususnya varian Kraken yang sekarang ini sudah menyebar sedemikian luasnya?

Saya berada di tim yang ragu, maka saya akan tetap menjaga prokes. Bukannya tidak percaya dengan efikasi vaksin, tetapi saya dan keluarga memilih itu sebagai jalan tengah karena kami sudah merasakannya. Berangkat dari niatan untuk menjaga diri, sejak awal pandemi hingga detik ini kami tetap sehat dan mudah-mudahan ke depannya akan selalu demikian.

Sekadar sharing, saya termasuk salah satu orang yang sebenarnya rentan terpapar COVID-19. Walau mungkin sehari-hari terlihat sehat, ada kondisi tertentu yang membuat saya memiliki kemungkinan untuk terpapar. Karena saya tidak mau terkena virus sial itu, ya mau tidak mau saya harus menjaga diri dengan sebaik-baiknya.

Orang yang tidak mengetahui kondisi saya mungkin menganggap saya sombong karena selalu mengenakan masker, senantiasa menjaga jarak dan sebagainya. Tapi biarlah, mereka punya hak mengatakan itu, tetapi saya juga punya hak menjaga tubuh saya agar tetap sehat.

Jadi, lewat tulisan ini saya hendak mengajak pembaca dan Kompasianers yang budiman untuk kembali mematuhi prokes. Sebaiknya kita tidak terlena dengan pelonggaran di sana-sini, karena kalau misalnya (amit-amit...) tertular virus itu maka yang rugi juga kita sendiri.

Protokol kesehatan. (sumber: Kemkes.go.id)
Protokol kesehatan. (sumber: Kemkes.go.id)
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun