Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Question Mark (?)" dari Teddy Adhitya, Sebuah Kolase Monolog tentang Cinta

1 Oktober 2019   21:32 Diperbarui: 2 Oktober 2019   15:57 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teddy Adhitya (KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO)

Yours Truly dan Bernardinus Bismo Aryo W. menggarap artwork, sementara Satria Lingga, fotografer dari Jakarta, sebagai colorist. Hasilnya, sebuah sampul album yang menarik dan keren.

***
Album "Question..." pada dasarnya berkisah tentang pasang surut hubungan cinta yang tidak saja selalu mengandung kisah senang tetapi juga sedih hingga berakhir dengan perpisahan. Album ini ibarat sebuah dongeng kisah dua insan yang pada suatu fase terkait dengan kuatnya, tetapi di fase lainnya harus terpisah

Album dibuka dengan track "Thinking, Thinking", sebuah lagu empat menitan yang dominan dengan piano dan synth dengan intro yang lembut sebelum vokal Teddy masuk, menceritakan tentang kegalauannya tentang cinta yang berlatar London, Inggris. Sebuah ungkapan rindu akan seseorang sekaligus niatan ingin merajut kembali kisah cinta itu walau tak mungkin lagi berbagi kasih.

"Sweetly Silly" menyusul sebagai track kedua. Dengan synth bass bertempo sedang dengan sound R&B tahun 1980an, lagu ini bercerita tentang pertemuan dengan seseorang yang mengubah hidup. Seseorang yang apa adanya, bertingkah apa adanya, yang walau nampak bodoh namun tampak manis. Vokal Teddy teruji menjelang penghujung lagu. Track yang menarik.

Komposisi berikutnya, "Really", segera menyambar dengan intro gitar yang lembut. Tidak lama vokal Teddy muncul dengan nada rendah dan iringan piano, sebelum akhirnya lagu didominasi oleh synth dan synth bass di bagian reffrain.

Pola lagu berulang sekali lagi, kali ini reffrain muncul lebih lama sebelum ditutup dengan outro yang sama dengan intro, yaitu permainan gitar. Lagu ini bercerita tentang ekspresi cinta yang nyata terhadap seseorang.

Track keempat adalah "Turn Me", sebuah lagu cinta lainnya yang terasa intim. Lagu diawali dengan efek vokal lo-fi dengan instrumen keyboard. Vokal lo-fi juga menjadi elemen background lagu. Kata-kata "turn me" mendominasi hampir semua bagian lagu.

"Turn me into your sun / Turn me into your water / Turn me into your universe...", bukankah itu sangat intim? Sebuah permohonan dari seorang yang sangat mencintai seseorang lainnya. Di akhir lagu kita dapat mendengarkan elemen suara alam yang terekam. Sebuah suara kesunyian.

"Just You" menyusul sebagai lagu kelima yang dibuka dengan manis dengan intro gitar. Lagu bertempo lambat ini begitu menghanyutkan suasana, mengingatkan kita dengan nuansa lagu "Times of Your Life" versi Joanna Wang (versi aslinya dibawakan oleh Paul Anka).

Lagu ini tentang memuja seseorang yang muncul ketika sedang dalam kesendirian. Seseorang yang tiba-tiba saja tertambat di relung hati dan jiwa. Sebuah lagu yang sangat menarik, menenteramkan telinga.

Lagu berikutnya "2 am" terasa sekali noise (atau suara hujan?) di latar belakang oleh karena direkam di alam terbuka. Lagu singkat sepanjang hampir dua menit ini seakan-akan menjadi interlude album. Tetapi tidak, lagu ini justru punya cerita. Tentang kesendirian yang membuatnya susah terlelap dalam tidur malam oleh karena rasa rindu akan seseorang yang pergi karena sebuah pertengkaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun