Kami bersalaman sejenak. Cukup erat mengingat sudah tiga tahun lamanya kami tidak bersua. Nampaknya ia sangat bersemangat. Kami berbicara dalam bahasa Perancis.
"Aku tadi dari London jam 11an. Kereta tepat waktu sampai di Gard du Nord. Lalu aku naik Uber ke sini.." jawabku.
"Oh? Dari stasiun ke sini naik Uber? Kenapa tidak jalan saja ?" kata Marc sambil mengusap sedikit peluh di wajahnya dengan sapu tangan handuknya yang berwarna hijau muda.
"Dengan bawaan seberat ini? Waduhh, bisa pingsan aku sampai sini. Hehe" kataku.
"Ah.. kau kan sudah biasa jalan-jalan kemana-mana membawa itu semua?" kata Marc terkekeh.
"Kemarin aku benar-benar lelah setelah seharian keliling London. Jadi begitu sampai hotel langsung tidur. Begitu bangun lihat jam sudah jam delapan, langsung deh kelabakan.." kataku tertawa. Marc juga tertawa.
Nampaknya pengemudi Citroen sudah bersiap pergi. Â Marc meneriakkan "Merci beaucoup!!" ke pengendara mobil itu seraya melambaikan tangannya. Mobil Citroen C4 itu pun bergegas pergi. Pengemudinya melambaikan tangan kirinya yang berbalut jaket kulit hitam dari jendela sisi kiri.
"Itu Paul, sepupuku. Kebetulan dia lagi ada acara di Paris. Jadi aku telpon dia mungkin saja aku dan Daphne bisa nebeng. Syukurlah dia mau. Lumayan bisa lebih hemat dibandingkan naik transportasi umum," kata Marc menjelaskan tentang pria yang mengantarkan mereka.
Daphne yang tadi keluar dari pintu mobil sebelah kiri berjalan perlahan menuju ke arah kami. Ia mengenakan atasan tank top hitam dan celana skinny jeans. Kacamata hitamnya dengan frame berwarna perak ia sematkan di atas kepalanya yang berambut pirang. Oh mon dieu, elle est sexy, kataku dalam hati.
Posisi Daphne sudah cukup dekat dengan kami. Ia tersenyum. Tapi senyum yang agak masam.
"Helo Daphne..." sapaku pada wanita itu. Kami bersalaman.