Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meraba Hikmah Ketika Listrik Padam

5 Agustus 2019   13:38 Diperbarui: 6 Agustus 2019   02:30 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilutrasi (sumber: SputnikNews.com)

Sebagian masyarakat mengeluhkan tidak dapat berkomunikasi. Selain tidak terdapat sinyal, baterai gawai mereka habis dan tidak dapat mengisi ulang daya. Bagi mereka yang memiliki power bank masih bisa menggunakan gawainya walaupun harus tetap berhemat daya. Tetapi lantas buat apa, wong sinyal seluler juga mati.

Kerugian karena listrik padam mungkin dialami oleh pengusaha industri rumah tangga yang beroperasi setiap hari, misalnya usaha laundry yang praktis terhenti. Begitu pula usaha pembuatan kue rumahan yang mengandalkan peralatan dari listrik. Pemilik toko kelontong yang memiliki mesin pembeku (freezer) juga pasti merugi. Es krim mencair, begitu pula makanan beku (frozen foods) akan menurun kualitasnya.  

Hikmah listrik padam
Listrik padam memang mengecewakan, membuat kesal dan bahkan membuat emosi sebagian orang. Sebagian orang harus merogoh kocek lebih dalam lagi, misalnya mendadak membeli genset yang harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Karena air PDAM juga mati terpaksa membeli air dari perusahaan penyedia air swasta yang harganya lebih mahal.

Meskipun sejumlah kerugian dirasakan warga oleh karena listrik yang padam secara masif, kadang ada hikmah yang bisa dipetik dari kejadian tersebut. 

Hikmah pertama, kita bisa merasakan perasaan yang sama dengan warga yang daerah tempat tinggalnya belum teraliri listrik. Padamnya listrik dapat meningkatkan rasa empati seorang warga terhadap warga lain yang belum pernah merasakan manfaat listrik.

Memang, masih ada ya orang Indonesia yang belum merasakan manfaat listrik? Ada! Hingga tahun 2019 ini ternyata masih ada wilayah yang belum teraliri listrik, terutama daerah terpencil atau sangat terpencil. Bahkan di Pulau Jawa pun masih ada wilayah yang belum terjamah listrik, misalnya sejumlah wilayah di Kabupaten Pasuruan, propinsi Jawa Timur (sumber).

Masyarakat yang wilayahnya belum dialiri listrik mungkin belum pernah tahu terangnya lampu LED atau memasak air secara praktis menggunakan ketel listrik. Mereka mungkin juga tidak mengenal mesin cuci atau setrika listrik.

Tetapi kadang tidak berarti warga yang wilayahnya belum teraliri listrik juga tidak mengenal teknologi. Ada wilayah yang menggunakan mesin genset yang berbahan bakar solar atau gas untuk mendapatkan energi listrik. karena daya keluaran yang dihasilkan genset terbatas, mereka harus bijak memanfaatkannya. Tetapi setidaknya mereka tidak hidup dalam gelap di kala malam.  

Pemerintah saat ini bekerja estra keras untuk mewujudkan rasio elektrifikasi 100 persen di tahun 2020 nanti lewat sejumlah pembangkit listrik baru yang dioperasikan di tahun 2020 nanti. Rasio elektrifikasi saat ini sudah mencapai 98,30 persen namun untuk melistriki 1,70 persen itu juga bukan langkah mudah karena angka itu setara dengan 1,8 juta rumah tangga (sumber).

Pemerintah juga menginisiasi aplikasi beragam teknologi pembangkit listrik agar listrik tidak hanya mengandalkan sumber daya air (Pembangkit listrik tenaga air atau PLTA), batubara atau gas (Pembangkut listrik tenaga gas dan uap atau PLTU/PLTGU). Tetapi juga panas bumi atau geothermal (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi atau PLTP), angin (pembangkit listrik tenaga batu atau PLTB), matahari (pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS) dan sampah (pembangkit listrik tenaga sampah atau PLTSa).

Hikmah kedua, dalam lingkup keluarga, masing-masing anggota keluarga jadi lebih dekat. Dalam kondisi gulita, biasanya setiap anggota keluarga akan berada di dalam satu ruangan. Bisa mengobrol, anak curhat atau bermain permainan yang sudah lama tidak mereka mainkan seperti bermain kartu, monopoli, scrabble, lego atau uno.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun