Di semifinal, dalam kondisi masih merasakan cedera, Alcaraz Garfia mampu menang atas Novak Djokovic (Serbia) yang merupakan unggulan teratas dan petenis nomor satu dunia. Pertandingan antar generasi tersebut berlangsung dramatis dengan durasi 3 jam 35 menit. Pada akhirnya Alcaraz Garfia menang atas Djokovic dengan skor sangat ketat 6-7(5-7), 7-5 dan 7-6(7-5). Sungguh luar biasa!
Melawan Zverev di babak final juga bukan perkara mudah. Zverev adalah juara bertahan yang sudah pasti akan berupaya mempertahankan gelarnya. Selain itu, Zverev merupakan petenis terbaik sepanjang tahun 2021 setelah memenangkan ATP Finals 2021. Namun Alcaraz Garfia tampil lebih baik daripada lawannya dan menyelesaikan pertandingan dengan straight set, 6-3 dan 6-1 dalam waktu 61 menit saja.
Mengintip data pertandingan final Madrid Open, angka Alcaraz Garfia terbilang sangat baik. Angka kemenangan first serve Alcaraz Garfia adalah 89 persen dan servis kedua 70 persen. Alcaraz Garfia tidak pernah melakukan double faults atau kesalahan servis sama sekali, sedangkan Zverev yang melakukannya sebanyak lima kali.
Di babak pertama yang berlangsung di arena utama Manolo Santana Stadium, Alcaraz Garfia membuka kemenangan 1-0 atas Zverev yang segera disamakan oleh Zverev lewat pukulan smash di depan net setelah menerima pengembalian servis yang tanggung dari Alcaraz Garfia. Di game berikutnya, Alcaraz Garfia mengembalikan keunggulannya, namun lagi-lagi Zverev bisa menyamakannya hingga skor menjadi 2-2.
Game kelima dan keenam menjadi milik Alcaraz Garfia, semuanya lewat love game. Zverev sebetulnya juga tampil bagus dengan servis yang powerful dan forehand kerasnya. Akan tetapi Alcaraz Garfia bermain jauh lebih taktis dimana ia kerap melancarkan drop shot ciamik di dekat net.
Strategi itu memelrukan kecermatan tingkat tinggi alias sulit, namun efektif mendulang poin. Tetapi di sisi lain juga bisa meminimalisir terjadinya reli panjang di sepanjang pertandingan. Sebagaimana diinformasikan di bagian sebelumnya, Alcaraz Garfia masih mengalami cedera pergelangan kaki usai bertanding melawan Nadal di babak perempat final. Sehingga ia harus bermain lebih taktis dan efektif.
Zverev mampu merebut satu angka lagi akan tetapi Alcaraz Garfia segera mengantisipasinya hingga skor menjadi 5-3. Di game kesembilan, lagi-lagi ia menciptakan love game setelah service return atau pengembalian servis oleh Zverev menyangkut di net.
Di babak kedua, kejar-mengejar angka terjadi di game pertama dan kedua. Setelah itu, game berikutnya menjadi milik Alcaraz Garfia yang performanya sudah terlanjur di atas angin. Ia cukup sering melancarkan pukulan agresif yang membuat Zverev pontang-panting mengejar bola.
Di game kelima set kedua misalnya, ketika Alcaraz Garfia meraih advantage setelah terjadi deuce, ia bermaksud menutup game dengan drop shot di depan net. Akan tetapi Zverev mampu mengembalikan bola.Â
Tak kalah gesit, Alcaraz Garfia segera meresponnya dengan melakukan lob shot ke baseline yang membuat Zverev harus berlari kembali ke belakang yang justru gagal mengembalikan bola.