Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Mereka dan Aku di Paris, Minsk, Kiev Dan Pripyat

16 Mei 2019   13:37 Diperbarui: 16 Mei 2019   14:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami bersalaman sejenak. Cukup erat mengingat sudah tiga tahun lamanya kami tidak bersua. Nampaknya ia sangat bersemangat. Kami berbicara dalam bahasa Perancis.

"Aku tadi dari London jam 11an. Kereta tepat waktu sampai di Gard du Nord. Lalu aku naik Uber ke sini.." jawabku.

"Oh? Dari stasiun ke sini naik Uber? Kenapa tidak jalan saja ?" kata Marc sambil mengusap sedikit peluh di wajahnya dengan sapu tangan handuknya yang berwarna hijau muda.

"Dengan bawaan seberat ini? Waduhh, bisa pingsan aku sampai sini. Hehe" kataku.

"Ah.. kau kan sudah biasa jalan-jalan kemana-mana membawa itu semua?" kata Marc terkekeh.

"Kemarin aku benar-benar lelah setelah seharian keliling London. Jadi begitu sampai hotel langsung tidur. Begitu bangun lihat jam sudah jam delapan, langsung deh kelabakan.." kataku tertawa. Marc juga tertawa.

Nampaknya pengemudi Citroen sudah bersiap pergi.  Marc meneriakkan "Merci beaucoup!!" ke pengendara mobil itu seraya melambaikan tangannya. Mobil Citroen C4 itu pun bergegas pergi. Pengemudinya melambaikan tangan kirinya yang berbalut jaket kulit hitam dari jendela sisi kiri.

"Itu Paul, sepupuku. Kebetulan dia lagi ada acara di Paris. Jadi aku telpon dia mungkin saja aku dan Daphne bisa nebeng. Syukurlah dia mau. Lumayan bisa lebih hemat dibandingkan naik transportasi umum," kata Marc menjelaskan tentang pria yang mengantarkan mereka.

Daphne yang tadi keluar dari pintu mobil sebelah kiri berjalan perlahan menuju ke arah kami. Ia mengenakan atasan tank top hitam dan celana skinny jeans. Kacamata hitamnya dengan frame berwarna perak ia sematkan di atas kepalanya yang berambut pirang. Oh mon dieu, elle est sexy, kataku dalam hati.

Posisi Daphne sudah cukup dekat dengan kami. Ia tersenyum. Tapi senyum yang agak masam.

"Helo Daphne..." sapaku pada wanita itu. Kami bersalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun