Hal serupa tidak sekali dua kali saya lihat. Itulah mengapa di sejumlah jembatan sungai-sungai kecil di kota Surabaya atau Sidoarjo misalnya, terdapat pagar yang cukup tinggi yang cukup menyulitkan orang-orang yang memiliki kebiasaan membuang sampah ke sungai. Pagar-pagar itu berupa pagar besi bermotif atau pagar besi dengan pot-pot tanaman.
Ada hal lain yang saya pernah saya amati kira-kira dua tahun yang lalu. Ketika saya melewati sebuah jalan yang cukup ramai di suatu kabupaten di Jawa Timur. Jalan itu bersebelahan dengan sungai yang tidak begitu besar.
Ketika saya melewati jalan itu, sungai tersebut sedang dikeruk menggunakan ekskavator karena terjadi pendangkalan yang membuat air sungai meluber hingga menggenangi jalan suatu kampung. Pengerukan sungai itu sukses mengeruk endapan sungai berupa lumpur yang bercampur dengan begitu banyak sampah, khususnya sampah plastik.
Endapan lumpur bercampur sampah itu diletakkan di tepi sungai, membentuk semacam tanggul di sepanjang bantaran sungai untuk mencegah melubernya air sungai. Ketinggian tumpukan endapan yang berhasil dikeruk itu kira-kira mencapai satu meter.
Beberapa minggu kemudian saya melewati jalan tersebut dan mendapati endapan lumpur telah mengering. Saya mengamati sampah-sampah, terutama sampah plastik nampak jelas terlihat, banyak sekali. Ada kantong plastik atau kresek, bekas kemasan makanan dan minuman, dan lain-lain. Sampah-sampah itu menyembul di antara endapan lumpur yang mengering di sepanjang bantaran sungai yang jauhnya kira-kira tiga atau empat kilometer.
Melihat perilaku sebagian masyarakat akan sampah yang saya lihat sendiri itu membuat saya prihatin dengan pola pikir mereka yang seakan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Mereka tidak menyadari (atau mungkin cuek) bahwa perilaku memindahkan problem sampah rumah tangga mereka akan berpotensi menimbukan masalah baru yaitu degradasi lingkungan yang akan berdampak pada ekosistem sungai, termasuk merugikan masyarakat lainnya.
Hal ini pernah ditulis oleh Kompasianer R. Firkan Maulana dalam tulisannya yang berjudul "Degradasi Lingkungan Hidup di Perkotaan" dimana salah satu akar penyebab degradasi lingkungan adalah perilaku membuang sampah sembarangan yang dilakukan sebagian warga masyarakat.
Solusi atas problem sampah
Lalu bagaimana sebaiknya solusi mengatasi permasalahan sampah yang seakan tidak kunjung teratasi ini? Banyak sudah berbagai inisiasi atau gerakan mengelola sampah rumah tangga didengungkan untuk mengajak masyarakat peduli dengan penanganan sampah di masing-masing rumah tangganya. Misalnya memilah sampai organik dan inorganik, atau memasang komposter untuk sampah organik, dan lain-lain.
Sayangnya, gerakan positif itu nampaknya belum mampu menggapai seluruh lapisan masyarakat. Buktinya sebagian masyarakat masih saja membuang sampah sembarangan. Persoalan krusial sampah ini memang tidak main-main karena dampaknya, yaitu banjir, yang cukup masif.
Setiap gerakan atau inisiasi tentang penanganan sampah sudah waktunya memasang target setiap orang harus memiliki pola pikir yang sama dalam menyikapi sampah rumah tangganya. Nampaknya, hal ini masih menjadi tantangan berat buat pemerintah serta organisasi lingkungan hidup walaupun mereka cukup konsisten mengajak masyarakat.