Mendengar percakapan Bu Yahya dengan Kak Sindi lewat telepon tentang keinginannya membeli apartemen itu, Pak Yahya buru-buru menghampirinya.
"Mama, Mama ini ada-ada saja. Hanya karena kita senang dengan apartemen ini, bukan berarti kita harus membelinya. Apartemen kita sudah banyak, Mama boleh pilih mau tinggal di mana saja. Apalagi apartemen ini di luar negeri yang tidak bisa setiap saat bisa kita datangi," sergah Pak Yahya.
Bu Yahya diam saja. Ia mengakhiri pembicaraan telepon dengan kak Sindi dan meletakkan ponselnya di meja.
"Dengar ya Ma, agama memerintahkan kita agar tidak berlebihan. Properti kita sudah banyak, lalu tiba-tiba kita ingin membeli apartemen ini. Di luar negeri pula. Itu namanya berlebihan, Ma. Apa pun yang berlebihan itu dilarang agama," kata Pak Yahya.
"Apalagi pemilik apartemen ini pasti sedih kalau sumber penghasilannya ini kita beli. Bagaimana bila ini satu-satunya aset properti yang menghasilkan? Kalau kita membelinya, apapun alasannya, itu bisa disebut dengan menghalangi rejeki orang lain, Ma. Kita tidak boleh berlaku seperti itu," lanjut Pak Yahya.
Bu Yahya menundukkan kepalanya sejenak, lalu mengangkat kepalanya lagi dan berkata, "Iya, iya Pa. Mama khilaf... Maafkan Mama ya, Pa... Mama jatuh cinta dengan apartemen ini karena suka sekali sama interiornya yang bergaya Eropa klasik. Lihat kamar ini Pa, ini kesukaan Mama banget..."
Pak Yahya menghela nafas sejenak, lalu berkata, "Maafkan Papa ya Ma telah bicara keras sama Mama. Papa tidak tahu kalau Mama sangat senang dengan apartemen ini. Hmmm, nanti sepulang dari Dubai, Papa akan bicara sama Zoni. Dia rekanan Papa yang ahli desain interior. Papa akan minta bantuan dia mendesain kamar kita menjadi seperti ini. Eee.. Â Bagaimana kalau kita merenovasi apartemen kita yang di Bandung dengan gaya seperti apartemen ini? Kan sekarang lagi kosong tuh, Ma. Bagaimana Ma?"
"Wahhhh, Papa baik sekali.. Mama mau Pa," kata Bu Yahya yang tersenyum gembira sambil memeluk suaminya.
"Nah, tugas Mama cuma satu, ambil foto kamar ini dan barang-barangnya, kalau perlu setiap ruangan Mama foto. Nanti Papa akan kirim ke Zoni agar dia punya gambaran. Oke?" kata Pak Yahya.
"Siap Bosss..." sahut Bu Yahya dengan wajah sumringah.
Malam itu mereka tidur dengan nyenyak. Bu Yahya tidur dengan senyum yang terhias di wajah. Ia bermimpi indah, interior kamar apartemennya sudah dibuat sama persis dengan interior unit apartemen yang mereka tinggali saat ini.