Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Para Penyaru Profesi, Ijazahnya Palsu, dan Sertifikat Keahlian Bodong

12 Maret 2019   19:54 Diperbarui: 13 Maret 2019   08:20 773
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (sumber: Personneltoday.com)

Bisa jadi praktik ijazah atau sertifikat palsu masih terjadi. Oleh karena itu, institusi dimana seorang pelamar melamar pekerjaan perlu mengajukan verifikasi kepada perguruan tinggi atau institusi penerbit sertifikat keahlian untuk memastikan keaslian dokumen-dokumen tersebut.

Tetapi tidak semua melulu tentang uang. Apa yang dilakukan Abagnale mungkin sekadar kenikmatan kehidupan kelas atas. Ketika ia melakukan serangkaian penipuan, usianya masih sangat belia. Ia mungkin tidak mendapatkan uang sama sekali dari pihak yang ia tipu.

Sepertinya Abagnale muda ingin dianggap hebat oleh orang lain dengan semua yang ia lakukan. Mirip dengan motivasi hacker muda yang disanjung ketika berhasil menembus sebuah situs. Ketika menjadi dokter gadungan, itu karena (mungkin) ia menganggap bahwa profesi dokter adalah profesi terhormat.

Ia pun ingin mencicipi kehidupan sebagai seorang dokter. Nampaknya berkat kecerdasannya, ia bisa membaur dengan baik di lingkungan medis. Ia nyambung berbicara dengan dokter asli. Bahkan ia juga sempat menjadi kepala dokter residen, hingga terlibat dalam sebuah operasi. Tetapi ia segera menyadari bahwa profesi dokter menyangkut nyawa seseorang. Karena itu, tidak lama ia berhenti menjadi dokter gadungan.

Tapi ada juga diantara penyaru profesi tertentu yang memiliki motivasi lain, salah satunya supaya bisa menggaet wanita cantik. Hal ini menjadi salah satu motivasi beberapa orang yang menjadi anggota Polisi atau TNI gadungan. Berbekal seragam dan aksesori yang dibeli di toko-toko seragam, mereka pun melancarkan aksinya.

Misalnya seperti yang dilakukan oleh ASP, pemuda asal Palembang yang baru berumur 21 tahun. Sebagaimana diberitakan oleh Bangka Pos, pria itu menjadi Polisi gadungan dengan pangkat Inspektur Dua (Ipda). 

Dalam aksinya, ia menggunakan nama samaran. Ketika terpergok, ia mengaku disuruh seseorang dengan imbalan sejumlah uang. Tetapi lebih dari itu, ia telah berkenalan dengan sejumlah wanita, bahkan ada yang mengajaknya menikah.

Motivasi serupa dilakukan oleh seorang pria muda bernama M, yang ketika ditangkap pihak berwajib di tahun 2017 lalu baru berumur 18 tahun. Warga Sidoarjo itu menjadi anggota Polisi gadungan berbekal seragam yang ia beli di Pasar Turi, Surabaya. Sebagaimana diberitakan oleh BangsaOnline.com, M mengaku telah menggaet 16 wanita, ada yang dimintai uang dan bahkan ada pula yang ia tiduri. Duhhh...

Bacaan: HumanResources | The New York Times | The Straits Times Singapore | Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun