Bisa jadi dibangun sebuah mal untuk window shopping atau shopping beneran. Tidak semegah mal di Jakarta atau Surabaya, tapi bisa menjadi jujugan para pekerja di Bulan yang butuh tempat hiburan.Â
Tenants di dalamnya mungkin akan memajang produk-produknya secara fisik, menggunakan hologram, atau pun menggunakan VR atau pun AR (augmented reality).
Atau mungkin seluruh bangunan mal menggunakan VR/MR yang hanya bisa dilihat lewat perangkat tertentu. Kalau malnya dibangun seratus persen dengan teknologi ini, maka jalan-jalannya harus menggunakan omnidirectional treadmill agar seseorang tidak berjalan kesana kemari lalu menabrak dinding ruangan atau orang lain.
Sarana telekomunikasi dengan koneksi yang lancar jaya juga pasti akan tersedia. Bila merasa kangen dengan orang-orang tercinta, ada fasilitas video call untuk mengobrol atau menumpahkan segala perasaan dan keluh kesah.
Sudah pasti semua aspek akan dipikirkan sedetail mungkin dalam rangka rencana pembangunan koloni manusia di angkasa. Saat ini mungkin semua itu masih ada di kepala para insinyur, arsitek, psikolog, sosiolog dan semua orang-orang yang dilibatkan dalam rencana tersebut.
Bagaimanapun, orang-orang yang bekerja di Bulan adalah manusia. Meski tinggal di tempat nun jauh di angkasa, mereka tetaplah manusia Bumi dengan segala pola pikir mereka, cara hidup dan kebiasaannya, termasuk kebutuhan healing ketika penat bekerja.
Tapi lama-lama manusia akan mampu beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari di Bulan. Manusia adalah makhluk paling adaptif di Bumi, rasanya mereka akan mampu beradaptasi dengan lingkungan Bulan... dan kelak juga di planet-planet lainnya.
***
Bacaan:
NASA Artemis 1Â
NASA BlogÂ
Space.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H