Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Dragonfly, si Robot Capung yang Bakal Menjelajah Titan

11 Juli 2019   13:28 Diperbarui: 11 Juli 2019   20:27 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Titan (sumber: PhysOrg)

Apakah Anda semalam berhasil melihat planet Saturnus? Bagaimana, apakah nampak jelas? Kebetulan saya sedang tidak enak badan jadi saya melewatkan momen tersebut. Padahal kabarnya waktu terbaik untuk melihat kemuculan Saturnus adalah Rabu malam (10 Juli 19) tepat menjelang tengah malam, begitu kata Kompasianer Emma Eliana dalam artikelnya.

Meskipun penampakan Saturnus dapat kita lihat dengan mata telanjang, kita tidak dapat melihat kecantikan cincinnya secara jelas. Cincin Saturnus hanya bisa terlihat optimal menggunakan teleskop.

Saturnus masih akan muncul hingga akhir September 2019 tetapi posisinya mungkin secara berangsur akan menjauh. Mudah-mudahan saya segera pulih dan bisa menyaksikan fenomena alam tersebut mala mini atau malam berikutnya.

Sebagai informasi, tahun lalu Saturnus juga berada di darak yang cukup dekat dengan Bumi. Tidak hanya Saturnus, tetapi juga tiga planet lainnya. Waktu itu saya sempat menatap langit malam dan sungguh beruntung dapat menyaksikan fenomena langka di mana planet Saturnus, Jupiter, Mars dan Venus secara serempak muncul nun jauh di atas sana.

Beruntung malam itu langit sedang cerah sehingga saya bisa menyaksikan teman-teman planet Bumi itu. Saya sempat mengabadikan momen tersebut. Bila dilihat dari tarikh foto di ponsel saya, waktu itu tanggal 13 April 2018 jam 20.36. Namun sayangnya foto itu tidak nampak jelas. Hanya dominan langit malam gelap dengan sejumlah titik putih.

Bicara tentang Saturnus, ada info terbaru bahwa NASA. Biro antariksa Amerika Serikat (AS) itu baru-baru ini menetapkan misi ruang angkasa mereka berikutnya. Kali ini mereka akan bersiap menuju Titan. Titan adalah salah satu bulan yang mengorbit planet Saturnus. Wahana yang akan digunakan untuk menuju ke sana diberi nama Dragonfly. Kepastian misi tersebut disampaikan pada tanggal 27 Juni 2019 lalu.

Planet Saturnus yang indah itu ternyata memiliki banyak bulan yang mengitarinya. Bandingkan dengan Bumi yang hanya memiliki satu satelit saja. Sejauh ini bulan Saturnus yang telah dikonfirmasi keberadaannya adalah 62 bulan dengan ukuran bervariasi. Ada Aegaeon, Daphnis, Enceladus, Mimas, Prometheus, Tethys dan Titan. Sedangkan satelit-satelit lainnya masih dalam penelitian.

Dari satelit Saturnus yang telah dikonfirmasi tersebut, Titan memang yang paling berbeda. Selain ukurannya paling besar di antara satelit-satelit Saturnus lainnya, ia juga satelit dengan massa paling besar. Ukurannya lebih besar daripada planet Merkurius.

Sejak pertama kali ditemukan oleh astronom Belanda Christiaan Huygens pada tahun 1655 lalu, Titan memang salah satu benda langit yang paling menggoda. Besarnya kira-kira 50 persen lebih besar dari pada Bulan. Titan juga merupakan bulan terbesar kedua di tata surya kita. Bulan terbesar adalah Ganymede yang mengorbit planet Jupiter.

Para ilmuwan dibuat penasaran dengan Titan. Terlebih atmosfernya yang sebagian besar mengandung nitrogen yang mirip dengan atmosfer Bumi. Mereka mengamati bahwa alam Titan terdapat awan, hujan, sungai, danau dan laut yang mengandung zat hidrokarbon.

Ruang angkasa, masa depan peradaban manusia
Negeri kita boleh larut dalam belantara perselisihan yang tiada kunjung berakhir, sementara negara-negara lain mulai mengambil peran menatap masa depan. Selain kompetisi di ranah teknologi informasi dan komunikasi, beberapa negara seperti AS, Perancis dan sejumlah negara di Uni Eropa kini menatap masa depan di ruang angkasa. Begitu juga dengan China, Jepang, Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), Iran dan India.

Program ruang angkasa negara-negara tersebut kini sudah ke level berikutnya, baik rencana dalam waktu dekat maupun jangka panjang yang cukup mencengangkan. China dan India sudah mengambil ancang-ancang untuk misi eksplorasi ke Bulan. China bahkan sudah mengamati bagian gelap Bulan di awal tahun 2019 ini. Sementara India nampaknya bakal tidak lama lagi menuju ke sana.

Jepang pernah menjalankan misi peluncuran space probe ke Mars di awal tahun 2000an. Walau misi tersebut gagal, Jepang masih punya teknologinya untuk kembali ke sana. Informasi terakhir, Jepang kini malah bersiap menuju Phobos, satelit Mars, di tahun 2024 nanti. Berbeda dengan target Jepang, UEA nampaknya kian mantap menatap Mars.

Sementara itu leader dalam misi ruang angkasa, AS, punya sejarah cukup panjang dalam program ruang angkasa. Sejak tahun 1950an, program antariksa AS menjadi bagian perang dingin dengan Uni Soviet. Waktu itu persaingan kedua negara adidaya itu disebut dengan "Space Race" Namun sejak runtuhnya Uni Soviet di tahun 1991, praktis AS memegang hegemoni program ruang angkasa.

Kehebatan misi ruang angkasa Uni Soviet tidak dapat disangkal. Salah satu misi antariksa Uni Soviet yang patut dicatat adalah Venera 4 yang berhasil mendarat ke permukaan planet Venus. Misi itu dicatat dalam sejarah karena merupakan misi ruang angkasa yang pertama kali berhasil mendaratkan wahana di permukaan planet lain.

Venera 4 juga berhasil memotret kondisi sebagian permukaan planet tetangga Bumi itu dengan resolusi yang cukup baik sehingga para ilmuwan mendapatan gambaran tentang permukaan si Bintang Kejora itu.

Misi ke Titan Sudah Sejak Tahun 1973 
Kembali ke rencana misi menuju Titan, sebenarnya misi Dragonfly tesebut bukan misi yang pertama kalinya. Sebelumnya pernah ada misi Cassini-Huygens yang memiliki dua misi di mana wahana orbiter Cassini bertugas mengamati planet Jupiter, sementara wahana lander Huygens turun ke permukaan Titan untuk menggali informasi di benda langit yang dingin dan sunyi itu.

Tetapi jauh sebelum Huygens-Cassini, sejumlah misi mengamati Titan juga pernah dilakukan. MIsalnya Pioneer 11 atau Pioneer G. Wahana nirawak yang diluncurkan di tahun 1973 itu sebetulnya ditugaskan mengamati sabuk asteroid, planet Jupiter dan Saturnus.

Wahana tersebut sempat melintasi Titan di tahun 1979 beberapa minggu sebelum hilang kontak dengan Bumi. Wahana itu berhasil mengirimkan data pertama tetang Titan yaitu tentang temperatur permukaan dan kondisi atmosfernya.

Lalu pada tahun 1977, diluncurkan misi Voyager 1 dan 2. Voyager 1 memiliki misi mengamati planet Jupiter, Saturnus dan Titan. Voyager 2 juga memiliki misi yang sama sekaligus sebagai wahana cadangan bagi Voyager 1 apabila wahana itu mengalami malfungsi di tengah jalan. Tetapi Voyager 2 justru didesain lebih canggih. Ia dapat melayari angkasa lebih jauh lagi, menuju Uranus (tahun 1986) dan Neptunus (tahun 1989).

Voyager 1 berhasil mencatat komposisi atmosfer di langit Titan, kepadatannya dan tekanannya. Massa Titan juga berhasil diukur. Namun yang terpenting adalah kandungan atmosfernya yang sebagian besar mengandung nitrogen. Zat hidrokarbon lainnya di dalam atmosfir Titan yaitu metana, etana, asitilin, esitilin dan senyawa hidrogen sianida atau asam sianida.

Misi ke Titan ini mungkin terinspirasi oleh misi oleh kesuksesan Venera 4 oleh Uni Soviet yang berhasil menapaki permukaan planet Venus. Juga misi ke planet Mars yang sukses mendaratkan wahana rover ke permukaan Planet Merah itu sejak tahun 1996 lalu.

Sebagai informasi, saat ini misi rover ke planet Mars sudah memasuki generasi keenam. Rover terakhir yang bernama Curiosity sekarang ini masih beroperasi di permukaan planet itu. Sejak mendarat pada 6 Agustus 2012 lalu, rover penjelajah seukuran mobil itu masih rutin mengirimkan foto-foto jepretannya.

Sejauh ini, rover Curiosity sudah mondar-mandir di permukaan Mars selama lebih dari 2500 hari atau 2400 sol. Sol adalah singkatan dari solar day, jumlah hari di Mars (catatan: 1 sol di Mars sama dengan 1 hari lebih 40 menit di Bumi)

New Frontiers, rencana induk misi Dragonfly menuju Titan
Misi Dragonfly menuju Titan bukan rencana tiba-tiba. Misi tersebut merupakan bagian dari misi ruang angkasa AS yang secara resmi diberi nama New Frontiers. Misi yang secara resmi digetok tahun 2006 itu fokus pada eksplorasi planet-planet di tata surya.

Misi diawali dengan NF 1 dengan wahana bernama New Horizons dengan tujuan Pluto. Wahana itu juga melayari angkasa lebih jauh lagi keluar tata surya yaitu Sabuk Kuiper, untuk mengamati benda angkasa bernama (486958) 2014 MU.

Tahun 2011, misi NF 2 meluncur dengan menggunakan wahana bernama Juno. Misi tersebut secara khusus mengamati planet terbesar di tata surya kita, Jupiter. Misi tersebut dilanjutkan dengan misi berikutnya yaitu NF 3 yang diluncurkan tahun 2016 lalu. Menggunakan wahana OSIRIS-Rex, misi NF 3 ini bertujuan mengamati asteroid bernama RQ36 yang kini disebut dengan 101955 Bennu.

Nah, kini misi NF sudah memasuki tahap keempat yang disebut dengan NF 4. Misi ini secara khusus akan mempelajari Titan. Misi tersebut akan menggunakan wahana quadcopter (semacam drone) yang kini sedang dalam tahap persiapan.

Sementara itu misi NF 5 ternyata juga mulai digodog. Misi NF tahap kelima itu diproyeksikan akan beroperasi pada tahun 2021 nanti. Kemungkinan wahana yang digunakan diberi nama Lucy dan akan mempelajari Trojan, gugusan asteroid primitif yang mengorbit matahari bersama planet Jupiter.

Pada Oktober 1997 lalu, misi Cassini-Huygens berhasil memotret seluruh permukaan Titan dari angkasa. Sejumlah citra yang dikirimkan Cassini membuka mata kita tentang Titan. Di permukaannya terdapat danau-danau metana cair dan gunung-gunung es. Adanya gunung es tersebut menarik perhatian para ilmuwan karena diduga terdapat air di bawah permukaannya.

Di tahun 2005, wahana lander Huygens yang menumpang orbiter Cassini berhasil mencapai permukaan Titan dan mengirimkan sejumlah citra lansekap sederhana. Huyghens turun dengan parasut dan mendarat mulus di wilayah khatulistiwa kira-kira dua jam setelah memasuki atmosfernya. Sejak probe turun, ia sudah mengambil gambar permukaan Titan dari atas. Sangat cantik. Video foto-foto dari Huygens ada di tayangan video berikut ini. 

Huygens memberikan gambaran lebih lanjut tentang Titan yang lansekapnya sepintas mirip dengan lansekap Bumi. Ada bukit, lembah, danau, bebatuan dan sebagainya. Hanya saja, foto-foto Titan yang berwarna oranye dan hitam itu belum dapat menjelaskan semuanya. Kita belum tahu bagaimana sesungguhnya permukaan Titan.

Salah satu bagian menarik lainnya dari permukaan Titan adalah danau-danau yang mengandung hidrokarbon cair. Adanya danau di Titan sebenarnya sudah diketahui lewat pengamatan sebelumnya. Cassini-Huygens nampaknya memberi gambaran yang lebih terang tentang danau tersebut.

Foto-foto dari Cassini-Huygens itu perlu dikonfirmasi yaitu lewat misi-misi berikutnya. Foto-foto yang menggambarkan danau misalnya. Area yang disebut danau di kutub utara Titan itu terpotret bewarna gelap. Ada sejumlah citra yang menggambarkan banyaknya danau di sana. Danau berukuran besar disebut maria, sedangkan yang kecil disebut dengan lacus.

Saat ini sebagian permukaan Titan telah dipetakan dan telah diberi nama. Ada laut, danau, pulau-pulau dan semenanjung. Di bagian khatulistiwanya, permukaan Titan diduga adalah gurun pasir.

Sebagai informasi, misi Cassini-Huygens sendiri baru selesai tahun 2017 lalu setelah Cassini melanglang buana di angkasa selama 20 tahun lamanya, Wahana nirawak tersebut hancur di atmosfer Saturnus pada September 2017 setelah mengorbit Saturnus sebanyak 22 kali.

Dragonfly dalam persiapan, segera menuju Titan
Misi Dragonfly menuju Titan dijadwalkan akan meluncur pada tahun 2026 dan diperkirakan mendarat di permukaan Titan pada tahun 2034 nanti. Wahana tersebut akan berada di sana selama kira-kira dua setengah tahun untuk mengumpulkan data-data.

Misi tersebut dikepalai Elizabeth Turtle yang ditunjuk sebagai Principal Invesigator yang akan bertanggung jawab pada keseluruhan misi ini. Turtle adalah ilmuwan planetary science di Johns Hopkins University, AS.

