1. kematian ibu hamil ketika melahirkan sebanyak 122.356 orang.
2. kematian karena penyakit malaria sebanyak 156.105 orang.
3. kematian karena flu tahunan sebanyak 196.878 orang.
4. kematian karena bunuh diri sebanyak 424.492 orang.
5. kematian karena kecelakaan lalu lintas sebanyak 534.361 orang.
6. kematian karena virus HIV/AIDS sebanyak 665.454 orang.
7. kematian karena alkohol sebanyak 990.104 orang.
8. kematian karena merokok sebanyak 1.978.884 orang.
9. kematian karena penyakit kanker sebanyak 3.251.112 orang.
10. kematian balita sebanyak 3.008.902 anak.
11. Kematian karena penyakit menular 5.138.855 orang.
Bila angka kematian tersebut dijumlah, maka sepanjang tahun 2022 ini angka kematian karena sebelas penyebab itu kurang lebih 16,4 juta orang. Ini belum termasuk kematian karena bencana alam, kecelakaan transportasi, peperangan, dan lain-lain termasuk kasus kriminalitas.
Dalam konteks dugaan adanya agenda depopulasi, angka mortalitas tersebut rasanya masih terlalu kecil dibandingkan dengan populasi penduduk dunia. Bila kita hitung persentasenya, maka angkanya berkisar 0,21 persen.
Apa yang saya garis bawahi di sini adalah bahwa memang terjadi pengurangan populasi manusia secara global namun itu terjadi secara alami. Jadi rasanya mustahil ada agenda depopulasi dari pihak tertentu. Saya membayangkan setebal apa buku Standard Operating Procedure-nya dan sebanyak apa dokumen revisinya bila agenda depopulasi itu ada.
Jadi menurut saya, agenda depopulasi itu fiktif belaka yang disebarkan lewat media sosial berulang kali. Tujuannya mungkin untuk membangun kecemasan dan kekhawatiran ketika kita hendak bangkit lagi setelah babak belur karena pandemi COVID-19.Â
Saya pribadi juga meyakini bahwa setiap yang hidup akan mati pada waktunya nanti dengan berbagai cara atau penyebab. Jadi ingat salah seorang guru sekolah saya ddulu pernah mengatakan bahwa setiap manusia memiliki takdirnya sendiri-sendiri, termasuk ketika meninggal dunia nanti.Â
Ada yang meninggal dunia karena sakit keras, ada yang kecelakaan, bahkan ada yang meninggal ketika sedang tidur. Semuanya tidak ada hubungannya dengan depopulasi kecuali rencana sang Ilahi.
Sebagai penutup, kalau memang rencana depopulasi itu nyata, mengapa tidak melakukan hal yang praktis? Misalnya memanggil Thanos? Eh, omong-omong by the way, Thanos kan sudah mati... Rasanya kita tidak perlu membicarakan orang yang sudah meninggal. Pamali.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H