Baru-baru ini, tepatnya pada 7 November 2018 lalu, Pusat Inovasi Agroteknologi Universitas Gadjah Mada mengadakan even Forum Group Discussion (FGD) dengan tema "Permasalahan dan Solusi Pengelolaan Sampah Perkotaan" di Heritage Place, Yogyakarta.
Salah satu narasumber even, Ir. Rani Sjamsinarsi, M.T, anggota Tim Percepatan Pelaksanaan Program Prioritas Pembangunan DIY, menyampaikan pendapatnya bahwa masalah sampah ini harus diselesaikan dari hulu ke hilir, tidak hanya bergantung ke pemerintah, tetapi masyarakat juga harus mampu berkomitmen untuk mengubah budaya yang sudah ada.
Budaya yang dimaksud adalah mau memilah sampah mulai dari tingkat rumah tangga karena karakteristik sampah yang semakin beragam, sehingga nantinya sampah bisa diolah untuk menjadi energi. Menurut Rani, dengan teknologi pirolisis sampah plastik dapat diolah menjadi minyak yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.
Narasumber lainnya, Dr.Eng. Mochamad Syamsiro dari Universitas Janabadra mengamini hal itu, bahwa dalam skala besar, sampah yang dikelola di PLTSa bisa menjadi sumber energi berupa listrik. Mengenai pemilahan sampah yang dimulai dari tingkat rumah tangga, narasumber Dr. Prabang Setyono, M.Si. dari Universitas  Sebelas Maret menyetujui hal itu. Misalnya limbah pospak (popok sekali pakai) yang mengandung gel di dalamnya dapat dimanfaatkan sebagai filter peredam suara.
Itu berarti permasalahan sampah mutlak harus melibatkan peran serta masyarakat. Perlu ada strategi terobosan dalam mengubah pola pikir masyarakat dalam menyikapi sampah. Teknologi secanggih apapun baik PLTSa ataupun teknologi pengurai limbah menjadi sia-sia saja jika masyarakat sendiri masih berpola pikir lama: membuang sampah secara sembarangan.
Penyebaran informasi mengenai pelestarian lingkungan hidup agar masyarakat semakin sadar akan lingkungan sekitar perlu dipromosikan lebih luas dan lebih gencar lagi. Secara bertahap hal ini akan mengasah kecerdasan akan lingkungan (environmental quotient) masyarakat.Â
Kini media informasi begitu luasnya, sehingga platform di internet pun dapat menjadi media mempromosikan pola pikir masyarakat yang baik dalam menyikapi sampah minimal menangani sampah dalam lingkup rumah tangganya dengan tidak membuang sampah secara sembarangan.
Sudah berulang kali musibah banjir terjadi karena sampah yang dibuang sembarangan ke sungai. Sementara tenaga, anggaran dan sumber daya pemerintah lainnya terkuras untuk menangani banjir. Warga yang terkena dampaknya juga pasti merasakan kesulitan beraktivitas kala banjir menerjang rumah mereka. Kualitas hidup mereka pasti menurun, otomatis tingkat kebahagiaan mereka menurun.
Oleh karena itu, tidak membuang sampah secara sembarangan adalah sikap mendasar yang harus menjadi kebiasaan dalam kehidupan setiap individu sehari-hari. Selebihnya, mengenai ketersediaan pengangkutan sampah hingga strategi pengolahan sampah, misalnya menjadi energi listrik, adalah porsi dari pemerintah. Dengan tidak membuang sampah secara sembarangan saja sudah sangat membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H