Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sudahkah Anda Menghujat Film "The Santri" Hari Ini?

18 September 2019   14:32 Diperbarui: 18 September 2019   14:47 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SNA film "The Santri" dari Drone Emprit (sumber: Akun Twitter @ismailfahmi)

Dunia perfilman nasional kembali riuh dengan hadirnya trailer film "The Santri" yang ditayangkan pada 9 September 2019 lalu. Ini baru trailer-nya, filmnya sendiri kabarnya akan diputar serentak di layar bioskop akhir Oktober nanti. Jadi masih sebulan lagi.

Hingga 18 September 2019, atau sembilan hari sejak trailer ditayangkan, trailer film ini sudah ditonton 1,2 juta kali. Jumlah tersebut terbilang lumayan untuk sebuah trailer film. Sebagai perbandingan, trailer film "Dilan 1991" yang ditayangkan Januari 2019 lalu ditonton 1,6 juta kali sehari setelah trailer film dirilis.

Biasanya trailer film ditayangkan kira-kira satu atau dua bulan menjelang film tayang untuk keperluan promosi serta mengingatkan audiens yang sudah menantinya untuk mempersiapkan diri.

Selain trailer, promosi sebuah film biasanya menggunakan teaser dan clip. Trailer film sederhananya adalah rangkaian cuplikan adegan untuk dipamerkan kepada audiens. Trailer bisa mengandung cuplikan adegan terpilih dari film untuk menarik audiens.

Teaser adalah versi singkat dari trailer, biasanya kurang dari satu menit, yang kadang menampilkan cuplikan beberapa adegan dalam film untuk menggugah rasa penasaran audiens. Sedangkan clip adalah cuplikan salah satu adegan dalam film yang dinilai berpotensi menarik perhatian audiens.

Pihak produser film "The Santri" memutuskan untuk melempar trailer film tersebut, yang ternyata dalam waktu singkat menuai beragam reaksi. Pada umumnya reaksinya adalah negatif, bahkan ada yang memboikot karena berbagai alasan misalnya film itu sesat, film itu bertentangan dengan kehidupan santri yang sebenarnya, dan sebagainya.

Reaksi negatif atas film "The Santri" tercermin dalam Social Network Analysis (SNA) yang dipetakan oleh Drone Emprit dimana sekira 70 persen warganet memboikot film tersebut dan sekira 30 persen mendukungnya.

SNA film "The Santri" dari Drone Emprit (sumber: Akun Twitter @ismailfahmi)
SNA film "The Santri" dari Drone Emprit (sumber: Akun Twitter @ismailfahmi)
Belakangan saya mengamati bahwa diantara ribut-ribut menolak film "The Santri", ternyata ada nada persuasif terhadap film lain yang berjudul "Hayya: The Power of Love 2". Kebetulan film ini bakal tayang dalam waktu dekat, yaitu mulai 19 September 2019 ini. Di sinilah muncul sebuah tanda tanya besar di benak saya tentang tendensi yang melatarbelakangi riuhnya reaksi atas film "The Santri".

Terlepas dari konten yang diusung film "The Santri" dan "Hayya..." saya hendak membagikan pandangan saya bagaimana sebaiknya menyikapi sebuah produk budaya. Saya merasa reaksi sebagian masyarakat terhadap sebuah karya film terlalu berlebihan. Kritik terhadap film dalam koridor yang tidak tepat dan tidak proporsional berpotensi memunculkan perselisihan yang tidak perlu dan membuang energi.

***

Masih ingat dengan riuhnya "perseteruan" film "Hanum & Rangga" dan "A Man Called Ahok"? Begitu riuhnya reaksi warganet atas kedua film ini. Film "Hanum... " adalah karya seorang penulis putri seorang figur politik nasional. Sedangkan film"A Man... " mengangkat kisah seorang figur politik nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun