Kabar tentang pengendara motor yang lehernya terjerat benang layang-layang membuat kita sedih dan prihatin. Tidak hanya satu kejadian, tetapi ada sejumlah kejadian pengendara sepeda motor yang lehernya terjerat benang layang-layang yang putus dan melintang di tengah jalan. Yang menyedihkan, dua dari pemotor meninggal dunia di tempat kejadian.
Kabar pertama terjadi di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Seorang pria yang sedang pulang kerja terjatuh dari motornya gegara lehernya tersangkut benang layang-layang. Darah pun mengucur dari lehernya.
Syukurlah pria tersebut selamat setelah mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit.
Berturut-turut kecelakaan serupa terjadi beberapa tempat. Pada Sabtu (16/5/2020) lalu, seorang pria terjatuh di jalan di Denpasar, Bali setelah lehernya terjerat benang layang-layang. Walau mengalami luka parah di leher dan luka-luka lainnya, pria tersebut selamat.
Sebulan kemudian, pada Kamis (11/6/2020), masih di Denpasar, seorang pria juga terjerat benang layang-layang. Ia tidak dapat mengendalikan sepeda motornya sehingga menabrak alat berat di jalan. Pria tersebut meninggal dunia di tempat kejadian.
Di hari yang sama tetapi di kota yang berbeda yaitu di Surakarta, Jawa Tengah, seorang pria meregang nyawa setelah lehernya tersangkut benang layang-layang ketika sedang mengendarai sepeda motor.
Ia meninggal dunia di tempat kejadian karena pendarahan hebat di lehernya yang tersayat benang. (sumber: Kompas.com)
Itu saja? Belum. Masih ada lagi korban lainnya.
Kali ini seorang wanita di Sidoarjo, Jawa Timur lehernya terjerat benang layang-layang. Kejadiannya tanggal 15 Juni 2020. Beruntung wanita tersebut bisa mengendalikan laju sepeda motornya. Lehernya mengeluarkan darah.
Ia pun segera memacu sepeda motornya ke rumah sakit terdekat dan segera mendapatkan perawatan medis.
Menurut seorang perawat rumah sakit tersebut, wanita tersebut adalah korban keenam dengan kasus yang sama, yakni lehernya terjerat benang layang-layang. Â (sumber: Sidoarjo News)
Berbahaya, benang layang-layang diperkuat dengan bubuk gelas
Wanita Sidoarjo yang menjadi korban benang layang-layang di jalan raya itu mengatakan ada warna hitam seperti pecahan gelas. Sehingga benang tersebut menimbulkan luka sayatan seperti tersayat pisau.
Mengapa sampai ada benang layang-layang yang tersangkut atau melintang di jalan raya?
Begini, sebetulnya bermain layang-layang itu hanya untuk senang-senang. Entah bagaimana dan mulai kapan muncul permainan adu layang-layang. Dua atau lebih layang-layang akan "bertarung" di udara dengan cara saling menggesekkan benang layang-layang.
Ketika saling menggesekkan benang ini diperlukan kecakapan pemain layang-layang. Layang-layang yang kalah akan putus, lantas diperebutkan oleh anak-anak yang sudah menunggu di bawah. Layang-layang yang kuat akan tegar di udara menunggu lawan berikutnya.
Nah, untuk layang-layang yang kalah, benang layang-layang akan terjatuh ke tanah. Tidak selalu ke tanah, mungkin tersangkut di pohon atau tiang listrik atau di genteng rumah.
Kondisi seperti ini yang berbahaya bagi pengguna jalan raya. Tiadanya lapangan atau area yang luas untuk bermain layang-layang membuat pemain layang-layang nekat bermain di area permukiman, bahkan di dekat jalan raya.
Saya pernah mendapati benang layang-layang yang jatuh di area jemuran rumah saya. Beruntung saya segera menyadari adanya benang itu. Saya meraihnya lalu menggulungnya. Ternyata benang itu cukup panjang, perlu waktu beberapa menit hingga ketemu ujung benang lainnya.
Lalu bagaimana bisa wanita di Sidoarjo itu menemukan benda seperti pecahan gelas?
Itu memang pecahan gelas. Ketika bermain adu layang-layang, pemain layang-layang biasanya membutuhkan benang yang lebih kuat agar bisa lebih unggul dari layang-layang lainnya.
Cara yang selama ini dilakukan yaitu dengan membubuhkan bubuk kaca pada benang. Biasanya benang seperti ini disebut benang gelasan.
Ketika masih sekolah dulu saya juga pernah bermain layang-layang. Saya memakai benang bol atau benang kasur milik ibu saya
 Pernah juga memakai benang layang-layang polosan atau benang yang tidak diperkuat karena saya tidak pernah bermain adu layang-layang.
Sekadar informasi, benang yang polosan saja teksturnya sudah kasar.
Suatu kali saya melihat salah seorang teman yang suka bermain adu layang-layang. Untuk memperkuat benang layang-layangnya, ia memakai bubuk gelas atau bubuk kaca yaitu pecahan kaca yang ditumbuk hingga halus lalu dicampurkan ke cairan perekat atau lem.
Benang dimasukkan ke cairan perekat tersebut lalu diangin-anginkan di dua batang pohon hingga mengering.
Setelah kering, benang digulung, siap dipakai untuk adu layang-layang. Cara membuat benang gelasan secara detail salah satunya halaman blog ini.
Dulu saya juga pernah melihat ada yang memakai bubuk kaca tetapi kaca tidak ditumbuk hingga halus. Serpihan-serpihan kaca itu nampak menempel di badan benang, membuat benang tampak lebih kuat. Benang gelasan semacam ini yang mungkin menjerat wanita di Sidoarjo itu.
Benang gelasan memang berbahaya. Ketika saya membantu teman saya menggulung benang gelasan yang memakai bahan bubuk kaca halus, pernah salah satu jari saya tersayat. Tidak membuat luka yang dalam tetapi sempat mengeluarkan sedikit darah. Padahal itu cuma kegiatan menggulung benang.
Jadi saya bisa membayangkan ketika benang gelasan itu melintang tegang di jalan raya dan tidak nampak oleh pengendara motor yang sedang lewat. Maka ketika seorang pengendara motor terjerat benang gelasan tersebut, lehernya akan mengalami luka sayat.
Sebagai informasi, di bagian leher terdapat pembuluh darah arteri yaitu arteri karotis dan sejumlah saraf vital. Tak heran korban mengalami pendarahan hebat ketika lehernya tersangkut benang layang-layang semacam ini.
Bagaimana agar terhindar dari benang gelasan dan supaya tidak terjadi lagi kasus serupa
Ada nasehat bagi pengendara motor agar bisa terhindar dari jeratan benang layang-layang terutama benang gelasan. Ketika mengendarai motor, pengendara motor harus mengenakan helm. Helm paling aman adalah helm full face atau helm teropong dan helm yang dilengkapi windshield.
Pengendara motor juga perlu mengenakan jaket yang dikancing atau ditutup hingga bagian leher. Mengenakan balaclava juga akan memberikan perlindungan leher pengendara motor. (sumber: detik.com).
Sebagai alternatif, bisa juga mengenakan syal yang dililitkan di leher. Cara ini juga bisa melindungi leher dari benang layang-layang yang melintang di tengah jalan.
Tapi seluruh bagian syal harus berada di bagian leher, jangan sampai ada yang menjuntai karena bisa masuk ke bagian roda atau rantai. Kondisi seperti itu berbahaya karena bisa menyebabkan kecelakaan.
Itu dari sisi pengendara motor. Dari sisi pemain layang-layang, seharusnya tidak bermain layang-layang di area permukiman atau di jalan raya.
Lokasi paling ideal bermain layang-layang adalah di lapangan dimana tidak terdapat bangunan, jalan atau tiang-tiang listrik di sekitar lapangan.
Bermain layang-layang di pantai juga lebih aman dan sebenarnya lebih menyenangkan, karena terdapat angin kuat yang berlimpah. Angin di pantai pas untuk menerbangkan layang-layang.
Kalau sudah menimbulkan korban seperti yang terjadi di NTB, Bali dan Jawa Timur, akan menjadi ranah pihak yang berwajib untuk memprosesnya.
Pihak kepolisian juga pasti akan melakukan sejumlah upaya termasuk sosialisasi guna mencegah kasus serupa terulang kembali.
Tetapi yang paling penting, para pemain layang-layang harus sadar bahwa bermain layang-layang yang tidak pada tempatnya akan membahayakan orang lain.
Orangtua dan guru di sekolah juga perlu mengingatkan anak-anak tentang bahaya bermain layang-layang di area permukiman dan jalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H