Selain itu, konsumen yang terbiasa seperti itu kurang menghargai proses yang panjang di balik makanan yang tersaji dihadapannya.
Emisi karbon dari makanan sisa
Sebagian dari kita kerap menganggap sepele perkara makanan sisa. Mereka pasti berpendapat 'toh cuma makanan'. Padahal bila ada 10 persen konsumen sebuah resto melakukan hal yang sama, ada sekian kilogram sampah makanan dan sekian Joule energi yang terbuang percuma.
Apabila masing-masing resto di dalam sebuah mal memiliki 10 persen saja konsumen yang gemar membuang makanan, tinggal dikalikan saja untuk mengetahui volume sampah makanan sisa. Dari situ juga bisa diperkirakan energi yang terbuang percuma hingga nilai rupiahnya.
Mengenai volume sampah makanan, Kompas.id pernah melakukan analisis yang mengejutkan tentang sampah makanan ini. Ternyata setiap orang Indonesia rata-rata membuang makanan yang nilainya sekira 2,1 juta rupiah per tahun. Bila ditotal seluruh negeri, nilai sampah makanan di Indonesia setiap tahunnya mencapai 330 triliun rupiah!
Lebih lanjut, sebagaimana dikutip dari sumber tersebut, berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020, sampah makanan mencapai 40 persen dari total sampah yang dihasilkan masyarakat di 199 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 'Pencapaian' orang Indonesia dalam membuang makanan itu hanya bisa ditandingi oleh Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Sebentar, jangan-jangan sampah makanan di kedua negara itu juga berasal dari orang Indonesia pula. Kalau memang iya, wahh problematik sekali ya orang Indonesia ini. Tapi mudah-mudahan tidak ya.
Tapi yang paling diwaspadai dari perkara sampah makanan adalah emisi karbon. New Food Magazine memberi estimasi bahwa setiap 1 kg sampah makanan terdapat emisi karbondioksida dengan volume lebih dari 2,5 kg. Ketika sampah makanan berakhir di TPA, itu akan mendorong keluarnya gas metana dimana level GHG-nya atau level emisi gas rumah kaca globalnya 25 kali lebih tinggi daripada karbondioksida. Waduuhhh...
Jadi jangan selalu menyalahkan asap kendaraan bermotor, asap pabrik dan asap-asap lainnya sebagai biang keladi efek rumah kaca. Makanan sisa yang berasal dari makanan yang kita masak di rumah atau yang kita pesan di resto ternyata juga memiliki dampak yang sama berbahayanya bagi kehidupan di Bumi.
Maka dari itu, mulai sekarang, dimulai dari diri kita dan keluarga kecil kita, jangan sampai menyia-nyiakan makanan atau membuang makanan. Memasaklah makanan di rumah sesuai kebutuhan, bukan keinginan.
Begitu pula ketika membeli makanan di warteg atau pun restoran, pesan makanan sesuai kebutuhan kita baik dari jenis makanan dan porsinya. Ketika makan di resto AYCE (all you can eat) atau pun resto hotel, jangan lagi kalap sehingga makanan tidak habis hingga akhirnya dibuang.