Bagaimana dengan Indonesia? Ada kabar bahwa RUU Perlindungan Data Pribadi atau RUU PDP segera dibahas dan disahkan oleh DPR menjadi UU. Padahal RUU ini sudah dibahas sejak tahun 2020, tetapi entah mengapa belum jua disahkan.
Nampaknya bocornya data personal para pejabat yang terjadi beberapa hari belakangan menjadi momen agar RUU PDP segera dibahas dan disahkan. Mau menunggu korban siapa lagi?
Dipikir-pikir, RUU PDP ini seharusnya sudah eksis sebelum warga diwajibkan menyetor data NIK dan KK ketika melakukan registrasi nomor ponsel. Karena instrumen hukumnya belum ada, maka ketika data personal warga bocor tidak ada yang bisa dilakukan. Ini menyedihkan sekali.
Sepertinya masih perlu waktu lagi sebelum RUU PDP disahkan menjadi UU. Entah kapan... Tetapi semoga saja bisa disegerakan.
Nah, selama menunggu pengesahannya, kita mesti menjaga data pribadi kita baik-baik dan tidak membagikannya secara serampangan. Sebagian dari kita acap abai dengan hal yang terkesan remeh temeh ini.
Saya sendiri terpaksa berusaha menjaga data pribadi saya sendiri. Tidak dengan cara-cara yang sophisticated alias canggih, tapi yaahh sebisanya saja.
Minimal tidak memberitahu nomor ponsel atau pun email secara sembarangan kepada pihak lain. Lainnya, dengan memasang anti virus dan firewall standar di gawai saya, mengaktifkan verifikasi dua langkah dan sebagainya.
Mungkin tidak sepenuhnya aman tetapi paling tidak saya sudah berusaha untuk mempersempit pergerakan para peretas nakal yang berhati gelap. Tapi kalau ada yang tahu cara yang ampuh dan mudah diaplikasikan oleh banyak orang, sudilah kiranya berbagi di sini atau membalas tulisan saya ini dengan tulisan lainnya. Caranya dengan mengklik atau tap tombol "Tanggapi dengan Artikel" di bagian bawah halaman ini. Terima kasih sebelumnya.
Omong-omong, seandainya ada hacker yang berhasil menguliti gawai saya rasanya akan percuma saja. Profil saya ya biasa-biasa saja, bukan pejabat juga bukan tokoh masyarakat. Circle saya selain keluarga adalah teman-teman dan sejumlah orang yang berkasta warga biasa saja.
Saya memakai gawai ya seperlunya saja, untuk komunikasi yang paling utama. Selebihnya ya baca-baca informasi terkini, medsos, jeprat-jepret foto, membuat video singkat, menonton video, dan lain-lain yang lumrah dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.
Jadi kalau ada orang yang meretas gawai saya, pasti mereka akan kecewa karena data personal saya sama sekali tidak seksi. Hacker mana saja yang meretas ponsel saya sudah pasti bakal kecewa.