Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Film "1917" Terbaik di Golden Globe, Film Perang Jadi Tradisi Penutup Dekade?

9 Januari 2020   13:40 Diperbarui: 11 Januari 2020   10:23 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi film 1917 (IMDb) via Kompas.com

Ajang penghargaan insan hiburan film, televisi dan layanan streaming, Golden Globe Awards 2020 usai sudah. Even yang digelar tanggal 6 Januari 2020 itu memberikan penghargaan film bergenre war atau perang "1917" sebagai Film Terbaik di kategori Drama. Sedangkan "Once Upon a Time in Hollywood" di kategori Film Musik atau Komedi.

Jujur saya kurang begitu antusias dengan ajang Golden Globe Awards. Di perhelatan tahun ini, saya juga kurang familiar dengan judul-judul flm yang dinominasikan. Untuk kategori Drama, saya hanya mengenal film "Joker", dan sah-sah saja bila saya menjagokan film tersebut sebagai yang terbaik.

Tetapi ternyata film tersebut kandas oleh film "1917" yang belum dirilis sama sekali di bioskop. Laman IMDb.com menginformasikan bahwa film "1917" premiere di Indonesia tanggal 25 Desember 2019. Namun ketika saya cek di laman sebuah jaringan bioskop tanah air, film tersebut dijadwalkan tayang tanggal 20 Januari 2020 nanti.

Salah satu adegan film
Salah satu adegan film
Sebagai informasi, Golden Globe adalah salah satu barometer utama Academy Awards dimana daftar nominasi ataupun pemenang ajang ini punya kans besar untuk masuk dalam daftar nominasi atau pemenang piala Oscar. Bisa jadi film "1917" akan berbicara banyak di Academy Awards 2020.

Tetapi sepertinya kemenangan film "1917" di Golden Globe 2020 sudah diamini dan menjadi bagian dari tradisi di setiap penghujung dekade, dimana film bertema perang hampir selalu menjadi Film Terbaik.

Pada awalnya saya tidak begitu mempercayainya, tetapi setelah saya melihat kembali daftar Film Terbaik di perhelatan Golden Globe dan Academy Awards di tahun-tahun sebelumnya, saya jadi meyakininya. Baiklah mari kita sama-sama membedahnya.

Tradisi film perang sebagai film penutup dekade di Golden Globe (dan Academy Awards)?
Film bergenre perang adalah salah satu genre film favorit saya. Saya selalu antusias dengan film bergenre perang yang tayang di bioskop atau di televisi.

Bagi saya film perang memberikan paket lengkap, ya dramanya, ya aksi laga serunya, thriller-nya, kadang juga ada romantisnya (khusus film romantis berlatar perang).

Belakangan ada genre baru dimana genre perang di-mix dengan horor, misalnya film "Overlord" (2018) yang mengangkat tema tentang tentara zombie. Hal ini lumrah-lumrah saja. Sebagaimana film genre lainnya, film perang juga mesti berinovasi.

Nah, ada yang menarik ketika saya mengamati daftar pemenang Film Terbaik Golden Globe kategori Drama. Film bertema perang hampir selalu menjadi film terbaik penutup dekade setidaknya selama 40 tahun terakhir.

Diawali tahun 1979 lalu, film tentang perang Vietnam "Apocalypse Now" karya Francis Ford Coppola menjadi salah satu nominasi Film Terbaik "Golden Globe". Film ini juga menjadi salah satu dari lima film terbaik di Academy Awards 1979.

Poster film via oneotafilmfestival.org
Poster film via oneotafilmfestival.org
Dalam kurun waktu 1981 hingga 1990 sutradara kawakan Oliver Stone membuat dua film bergenre perang dan keduanya sama-sama meraih sukses. Film "Platoon" terpilih menjadi Film Terbaik di Golden Globe 1986 dan Academy Awards 1986.

Menjelang penghujung dekade ini, tepatnya di tahun 1989, Stone juga menyutradarai film perang lainnya yang berjudul "Born on the Fourth of July". Ada satu film perang lainnya juga dirilis di tahun yang sama dan sama-sama dinominasikan dalam Golden Globe 1989, yaitu "Glory" karya sutradara Edward Zwick.

Pada akhirnya, film "Born..." ditetapkan sebagai Film Terbaik Golden Globe 1989. Sayangnya, di Academy Awards 1989, film tersebut gagal menjadi yang terbaik. Film drama "Driving Miss Daisy" ditetapkan sebagai Film Terbaik.

Poster film via impawards.com
Poster film via impawards.com
Dekade antara tahun 1991 hingga 1999 nampaknya agak istimewa. Di sepanjang dekade ini ada tiga film bertema perang yang ditetapkan sebagai Film Terbaik di ajang Golden Globe dan Academy Awards, yaitu "Braveheart" (1995), "The English Patient" (1996) dan "Saving Private Ryan" (1998).

"Braveheart" menjadi salah satu nominasi Film Terbaik di Golden Globe 1995 tetapi malah jadi yang terbaik di Academy Awards di tahun tersebut. Film ini berkisah tentang kiprah William Wallace, leader dalam perang Skotlandia abad ke-13. Film epik yang disutradarai dan dibintangi oleh Mel Gibson tersebut meraih lima piala Oscar di tahun 1996.

"The English..." karya Anthony Minghella sebetulnya bukan murni film perang karena ada nuansa romansa yang kental di sepanjang cerita. Ini mirip dengan film "Pearl Harbor" (2001) yang merupakan film drama dengan latar Perang Dunia Kedua. "The English..." menjadi Film Terbaik baik di Golden Globe maupun di Academy Awards tahun 1996 lalu.

"Saving..." menjadi film perang penutup dekade Golden Globe. Film karya Steven Spielberg ini punya premis cerita menarik tentang misi penyelamatan seorang tentara bernama Ryan yang kedua saudara kandungnya telah tewas di medan perang. Aksi perangnya mendebarkan tetapi kisahnya juga menguras emosi.

Meskipun menjadi Film Terbaik di Golden Globe 1998, "Saving... " tidak cukup kuat di Academy Awards 1998 dan harus mengakui film drama "Shakespeare in Love" sebagai Film Terbaik. Tetapi "Saving... " menjadi film perang penutup dekade Golden Globe yang sempurna.

Poster film | imdb.com
Poster film | imdb.com
Ketika "The Hurt Locker" karya sutradara wanita Katryn Bigelow menjadi Film Terbaik di Academy Awards 2009 lalu, saya merasa senang.

Setelah satu dekade lamanya baru ada film perang menjadi Film Terbaik Academy Awards. Di tahun 2006 ada film "Letters from Iwo Jima" arahan Clint Eastwood yang hanya menjadi nominasi di Academy Awards 2006 dan tidak diunggulkan di Golden Globe.

Baiklah, "The Hurt Locker" menang piala Oscar, tetapi entah mengapa saya mencium aroma "balas dendam" Bigelow terhadap sang mantan suami James Cameron. Sebab dua bulan sebelumnya di Golden Globe 2009, film sci-fi arahan Cameron berjudul "Avatar" menjadi Film Terbaik, mengalahkan "The Hurt Locker".  

Ada sesuatu yang entah bagaimana mempengaruhi jalannya voting Film Terbaik di Academy Awards dan menetapkan "The Hurt Locker" sebagai Film Terbaik. Terlepas dari dugaan itu, film "The Hurt Locker" adalah karya film perang yang bagus. Walaupun sebenarnya saya lebih menjagokan "Inglorious Basterds" karya Quentin Tarantino yang juga masuk sebagai salah satu nominasi.

Poster film The Hurt Locker | filmschoolrejects.com
Poster film The Hurt Locker | filmschoolrejects.com
Tahun 2011 lalu, film perang lainnya "War Horse" karya Steven Spielberg tampil sebagai salah satu nominasi Golden Globe dan Academy Awards. Ide film ini menarik, tentang perjalanan seekor kuda bernama Joey yang terlobat dalam Perang Dunia Pertama.

Walau dinominasikan di kategori Film Terbaik, film itu tidak membawa pulang satu pun piala Golden Globe atau Oscar. Apakah karena di luar tradisi film perang sebagai penutup dekade? Bisa jadi.

Nasib yang "lebih buruk" dialami film "Fury" (2014) karya David Ayer. Premisnya sebenarnya memukau, perang tank antara pasukan Amerika Serikat dan NAZI dengan latar Perang Dunia Kedua.

Fury adalah sebutan tank M4 Sherman Easy Eight milik tentara Amerika yang nantinya harus berhadapan dengan Tiger, tank kelas berat milik NAZI. Sayangnya, film ini tidak mendapatkan nominasi sebagai Film Terbaik di Golden Globe ataupun Academy Awards 2015.  

Di tahun 2016 lalu, saya begitu terkesima dengan film perang "Hackshaw Ridge" yang dibintangi oleh Andrew Garfield. Film itu diangkat dari kisah nyata seorang "manusia super" bernama Desmond Doss. Dalam pertempuran Okinawa tahun 1945, ia seorang diri menyelamatkan rekan-rekannya yang menjadi korban di medan perang Hackshaw Ridge.

Film tersebut menjadi salah satu nominasi Film Terbaik di Golden Globe dan Academy Awards 2017, namun kalah dari film drama "Moonlight" yang fenomenal. Meski bagus, "Hackshaw..." tidak cukup kuat untuk menjadi film terbaik di tahun 2017. Tetapi mungkin alasan yang lebih tepat adalah film ini dirilis di tahun yang salah.

Mari kita lihat film perang lainnya, "Dunkirk" (2018) garapan Christopher Nolan. Film tentang tentara Sekutu yang terjebak di Dunkirk, Perancis selama Perang Dunia Kedua itu menurut saya sempurna di segala sisi. Penggarapannya matang dan detail. Alur film yang meloncat-loncat baik dari sisi waktu dan sudut pandang menjadi tantangan tersendiri dari sisi produksi.

Karena begitu terkesannya dengan film ini, saya sempat meyakini bahwa film ini bakal menyabet gelar Film Terbaik baik di Golden Globe maupun Academy Awards. Tak disangka "Dunkirk" gagal menyabet gelar sebagai Film Terbaik, kalah dari film drama "Three Billboards Outside Ebbing, Missouri" di Golden Globe ke-75 tahun 2018 lalu.

Selang dua bulan kemudian, di Academy Awards ke-90 tahun 2018, lagi-lagi "Dunkirk" hanya masuk daftar nominasi Film Terbaik. Piala Oscar diberikan untuk film drama / fantasi "The Shape of Water". Sungguh menyakitkan, tetapi dua film tersebut rasanya memang pantas mendapatkannya.

Kekalahan "Dunkirk" bisa jadi karena dirilis di tahun yang salah, yaitu di tahun 2017. Bila Nolan merilisnya di tahun 2019 mungkin akan terbuka peluang sebagai Film Terbaik. Ini karena tradisi penutup dekade dalam Golden Globe dan Academy Awards yang menetapkan film bergenre perang sebagai Film Terbaik dalam empat dekade terakhir.

Poster film Dunkirk | digitalspy.com
Poster film Dunkirk | digitalspy.com
Pada akhirnya, pilihan Golden Globe tahun 2020 adalah film perang "1917". Film ini mendapat apresiasi positif dan mendapatkan rating tinggi di sejumlah layanan pengulas film. 

Sepertinya "1917" juga bakal berbicara di Academy Awards 2020 yang akan berlangsung sebulan lagi. Ketika melihat trailer filmnya sepertinya film ini menjanjikan.

Bila film "1917" menjadi Film Terbaik di Academy Awards 2020 nanti, sepertinya siklus film perang sebagai Film Terbaik di penghujung dekade memang benar adanya.  

Berikut trailer film "1917":


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun