Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Marak Penipuan Berkedok Investasi, Investasi Tradisional Boleh Jadi Pertimbangan

14 Januari 2020   13:36 Diperbarui: 15 Januari 2020   11:18 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: AllThingsFinance.net)

Angka tersebut meningkat dari 29,7% di tahun 2016 lalu. Survei OJK tersebut dilakukan di 34 propinsi dan 67 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.

Sementara itu tingkat kebiasan membaca masyarakat Indonesia termasuk yang paling rendah. UNESCO menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara dalam "The World's Most Literate Nations".

Indeksnya hanya 0,001% saja. Artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 orang yang membaca. Indonesia hanya satu tingkat di atas Botswana, salah satu negara di benua Afrika. (sumber: Kominfo)

Karena rendahnya tingkat literasi informasi, tak heran sebagian masyarakat kita begitu mudahnya mempercayai hoaks. Kreator hoaks tahu betul bahwa masih banyak orang Indonesia yang tidak akan melakukan pengecekan silang ataupun mencari konfirmasi.

Itulah mengapa banyak orang terbuai dengan tawaran investasi bodong.

Ada artikel menarik di laman Kementrian Komunikasi dan Informatika RI yang bermanfaat bagi kita semua. Artikel tersebut berjudul "Menghindari Jerat Penipuan Berkedok Investasi".  Artikel tersebut berasal oleh Koran Sindo.  

Instrumen investasi tradisional sepertinya lebih cocok buat orang Indonesia?

Membaca pemberitaan tentang penipuan berkedok investasi, saya melihat karakter sebagian masyarakat Indonesia dalam berinvestasi unik. Banyak yang sadar investasi tetapi tidak banyak yang punya literasi keuangan atau investasi yang mumpuni. Saya juga menduga sebagian masyarakat Indonesia memiliki perilaku spontan dalam berinvestasi.

Mereka tiba-tiba tertarik dengan iming-iming return yang tidak rasional dari sebuah instrumen investasi bodong. Walaupun minim pengetahuan terhadap suatu instrumen investasi, mereka rela saja memindahkan dananya ke suatu instrumen investasi abal-abal.

Seharusnya ada satu tipe investor tambahan yaitu investor bondo nekat alias bonek alias modal nekat. Hehe..

Sebagian investor lainnya mungkin ikut-ikutan teman atau saudara yang sudah mendapatkan return lumayan. Padahal belum tentu demikian. Bagaimana bila instrumen investasi yang mereka minati menggunakan skema Ponzi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun