Mereka adalah FI, seorang wanita berusia 30 tahun yang dinyatakan wafat setelah tiba-tiba sakit. Tiga tahun setelah wafat, ia dilaporkan berkeliaran di dekat desanya.Â
Warga kedua adalah WD seorang pemuda yang berusia 18 tahun ketika ia meninggal dunia. Delapan tahun setelah meninggal, ia malah terlihat di sebuah lokasi sabung ayam. Warga ketiga adalah MM, juga terbilang masih remaja ketika ia wafat di usia 18 tahun. Tetapi 13 tahun kemudian ia nampak di pasar kota.
Entah bagaimana caranya kedua peneliti tersebut berhasil mendapatkan mereka, para "zombie" itu, dan melakukan serangkaian tes kepada mereka. Tes yang diberikan antara lain tes EEG untuk merekam aktivitas otak dan CT scan otak.
Yang mengejutkan, hasil tes DNA dan pencocokan sidik jari menunjukkan ada kekeliruan antara jenazah yang dikuburkan dengan dua "zombie" yang berkeliaran di daerah tersebut.Â
Jadi sebetulnya para "zombie" itu adalah manusia yang tidak pernah masuk ke liang kubur. Entah jenazah siapa yang dimasukkan ke dalam maka. LiveScience mengungkapkan bahwa makam FI (?) penuh dengan batu.
Para peneliti menemukan titik terang mengenai fenomena orang "zombie" itu. FI misalnya, ia menderita skizofrenia katatonik. Sementara WD mengalami kerusakan otak yang bisa diterapi dengan obat-obatan tertentu.Â
Sedangkan MM mengalami gangguan perkembangan yang mungkin disebabkan perilaku alkoholisme sang ibu ketika mengandung dirinya. Sementara itu, keluarga para "zombie" bersandar pada klenik untuk pengobatannya.
Mereka juga mencatat sebuah ritual bokor (penyihir voodoo dari Haiti) yang bisa membuat manusia berubah menjadi zombie. Proses zombifikasi itu menggunakan "bubuk zombie" yang mengandung tetrodoxin. Zat ini bisa menyebabkan tubuh seseorang seperti dalam kondisi koma.
Wade Davis, ahli etnobotani dari Harvard Davis pernah melakukan penelitian tentang manusia zombie ini di Haiti pada tahun 1980an. Ia mengungkapkan bahwa zat tetrodoxin tersebut diperoleh dari ikan buntal.Â
Di Jepang, ikan ini bernama ikan Fugu. Hasil penelitian Davis secara lengkap ditulis dalam sebuah buku berjudul "The Serpent and The Rainbow" terbitan Simon & Schuster.
Dalam versi lebih ringkas, Davis pernah menulis sebuah artikel berjudul "The Pharmacology of Zombies" yang dimuat dalam Harper's Magazine edisi April 1984. Artikel tersebut memberikan informasi tentang farmakologi zat yang digunakan dalam prosesi zombifikasi.