Misi Dragonfly ke Titan dimaksudkan untuk mempelajari Bumi di masa lalu. Telah dibahas di bagian awal tulisan ini bahwa para ilmuwan berpendapat bahwa Titan mirip dengan Bumi. Bahkan jauh lebih mirip Bumi daripada Mars. Kandungan atmosfernya juga mirip dengan Bumi di masa lalu.

Berdasaran pengamatan dari misi-misi sebelumnya, para ilmuwan sangat berminat untuk mempelajari Titan. Lori Glaze, direktur divisi planetary science NASA, kepada The Guardian mengatakan bahwa Titan memiliki semua bahan-bahan pembentuk kehidupan. Hal ini menggelitik benak kita, apakah ada kehidupan di sana? Nah, bagian dari misi Dragonfly adalah mempelajari apakah Titan kini menjadi, atau pernah menjadi rumah bagi kehidupan.

Ilustrasi Dragonfly di permukaan Titan (sumber: Futurism)
Ilustrasi Dragonfly di permukaan Titan (sumber: Futurism)

Dragonfly nantinya akan terbang dan mengamati permukaan Titan. Wahana quadcopter yang mirip dengan helikopter atau drone robotik itu nantinya akan terbang dalam jarak pendek, lalu mendarat dan terbang lagi. Ketika terbang, kamera di tubuh Dragonfly akan mengirimkan gambar-gambar secara streaming, menberikan pemandangan permukaan Titan ala mata burung. Karena sinyal dari Bumi membutuhkan waktu transmisi kira-kira dua jam untuk mencapai Titan, maka Dragonfly dirancang untuk terbang dan mendarat secara mandiri.

Keputusan menggunakan wahana quadcopter atau rotocopter muncul setelah bertahun-tahun mempelajari konsep alternatif untuk mempelajari Titan selain menggunakan orbiter atau lander konvensional. Tim juga sempat mempelajari penggunaan balon udara panas hingga kapal.

Keputusan menggunakan wahana yang dapat terbang itu juga rasanya tepat, karena berdasarkan foto-foto yang dikirim oleh Huygens, lansekap Titan penuh dengan bebatuan. Hal itu akan mempengaruhi mobilitas wahana apabila menggunakan rover seperti yang dipakai dalam misi di Mars.

Si robot capung itu akan turun menembus atmosfer Haxy dan dirancang mendarat di sebuah tempat yang diberi nama Shangri-La di wilayah khatulistiwa. Dari situ, wahana itu akan terbang menjelajah permukaan Titan sejauh kira-kira 175 kilometer untuk mengumpulkan data-data permukaaan Titan seperti kondisi atmosfer, komposisi permukaan dan proses geologisnya.

Dragonfly dirancang tahan dengan suhu udara di permukaan Titan sehari-hari yang rata-rata minus 179 derajat Celcius. Sangat dingin dan  lebih dari cukup untuk membuat perangkat pengamatan Dragonfly membeku seketika dan menjadi malfungsi.

Untuk mengatasi kendala temperatur permukaan Titan yang sangat ekstrim itu, Dragonfly akan disematkan teknologi radioisotope thermoelectric generator, atau RTG. Teknologi itu akan membuat Dragonfly tahan terhadap iklim di permukaan Titan sehari-hari.

Teknologi RTG sendiri beroperasi berkat peluruhan radiokatif cadangan dari Plutonium-238 yang akan memberi daya untuk pergerakan si robot capung, sekaligus membuat sirkut didalamnya tetap hangat. Termasuk sejumlah sensor yang digunakan untuk pengamatan.

Sejumlah instrumen pengamatan akan dipasang di dalam badan Dragonfly yaitu spektrometer untuk mempelajari komposisi Titan. Juga serangkaian sensor meteorologi dan seismometer untuk mendeteksi gempa bumi ketika mendarat di tanah. Dragonfly juga akan memiliki alat untuk mengambil sampel permukaan tanah untuk dianalisis lebih lanjut dan fitur deteksi terhadap ancaman bahaya sehingga membuatnya tetap aman

Berikut paparan visual singkat dari NASA tentang misi Dragonfly.


Bacaan:
Flying on Saturn's moon Titan: what we could discover with NASA's new Dragonfly mission - The Conversation 
The five: Nasa research probes - The Guardian
Misi Dragonfly NASA akan Cari Tahu Kehidupan di Bulan Saturnus, Titan -- Kompas.com 
Misi NASA: Penyelidikan ke Bulan Saturnus Mencari Kehidupan Alien - Tempo.co 
NASA Announces New Dragonfly Drone Mission to Explore Titan - The New York Times 
NASA Punya Misi Khusus ke Titan - Viva.co.id 
NASA's $1 billion Dragonfly drone mission will look for signs of life on Saturn's moon  - Business Insider 
Titan -- NASA 
Wikipedia: Titan (moon), Voyager 1, Voyager 2, Cassini-Huygens, Curiosity (rover)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun