Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kematian Tidak Dapat Dihindari, Bisa Jadi Hari Ini atau Esok Hari

3 September 2019   12:52 Diperbarui: 3 September 2019   13:08 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: SignalsMatter.com)

Kematian memang tidak bisa dihindari. Bila waktunya tiba, itu akan terjadi karena memang takdir Ilahi. Kami sekeluarga telah mengikhlaskan kepergiannya.

Tetapi ada sebuah kepercayaan lokal yang ternyata masih diyakini oleh sebagian orang. Kepercayaan tersebut  kurang lebih seperti ini: ketika seorang warga sebuah wilayah atau kompleks meninggal, akan ada warga lain yang meninggal dalam waktu yang berdekatan. "Logika" kepercayaan itu sepertinya begini, bahwa satu orang yang meninggal dunia akan "mengajak" orang lain "ikut bersamanya".

Ketika saya sedang berbicara dengan seseorang tentang kabar duka yang datang dari sejumlah tempat, termasuk di wilayah tempat tinggal orang tua saya, lawan bicara saya mengatakan biasanya akan ada beberapa kematian di suatu tempat dalam waktu yang berdekatan lalu berhenti. Rentetan kematian akan datang lagi, tapi nanti. Sebagai orang yang mengimani religi, hal semacam itu tidak saya percayai.

Beberapa hari sebelum ayah saya meninggal dunia, ada satu atau dua orang di wilayah tempat tinggal orang tua saya wafat. Beberapa hari setelah ayah saya tiada, terjadi sejumlah kematian dalam waktu yang berdekatan. Hal itu cukup mengejutkan hati tetapi tidak mengusik keyakinan saya sama sekali.

Selain tetangga orang tua saya, ada beberapa orang yang tidak terkait secara langsung dengan almarhum ayah saya. Misalnya, orang tua salah satu orang yang indekos di rumah orang tua saya wafat. Lalu orang tua seseorang yang membantu kesibukan di rumah kala ayah saya wafat juga meninggal dunia beberapa hari kemudian.

Yang membuat saya terkejut, pak sopir yang mengantarkan sebagian warga dan kerabat kami ke tempat peristirahatan terakhir ayah saya, juga wafat beberapa hari atau minggu kemudian. Saya baru mengetahuinya dari salah seorang rekannya. Pak sopir tersebut sempat dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.

***

Saya pernah melihat kematian di jalan raya. Suatu pagi ketika berangkat bekerja, saya melintasi sebuah jalan raya yang pagi itu tumben sangat macet. Ternyata ada sebuah kecelakaan lalu lintas di depan sana. Rupanya ada korban jiwa.

Ketika melintasi TKP, saya sempat melihat dua jenazah yang tergeletak di tengah jalan. Satu jenazah seorang anak laki --laki mengenakan celana biru tua, sepertinya siswa SMP, dan satu orang dewasa yang sepertinya seorang wanita. Di samping  kedua jenazah ada sebuah sepeda motor yang tergeletak.

Kedua jenazah sudah ditutupi beberapa lembar kertas koran. Sebagian darah menggenang di suatu tempat. Mungkin korban dewasa adalah orang tua yang sedang mengantarkan anaknya ke sekolahnya. Sedih melihatnya.

Saya membayangkan, sebelumnya mereka pasti sibuk di pagi hari mempersiapkan aktivitas rutin mereka sehari-hari sebagaimana keluarga-keluarga lainnya. Bangun tidur, berebut kamar mandi, berpakaian, sarapan, ngobrol-ngobrol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun