Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meraba Hikmah Ketika Listrik Padam

5 Agustus 2019   13:38 Diperbarui: 6 Agustus 2019   02:30 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hubungan antar anggota keluarga juga bisa semakin dekat karena mereka sama-sama bahu-membahu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Misalnya, seorang anak jadi mengenal sapu ijuk untuk membersihkan rumah. Sebelumnya mereka tahunya alat penyedot debu atau vacuum cleaner sebagai alat untuk membersihkan rumah.

Ayah dan anak lelakinya yang sudah besar bersama-sama mengangkat air dari tandon tanam di depan rumah ke kamar mandi, atau bak penampung air di dapur untuk mencuci piring. Sementara sang ibunda bersama anak-anaknya mencuci baju secara manual. Kadang sang ayahanda juga turut serta mencuci baju.

Kegiatan mencuci baju secara manual walau nampak sepele dapat membuat anak dapat memahami cara kerja dunia tanpa listrik. Anak jadi tahu bahwa sebelum mesin cuci ditemukan, kegiatan mencuci baju dilakukan secara manual. Mereka jadi merasakan beratnya tugas rumah tangga tersebut bila dilakukan tanpa mesin cuci.

Efeknya, akan timbul rasa menghargai terhadap pekerjaan rumah tangga. Bagi keluarga yang tidak memiliki asisten rumah tangga, akan tertanam rasa penghormatan dalam diri anak terhadap kedua orang tuanya. Sang ayah dan ibundanya dulu mungkin pernah hidup tanpa mesin cuci, bahkan mungkin tanpa listrik.

Pasutri yang baru memiliki bayi bergantian mengipasi buah hati mereka dengan kipas manual ataupun kipas baterai agar sang bayi tidak rewel karena kegerahan. Aktivitas saling membantu itu secara tidak langsung membuat mereka semakin dekat dan semakin saling menyayangi. (Ciiee..., jangan-jangan terbersit keinginan memberi adik buat si jabang bayi.. hehe)

Hikmah ketiga, sebagai sarana melatih kesabaran diri dan mengendalikan emosi. Listrik padam memang kadang membuat kita emosi dan kesal. Nah, insiden padamnya listrik kemarin yang membuat lumpuh sejumlah infrastruktur kehidupan lainnya membuat orang bertipe demikian bingung mau melampiaskan kekesalannya pada siapa. Contact center PLN 123 juga tidak dapat dihubungi sama sekali.  

Tidak ada yang bisa diperbuat selain bersikap tenang dan berdoa, menunggu jaringan listrik kembali normal. Kalau kondisi rumah sudah gerah ditambah sang pemilik rumah emosi maka rumah akan semakin gerah.

Kejadian padamnya listrik menjadi semacam penguji seberapa jauh level religi seseorang. Bila seseorang masih mengucapkan kata-kata laknat, sumpah serapah atau umpatan, itu tandanya orang tersebut masih berada di tingkat pengamalan religi yang tidak tinggi. Semua religi pasti menempatkan sifat sabar sebagai sifat baik paling utama.

Hikmah keempat padamnya listrik adalah membantu meningkatkan pendapatan toko kelontong di sekitar tempat tinggal warga. Bagi masyarakat perkotaan, berbelanja di ritel modern seperti jaringan minimarket, supermarket atau hipermarket menjadi suatu kebiasaan. Tempat-tempat belanja tersebut menawarkan kenyamanan dan pengalaman berbelanja yang lebih baik.

Namun kadang kebiasaan berbelanja di ritel modern tersebut membuat kita melupakan tetangga di lingkungan kita yang membuka toko kelontong. Omzet mereka begitu-begitu saja, kadang malah tutup karena tidak kuat bersaing dengan jaringan minimarket yang kini sudah masuk ke desa-desa.

Walaupun kadang tidak menyediakan item barang tertentu yang biasa kita pakai, toko kelontong pasti menjual lilin. Rasanya hampir tidak ada toko kelontong yang tidak menjual lilin kecuali mungkin kehabisan stok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun