Menurut seorang perawat rumah sakit tersebut, wanita tersebut adalah korban keenam dengan kasus yang sama, yakni lehernya terjerat benang layang-layang. Â (sumber: Sidoarjo News)
Berbahaya, benang layang-layang diperkuat dengan bubuk gelas
Wanita Sidoarjo yang menjadi korban benang layang-layang di jalan raya itu mengatakan ada warna hitam seperti pecahan gelas. Sehingga benang tersebut menimbulkan luka sayatan seperti tersayat pisau.
Mengapa sampai ada benang layang-layang yang tersangkut atau melintang di jalan raya?
Begini, sebetulnya bermain layang-layang itu hanya untuk senang-senang. Entah bagaimana dan mulai kapan muncul permainan adu layang-layang. Dua atau lebih layang-layang akan "bertarung" di udara dengan cara saling menggesekkan benang layang-layang.
Ketika saling menggesekkan benang ini diperlukan kecakapan pemain layang-layang. Layang-layang yang kalah akan putus, lantas diperebutkan oleh anak-anak yang sudah menunggu di bawah. Layang-layang yang kuat akan tegar di udara menunggu lawan berikutnya.
Nah, untuk layang-layang yang kalah, benang layang-layang akan terjatuh ke tanah. Tidak selalu ke tanah, mungkin tersangkut di pohon atau tiang listrik atau di genteng rumah.
Kondisi seperti ini yang berbahaya bagi pengguna jalan raya. Tiadanya lapangan atau area yang luas untuk bermain layang-layang membuat pemain layang-layang nekat bermain di area permukiman, bahkan di dekat jalan raya.
Saya pernah mendapati benang layang-layang yang jatuh di area jemuran rumah saya. Beruntung saya segera menyadari adanya benang itu. Saya meraihnya lalu menggulungnya. Ternyata benang itu cukup panjang, perlu waktu beberapa menit hingga ketemu ujung benang lainnya.
Lalu bagaimana bisa wanita di Sidoarjo itu menemukan benda seperti pecahan gelas?
Itu memang pecahan gelas. Ketika bermain adu layang-layang, pemain layang-layang biasanya membutuhkan benang yang lebih kuat agar bisa lebih unggul dari layang-layang lainnya.